Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/pras
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/pras

Jakarta, IDN Times - Aksi unjuk rasa di depan kantor Bawaslu pada Selasa (21/5) berakhir ricuh. Kericuhan bermula ketika massa mencoba merusak kawat besi di depan kantor Bawaslu sekitar pukul 22:15 WIB. Sebagian massa memprovokasi personel kepolisian ketika mereka menarik diri ke dalam gedung Bawaslu. 

Melihat situasi yang memanas, polisi berupaya membubarkan kerumunan massa. Kendaraan taktis yang semula telah meninggalkan Bawaslu kembali didatangkan untuk membubarkan para demonstran yang memilih masih bertahan. Bentrokan pun terjadi ketika polisi mulai mengejar para pengunjuk rasa. 

Massa kemudian membalas dengan melempar batu dan petasan ke arah polisi. Alhasil, polisi menembakan meriam air ke arah demonstran. Mereka juga melepaskan tembakan gas air mata dengan harapan massa membubarkan diri.

Massa kemudian melarikan diri ke beberapa titik. Dalam situasi seperti itu, kemudian santer beredar informasi ada pihak yang diduga pengunjuk rasa terluka, bahkan tewas. Benarkah informasi tersebut?

"Masih dicek (kebenaran informasi itu)," kata Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo melalui keterangan tertulis pada Rabu (22/5).

Ia menegaskan sejak awal aparat keamanan tidak dilengkapi dengan peluru tajam. Sehingga, apabila ada penembakan, maka bisa dipastikan itu bukan datang dari personel keamanan TNI dan Polri. 

Lalu, apa langkah Polri selanjutnya untuk mengamankan aksi unjuk rasa yang terus berlanjut hari ini di depan gedung Bawaslu? 

1. Polri sudah mengamankan sekitar 20 orang yang diduga pelaku provokator

IDN Times/Gregorgius Damar

Menurut Dedi, aksi ricuh yang terjadi di dekat gedung Bawaslu pada Selasa malam (21/5) diduga dipicu oleh provokasi dari warga yang berasal dari luar Jakarta. 

"Saat ini aparat keamanan sudah mengamankan lebih dari 20 orang yang diduga pelaku provokasi dan melakukan tindak pidana lainnya," kata Dedi melalui keterangan tertulis pada hari ini. 

Pasca terjadi kericuhan di dekat gedung Bawaslu pada dini hari tadi, beredar berbagai video pendek terkait peristiwa semalam di media sosial. Salah satu video berisi rekaman demonstran membawa lima butir peluru. Ia menyebut peluru itu berasal dari senjata polisi. Demonstran menyebut polisi sengaja menembaki seseorang yang bernama Ustaz Mancung dari Sawangan. 

Namun, Dedi mewanti-wanti publik agar tidak mudah terprovokasi oleh berbagai informasi yang beredar di media sosial. 

2. Polri sudah mewanti-wanti sejak jauh hari bahwa aksi demo 22 Mei ditunggangi kelompok tertentu

Ilustrasi bentrokan. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Dedi menjelaskan situasi ricuh tersebut sudah diprediksi oleh Polri. Sebab, mereka mengantongi informasi intelijen aksi demo 22 Mei akan ditunggangi oleh kelompok tertentu. 

"Oleh sebab itu, kami meminta agar masyarakat tidak terprovokasi," kata Dedi lagi. 

Saat terjadi bentrokan dini hari tadi, orang tidak dikenal membakar mobil-mobil yang terparkir di depan asrama Brimob Petamburan. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes (Pol) Argo Yuwono menegaskan tidak ada bagian dari asrama Brimob yang terbakar. 

"Iya, yang dibakar itu mobil di depan asrama polisi. Ada 9 unit yang dibakar," ujar Argo ketika diwawancarai oleh stasiun berita Kompas TV pada Rabu pagi (22/5). 

3. Pemerintah sempat meminta agar masyarakat membatalkan saja niat untuk berdemo pada 22 Mei

IDN Times/Insodirus Rio

Mewakili pemerintah, Menkopolhukam Wiranto meminta agar rencana untuk menduduki beberapa instansi pemerintah pada (22/5) dibatalkan saja sebab akan menodai proses demokrasi dan pada akhirnya justru rakyat yang menjadi korban. 

"Aparat penegak hukum akan bersikap konsisten, tegas tanpa pandang bulu. Kami akan menindak siapa pun yang nyata-nyata melanggar hukum," kata dia di kantor Kemenkopolhukam. 

Ia pun turut mengklarifikasi soal penetapan status tersangka terhadap beberapa tokoh yang datang dari kubu oposisi. Beberapa yang sudah ditetapkan jadi tersangka dengan dugaan melakukan makar yaitu Eggi Sudjana, Lieus Sungkharisma hingga pria yang mengancam akan memenggal kepala Jokowi. Menurut mantan Panglima TNI itu, yang dilakukan oleh aparat penegak hukum bukan tindakan sewenang-wenang. 

"Itu bukan digolongkan tindakan sewenang-wenang atau diktator, tetapi semata-mata demi tegaknya hukum dan keamanan nasional," katanya lagi. 

4. Polri akan sebar 40 ribu personel di beberapa titik untuk mengamankan situasi usai pengumuman pemenang Pilpres

Ilustrasi Bentrok (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/pras)

Polri sendiri mengaku tidak ingin kecolongan adanya kelompok yang ingin menunggangi aksi 22 Mei. Oleh sebab itu, sesuai dengan instruksi Kapolri, polisi dengan dibantu TNI menyebar sekitar 40 ribu personel di beberapa titik. Salah satu yang menjadi fokus pengamanan yakni beberapa objek vital seperti gedung KPU dan Bawaslu. 

"Banyak, semuanya kita antisipasi di berbagai titik. Pusat perbelanjaan, objek-objek vital, wilayah perkantoran, kantor pemerintahan, Istana Negara, KPU, Bawaslu," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen (Pol) Muhammad Iqbal pada Selasa (21/5) di kantor Kemenkopolhukam. 

Editorial Team