Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penghapusan Ujian Nasional, Pelajar DKI: Kenapa Gak Dari Dulu?

Ilustrasi ujian (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Jakarta, IDN Times - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim  memutuskan tidak ada lagi Ujian Nasional (UN) pada 2021. UN akan dihapus bagi para siswa SD, SMP, dan SMA/SMK dan digantikan dengan format baru.

Nadiem menilai UN membuat para pelajar  menjadi stres. Sebab penilaian bergantung pada nilai UN. Padahal, itu bukan tujuan UN diadakan. Dalam amanat dari UU Sistem Pendidikan Nasional jelas tertulis penilaian murid hanya dilakukan oleh guru bukan dari nilai UN yang kemudian menjadi penentu kelulusan ke jenjang selanjutnya.

Lalu bagaimana tanggapan pelajar di Jakarta bila UN ditiadakan dan diganti dengan format baru?

1. UN menjadi beban bagi siswa

Para siswa dan siswi SMKN 2 PPU ketika menunggu hasil ujian semesternya (IDN Times/Ervan Masbanjar)

Pelajar MAN 2 Jakarta, Sarah Putri Maharani (17), menyambut baik rencana penghapusan UN. Siswa kelas XII ini menilai UN telah menjadi beban berat. Terlebih, Kementerian Agama yang membawahi MAN menuntut nilai UN bagus.

"Meski gak bikin stres tapi jadi beban berat," ujarnya, Minggu (22/12).

2. Membuat waktu persiapan UTBK lebih sempit

Ilustrasi (ANTARA FOTO/Jojon)

Menurut Sarah, jika UN dihapus, siswa bisa lebih fokus pada Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang menjadi syarat pendaftaran Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN).

"Karena kalau ada UN, semua waktu seperti tersita ke UN, padahal jelas UN gak jadi syarat lulus lagi. Sementara kita hanya punya waktu sedikit untuk persiapan ke perguruan tinggi," imbuhnya.

3. Literasi bisa memicu minat baca siswa

Ilustrasi ujian sekolah (IDN Times/Aan Pranata)

Sarah juga senang jika UN 2021 mendatang diganti dengan format baru yang salah satu penilaiannya dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi). Sarah mengatakan, penilaian tersebut bisa meningkatkan minat baca di Indonesia sebab saat ini minat baca pelajar di Indonesia masih rendah.

"Kita masih ketinggalan dengan orang luar negeri yang minat bacanya tinggi, sehingga belum bisa bersaing secara internasional. Adanya penilaian literasi ini, siswa akan terbiasa membaca nantinya," kata dia.

4. Kenapa UN gak dihapus dari dulu?

Ilustrasi (ANTARA FOTO/Emir Fajar Saputra)

Meski demikian, Sarah menyayangkan kenapa UN baru akan dihapus tahun depan, bukan tahun saat dia lulus. Apalagi sudah lama UN tidak menjadi standar kelulusan lagi.

"Kenapa UN gak dihapus tahun ini aja. Kesal jadinya, rasanya gak adil, kenapa gak dari dulu. Harusnya dulu langsung dihapus aja, jadi gak perlu tetap ada padahal gak jadi syarat kelulusan lagi. Langsung hapus saat itu maunya," ungkap Sarah.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Umi Kalsum
Dwi Agustiar
Umi Kalsum
EditorUmi Kalsum
Follow Us