Gabrielle Angriani, Visionary Leader di Balik PepsiCo Indonesia

Jakarta, IDN Times - Sosok perempuan yang menduduki posisi kepemimpinan dapat menjadi inspirasi bagi banyak individu. Pasalnya, representasi perempuan di posisi strategis menumbuhkan sikap optimis yang akan memberi dampak secara lebih luas.
Gabrielle Angriani, sosok perempuan dibalik suksesnya strategi komunikasi PepsiCo Indonesia, membuktikan bahwa pemimpin tidak mengenal batas gender. Gabrielle selaku Director of Government Affairs and Corporate Communications PepsiCo Indonesia merupakan profesional di bidang komunikasi dengan segudang pengalaman di berbagai industri.
Kisah Gabrielle sebagai salah satu pemimpin perempuan di perusahaan FMCG (Fast Moving Consumer Good) atau perusahaan yang bergerak di bidang produk konsumen, dibagikan dalam eksklusif interview bersama IDN Times pada Jumat (14/3/25). Ia juga menyampaikan kabar bahagia terkait kembalinya PepsiCo ke Indonesia, perusahan yang menaungi merek snack ringan populer seperti Lay's, Doritos, dan Cheetato.
1. Gabrielle telah menekuni bidang komunikasi selama 20 tahun, kini menjadi profesional berpengalaman

Gabrielle adalah seorang profesional berpengalaman di bidang komunikasi dengan rekam jejak di berbagai sektor bisnis. Konsisten mendalami peran di lingkup komunikasi, mengantarkannya menjadi sosok berpengalaman di ranah kebijakan publik, hubungan pemerintah, hubungan masyarakat dan lain-lain.
Gabrielle telah menekuni dunia komunikasi sejak mengenyam pendidikan tinggi, Ia mendapat gelar Sarjana Komunikasi dari Universitas Indonesia. Berbekal keterampilan dari bangku kuliah, Gabrielle kemudian menjajal profesi di bidang advertising agency, public relation, hingga media. Dapat dikatakan, pengalaman pada spesialisasi ini mengantarkan pada posisinya saat ini.
"Background saya ini kebanyakan di area corporate communication dan government affairs, juga sustainability, memang sudah sekitar 20 tahunan. Memang saya suka dunia ini, jadi buat saya itu tidak membosankan. Maksudnya kan ada orang ya kariernya mungkin shifting, pindah-pindah. Tapi saya memang berada secara konsisten di dunia ini," terang Gabrielle.
Ketertarikan pada dunia komunikasi membawanya pada sejumlah jabatan strategis. Ia telah mengemban aneka peran kepemimpinan seperti VP Corporate Affairs di Nestlé dan Tetra Pak, serta Regional Corporate Communications Manager untuk Indonesia. Saat ini Gabrielle fokus untuk berkarier di sektor FMCG.
"Kenapa saya suka dunia FMCG karena menurut saya ini dunia yang dinamis dan menurut saya ini terus bertumbuh. Jadi, opportunity-nya besar dan banyak. Maka itu saya suka di dunia ini. Saya merasa pekerjaan saya ini buat saya sangat enjoy, gak memberikan pressure yang terlalu berat, kesulitan sih pasti ada, cuma saya lumayan enjoy di dunia ini," ujarnya.
2. Kunci kesuksesan seorang perempuan dalam karier profesional, tak lepas dari support system di seluruh aspek kehidupan

