Para Penemu Kuburan Massal 1965 Mengaku Terima Ancaman dan Teror

Mantan tahanan politik (tapol) 1965 yang terlibat upaya pengungkapan kuburan massal 1965 mengaku diteror dan diintimidasi oleh aparat keamanan di wilayah asal mereka. Banyak dari mereka yang mengklaim mendapat teror dan intimidasi melalui telepon dari petugas ketika berusaha menemui Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) di kantornya.
Dilansir BBC.com, para mantan tapol kasus 1965 menyerahkan data kuburan massal orang-orang yang dituduh simpatisan atau anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) kepada Menkopolhukam Luhut Pandjaitan.
Sudarno, ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) Pekalongan, Jawa Tengah mengatakan bahwa dirinya sering didatangi intel dan ditanyai banyak hal. YPKP 1965 meyakini bahwa teror tersebut terkait dengan upaya mereka mengungkap keberadaan kuburan massal 1965. Ketua mereka pun kemudian meminta jaminan keamanan kepada Menko Polhukam.
Selain itu, mereka juga meminta jaminan pemerintah agar keberadaan kuburan massal tersebut diamankan dari kemungkinan dirusak atau dihilangkan oleh pihak lain. Luhut Pandjaitan berjanji akan menindaklanjuti permintaan mereka dengan menelpon aparat TNI-AD di daerah.