Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati menghadiri peringatan Hari Ibu, Jakarta, Minggu (22/12). (Istimewa)

Jakarta, IDN Times - Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri mengatakan konstitusi di Indonesia sekarang ini tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan.

Megawati menyebutkan sekarang sudah saatnya kaum perempuan menyamakan perannya dengan kaum laki-laki. Termasuk di dunia politik sekali pun.

"Para perempuan jangan takut masuk ke dunia politik,” ujar ketua umum PDI Perjuangan itu saat menghadiri acara peringatan Hari Ibu, Jakarta, Minggu (22/12).

1. Pencapaian perempuan di politik semua diperjuangkan

Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati menghadiri peringatan Hari Ibu, Jakarta, Minggu (22/12). (Istimewa)

Megawati mencontohkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani yang beberapa kali menduduki jabatan penting di dalam maupun luar negeri. Tak hanya itu, ketua DPR saat ini juga dipimpin perempuan, Puan Maharani--yang tak lain anak Megawati, setelah 22 kali dipimpin kaum laki-laki.

"Saya juga pernah menduduki jabatan presiden kelima dan wakil presiden Republik Indonesia. Semua capaian itu bukan untuk pamer, melainkan agar bisa menjadi inspirasi bagi kaum perempuan lainnya. Semua capaian itu kita lakukan dengan perjuangan,” kata dia.

2. Peran perempuan dalam perjuangan bangsa sudah ada sejak dahulu

Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri memberikan sambutan di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa 3 Desembet 2019 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Megawati mengingatkan peran perempuan dalam memperjuangkan bangsa Indonesia sudah ada sejak dahulu. Seperti para pejuang bangsa RA Kartini, Tjut Nyak Dien, dan Dewi Sartika.

"Jangan lupa juga, Indonesia juga punya Fatmawati. Dia seorang perempuan pemberani yang mau membuat bendera kita yang saat itu masih dijajah," kata dia.

3. Fatmawati layak disebut pahlawan meski hanya menjahit bendera merah putih

Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri memberikan sambutan di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa 3 Desembet 2019 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Megawati mengatakan banyak pihak yang berpikir Fatmawati hanyalah penjahit bendera Sangsaka Merah Putih, namun menjadi pahlawan. Padahal kala itu untuk mencari kain merah hingga dijahit menjadi bendera pusaka tidaklah mudah.

"Waktu itu mencari kain putih sangat mudah, tapi merah sangat sulit," ujar dia.

4. Perempuan dianggap konco wingking, padahal perempuan setara dengan laki-laki

Peringatan Hari Ibu yang dihadiri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Jakarta, Minggu (22/12).

Sementara, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku masih banyak hambatan bagi perempuan untuk bisa berkiprah di panggung nasional dan internasional. Di antaranya konstruksi sosial dan kultural yang menempatkan perempuan tidak boleh lebih maju dari laki-laki.

“Perempuan dianggap konco wingking (teman di belakang). Padahal semua peran itu bisa dilakukan jika antar pasangan saling komunikasi dan berbagi peran," ujar dia, pada kesempatan yang sama.

5. Komunikasi dengan pasangan sangat penting

Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati menghadiri peringatan Hari Ibu, Jakarta, Minggu (22/12). (Istimewa)

Senada dengan Sri Mulyani, putri Presiden ke-5 RI Abdurrahman Wahid, Yenni Wahid berpendapat, komunikasi dengan pasangan dalam rumah tangga sangat penting, agar tidak terjadi keributan di kemudian hari ketika perempuan meniti karier di luar rumah.

Yenny mencontohkan, suami merelakan istrinya kerja, sementara ia bersedia mengambil peran urusan rumah tangga. “Itu tidak menjadi masalah asal keduanya sudah komunikasi dan bersepakat,” kata mantan Direktur Eksekutif Wahid Institute itu.

 

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Editorial Team