Memiliki kepakaran di bidang komunikasi, mendorong Gabrielle untuk turut berkontribusi dalam hal sosial dan maupun lingkungan. Ia berkomitmen untuk membentuk kebijakan yang tak hanya menguntungkan bisnis, namun juga membantu kesejahteraan masyarakat, secara spesifik, perempuan.
Perempuan acap kali dihadapkan pada dilema akan peran sosial dan karier profesional. Isu ini mungkin bukan lagi hal yang baru, khususnya di Indonesia. Sejumlah perempuan kerap merasa terbebani dengan ekspektasi peran serta kemauan untuk mengaktualisasi diri melalui dunia kerja.
Dilema serupa juga dialami oleh Gabrielle pada awal masa kariernya, "Kalau menurut saya sih tantangannya sebagai perempuan itu ya lumayan banyak ya, gak bohong lah ya, maksudnya kita kan juggling ya. Saya juga kebetulan punya anak, pada saat awal-awal baru menikah dan punya anak, menurut saya masa yang cukup challenging dalam perjalanan karier saya."
Pembahasan terkait kesetaraan dan inklusivitas di era modern tampaknya kian masif disuarakan. Efeknya, peluang mengejar karier sekaligus mengemban beragam peran dapat ditangani secara seimbang berkat adanya dukungan dari berbagai pihak. Kemajuan pandangan ini juga dipengaruhi oleh representasi perempuan di posisi strategis, seperti Gabrielle, yang menduduki posisi kepemimpinan di PepsiCo Indonesia.
"Nah, saya jadi punya pemikiran yang positif bahwa sebenarnya kita sebagai perempuan tuh bisa, tapi memang kita butuh support center. Gak bisa bohong, kita harus berada di environment yang mendukung untuk kita tuh bisa thriving sebagai perempuan. Saya juga makanya kalau di kantor memberikan kesempatan buat tim kita atau orang-orang di kantor, perempuan-perempuan yang merasa butuh punya space dengan keluarganya. Kita di company juga lumayan care terhadap perempuan, bukan hanya perempuan sih, sebenarnya terhadap laki-laki juga yang butuh family care, kita support," Gabriella menegaskan pentingnya support system dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk lingkungan kerja.
Fokus utama dalam menciptakan workspace yang ideal adalah membangun ekosistem yang fair dan balance. Berkat adanya kompetisi yang sehat serta terbukanya peluang yang setara, setiap individu akan merasa memiliki kesempatan untuk berkarya dan bekerja secara produktif.
"PepsiCo care terhadap work-life balance, tentu saja ada sisi kewajiban dari perusahaan, ada sisi kewajiban dari karyawan. Kita juga harus deliver dengan baik, tapi perusahaan juga care. Misalnya kita juga sangat mendukung para perempuan untuk berada di posisi pemimpin, bahkan kita membuka semua peluang untuk perempuan. Jadi kita tidak membedakan jenis pekerjaan berdasarkan gender tentu saja," Gabriella menekankan PepsiCo memberikan kesempatan yang adil dan tak terbatas pada gender tertentu.
Inisiatif dari perusahaan direalisasikan dalam berbagai program internal, "Kemudian kita juga ada Women Inclusion Network kalau di PepsiCo. Jadi kita ada kayak network antara para perempuan untuk mengobrol. Jadi apa sih yang perlu dipelajari, ditingkatkan untuk kita bisa sukses di bidangnya masing-masing di PepsiCo, Kesulitan apa yang dimiliki oleh perempuan dan bagaimana kita bisa sama-sama cari solusinya. Jadi kita ada network untuk saling mendukung dan mengobrol."
3. Posisi kepemimpinan di dunia kerja sudah sepatutnya tak terbatas pada gender

Bicara mengenai tantangan sebagai pemimpin perempuan, Gabrielle menegaskan, "Tantangannya menurut saya bukan tergantung pada gender. Menurut saya tidak tergantung pada laki-laki atau perempuan, tantangannya melihat dinamika pasar. Misalnya melihat tren pasar, itu sama aja antara laki-laki atau perempuan. Mungkin lebihnya kita sebagai perempuan adalah butuh waktu lebih untuk mengurus keluarga, laki-laki juga mengurus keluarga, cuma kita sebagai Ibu, saya juga ingin anak-anak saya merasa saya punya waktu untuk mereka."
Kemampuan dan kreativitas sudah sepatutnya tidak dibatasi oleh gender. Alih-alih terjebak dalam stereotip atau batasan sosial yang menghambat perkembangan, setiap individu seyogianya fokus pada tujuan personal.
Kehadiran sosok perempuan sebagai pioneer suatu organisasi telah dipraktekan oleh PepsiCo melalui sosok CEO PepsiCo wilayah Asia Pasifik, Anne Tse. Presensinya sebagai pemimpin, tak hanya meningkatkan pandangan positif akan perempuan, namun juga menjadi simbol inklusivitas.
Gabrielle mengaku eksistensi perempuan di posisi strategis menumbuhkan sikap optimis, "Bahkan CEO kita di Asia Pacific Itu perempuan, I'm very proud of her, namanya Ibu Anne, dia base-nya di China. Kita melihat bahkan posisi pemimpin perempuan itu tidak ada isu."
Bicara soal keterlibatan perempuan di dunia bisnis, Gabrielle menilai, "Pekerjaan itu tidak harus ditentukan berdasarkan gender, tapi bisa siapa yang mau dan siapa yang merasa bisa melakukan, ya boleh melakukan, tidak perlu dibatasi oleh gender."
4. Gabrielle memegang teguh prinsip kepemimpinan yang jujur dan terbuka

Perempuan menduduki posisi kepemimpinan membuktikan bahwa kompetensi dan kapabilitas tidak terbatas pada gender. Representasi perempuan yang berhasil memimpin, akan menumbuhkan persepsi bahwa setiap individi memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi dan membawa perubahan positif.
Gabrielle yang telah berpengalaman menjadi pemimpin organisasi, bagikan prinsip yang selalu dipegang teguh, "Prinsip kepemimpinan aku, aku prefer yang jujur dan terbuka masalahnya apa. Kalau di tim aku, kita cenderung tidak menutupi kesalahan atau pun takut mengungkapkan pemikiran kita."
Pandangan tersebut juga Ia terapkan ketika bekerja dengan tim yang datang dari generasi berbeda. Terkadang kelompok usia yang lebih tua memiliki tendensi untuk merasa lebih benar dibanding generasi yang lebih muda. Akan tetapi, Gabrielle menyadari bahwa setiap generasi dapat menghadirkan perspektif yang segar, ide yang inovatif, bahkan solusi yang relevan dengan perubahan zaman.
Ia menekankan melakukan kolaborasi dan bersikap terbuka membuka peluang untuk menciptakan hasil yang lebih baik, "Mungkin sebenernya di dunia ini ada banyak cara yang kita pikir tuh kita tuh paling sempurna dan bener, itu hal simple. Tapi ternyata anak-anak ini mungkin bisa datang dengan sesuatu yang yang menurut kita gak masuk akal, tapi kok works juga. Dari situ saya berpikir, mungkin saya sebagai pemimpin juga harus terbuka gitu pada cara pemakaian baru, ide-ide yang baru dari anak-anak yang masih muda."
5. Value sebagai pemimpin perempuan: Memiliki positivity dan self acceptance yang baik

