Baru setahun beroperasi di Tanah Air, PepsiCo Indonesia langsung tancap gas dalam agenda keberlanjutan. Melalui kolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO), dan Bali Waste Cycle (BWC), perusahaan mendorong penerapan Extended Producer Responsibility (EPR) untuk mengelola sampah pascakonsumsi secara lebih bertanggung jawab. Langkah ini menjadi bagian dari komitmen PepsiCo Indonesia untuk ikut memperkuat ekonomi sirkular dan menjawab tantangan pengelolaan sampah plastik di Indonesia.
Sejak Tahun Pertama, PepsiCo Indonesia Jalankan Inisiatif EPR

Intinya sih...
PepsiCo Indonesia mendorong implementasi EPR sejak tahun pertama operasi pabriknya di Cikarang, Jawa Barat, untuk mengelola sampah plastik secara bertanggung jawab.
Kolaborasi multi-pihak antara PepsiCo Indonesia, IPRO, BWC, pemerintah, dan sektor swasta dalam memperkuat ekonomi sirkular dan sistem pengelolaan sampah.
Peran IPRO dalam membangun infrastruktur daur ulang dan inovasi BWC dalam mengubah plastik rendah menjadi produk berguna sebagai contoh nyata kontribusi swasta dalam menciptakan sistem pengelolaan sampah yang transparan dan terintegrasi.
1. Dorong implementasi EPR di tahun pertama
PepsiCo Indonesia resmi mengoperasikan pabrik pertamanya di Cikarang, Jawa Barat, pada Juni 2025. Meski baru beroperasi, perusahaan langsung menjalankan kebijakan EPR sesuai amanat pemerintah lewat Peraturan Menteri LHK No. 75 Tahun 2019 yang menargetkan pengurangan sampah produsen hingga 30 persen pada 2029.
Dalam praktiknya, PepsiCo Indonesia bekerja sama dengan IPRO dan BWC untuk mengumpulkan dan mendaur ulang kemasan produk Lay’s, Cheetos, dan Doritos. Langkah ini memperlihatkan bagaimana sektor swasta dapat berperan aktif sejak awal operasional untuk menciptakan ekosistem pengelolaan sampah yang lebih terukur dan berdampak.
2. Kolaborasi multi-pihak untuk ekonomi sirkular
Media briefing bertajuk “Towards Circularity: Tackling Waste Management Challenge Through Multi-Stakeholder Collaboration” pada 26 Agustus 2025 menjadi momen peresmian kerja sama ini. Acara tersebut menghadirkan perwakilan dari pemerintah, sektor swasta, hingga media untuk bertukar gagasan tentang penguatan sistem pengelolaan sampah.
Gabrielle Angriani Johny, Direktur Government Affairs and Corporate Communications PepsiCo Indonesia, menegaskan bahwa keberlanjutan adalah nilai utama dalam operasi mereka. Di pabrik Cikarang, perusahaan sudah mengoptimalkan penggunaan listrik terbarukan, daur ulang air, serta segregasi limbah produksi agar sesuai standar pemerintah.
3. Peran IPRO dalam penguatan infrastruktur daur ulang
IPRO berperan penting dalam memastikan kepatuhan EPR di Indonesia dengan membangun sistem pengumpulan, pemilahan, serta pelacakan material pascakonsumsi. Sejak 2021 hingga 2024, IPRO berhasil mengumpulkan lebih dari 19 ribu ton sampah terpilah untuk didaur ulang, termasuk hampir 2 ribu ton kemasan multilayer plastic (MLP).
Material tersebut diolah kembali menjadi produk baru seperti kemasan detergen, pallet, hingga atap bangunan. Reza Andreanto, General Manager IPRO, menyebut kerja sama dengan PepsiCo Indonesia sebagai contoh nyata kontribusi swasta dalam menciptakan sistem pengelolaan sampah yang transparan dan terintegrasi.
4. Inovasi BWC ubah plastik rendah nilai jadi produk berguna
Selain IPRO, PepsiCo juga menggandeng Bali Waste Cycle (BWC) yang fokus pada pengolahan MLP dan low-value plastic (LVP). Melalui inovasi, BWC mengubah plastik bernilai rendah menjadi furnitur, perabot rumah tangga, souvenir, hingga kaki palsu bagi penyandang disabilitas.
BWC merupakan salah satu dari 10 finalis program PepsiCo Greenhouse Accelerator (GHAC) APAC 2025 dan menerima dukungan dana serta pendampingan untuk memperkuat kapasitasnya. Menurut Olivia Anastasia Padang, Direktur BWC, solusi pengelolaan sampah plastik hanya bisa dicapai melalui kolaborasi lintas sektor, inovasi, dan dukungan jangka panjang.
Langkah PepsiCo Indonesia bersama IPRO, BWC, dan pemerintah menandai awal penting dalam mendukung ambisi keberlanjutan nasional. Dengan mengedepankan EPR dan kolaborasi lintas pemangku kepentingan, perusahaan berharap dapat mempercepat terciptanya ekosistem pengelolaan sampah yang inklusif, adil, dan berkelanjutan bagi Indonesia. (WEB/AD)