Setelah berkarier selama puluhan tahun di bidang komunikasi, Gabrielle tentu memiliki value yang mendorongnya sampai pada posisi saat ini. Ia berbagi pandangan terkait nilai kehidupan yang Ia jadikan sebagai pedoman. Nilai ini diterapkan untuk diri sendiri maupun di ranah pekerjaan.
"Saya rasa yang pertama itu adalah positivity. Kita harus bisa melihat sesuatu secara positif, baik diri kita sendiri maupun orang lain. Tapi saya lebih menekankan kita melihat diri kita sendiri dengan positif dan baik. Kalau kita sendiri tidak bisa mem-value diri kita sendiri positif dan baik, sulit untuk bisa membangun komunikasi yang positif juga dengan lingkungan dan orang di sekitar, baik itu di rumah maupun di kantor," tuturnya.
Selain positivity, Gabrielle juga menyinggung soal self acceptance. Kemampuan untuk menghargai dan menerima diri sendiri ini bukan berarti pasrah. Bagi Gabrielle, menyadari bahwa setiap individu tidak berangkat dari garis start yang sama akan membuat diri lebih fokus untuk memetakan target yang hendak dicapai.
Pesan untuk generasi muda, "Saya rasa, setiap orang itu punya pemikiran yang baik, cuma kadang-kadang tertutupi dengan masa lalu, tertutupi dengan kesulitan hidup. Jadi yang bisa dilakukan adalah pertama, menurut saya, terima dulu keadaan. Terima dulu keadaan bahwa misalnya yaudah memang background keluarga aku tidak sempurna."
Ia kembali menegaskan, "Kita sendiri semua growing up dengan baggage masing-masing, dengan background dan isu masing-masing. Tapi at the end, saya rasa yang paling penting adalah kita bisa melihat bahwa 'saya ini sebenarnya ciptaan tuhan yang baik, yang indah dan saya ini pantas untuk disayang'."
Memiliki kualitas yang positif dan optimis akan mendorong individu untuk fokus pada solusi dan peluang, bukan pada hambatan dan tantangan. Tentunya, sikap ini menjadi fondasi utama dalam membagun resilience kehidupan.
"Karena sulit untuk kita mau sukses tapi basic-nya bukan menerima keadaan karena kesannya balas dendam, kesannya mengejar sesuatu yang aku gak dapat, jadi aku mau kejar. Nah itu kan membuat kita terkadang cenderung jadi keras, keras sama hidup kita sendiri dan lingkungan," lontar Gabrielle seraya menambahkan ini jadi caranya untuk bisa enjoy dengan perjalanan hidup.
6. Sosok perempuan hebat di mata Gabrielle adalah mereka yang dapat memberi dampak positif bagi diri sendiri dan orang lain

Gabrielle sebagai sosok pemimpin dengan ketertarikan terhadap isu sosial dan sustainability, berbagi pandangannya terkait gambaran perempuan berkualitas. Dari kacamatanya, seorang perempuan hebat adalah mereka yang dapat memberi dampak positif.
"Sosok perempuan yang hebat dan berkualitas sebenarnya menurut saya simple, yang bisa memberikan dampak positif buat dirinya sendiri dan juga orang-orang yang dia sayangi," tutup Gabrielle.
Ia menegaskan, pengaruh positif bisa dimulai dari diri sendiri untuk kemudian menghasilkan domino effect kepada lingkup yang lebih luas. Mulai dari kebahagiaan personal, kesehatan, hingga masa depan perempuan dan orang-orang di sekitar.
Pada kesempatan yang sama Gabrielle juga berbagi kabar bahagia untuk konsumen produk-produk PepsiCo, seperti Lay’s, Doritos, Cheetos, Gatorade, Pepsi-Cola, Mountain Dew, dan Quaker. Merek minuman dan makanan ringan tersebut kini telah kembali hadir di Indonesia dengan komitmen investasi serta fokus terhadap pemberdayaan masyarakat.
PepsiCo berkomitmen untuk mendorong kesetaraan, inklusivitas dan sustainability. Inisiatif ini diwujudkan dalam berbagai program serta kontribusi terhadap komunitas lokal. Sejumlah agenda juga ditujukan secara spesifik untuk perempuan Indonesia.