Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Anggota Komisi III DPR, Arsul Sani (IDN Times/Sachril Agustin)
Anggota Komisi III DPR, Arsul Sani (IDN Times/Sachril Agustin)

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani bicara mengenai ucapan Panglima Komando Cadangan Strategis (Pangkostrad), Letjen TNI Dudung Abdurachman, yang menyebut semua agama benar. Menurutnya, ucapan Dudung itu memiliki maksud baik.

"Bagi PPP, pernyataan Letjen Dudung baik dari segi maksud atau tujuan, tapi ada yang tidak pas dari segi konten atau artikulasi," kata Arsul kepada wartawan, Kamis (16/9/2021).

1. Arsul sebut Dudung salah memilih diksi

Anggota Komisi III Arsul Sani (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Arsul menjelaskan maksud Dudung mengatakan "semua agama benar" adalah untuk membangun dan memperkuat toleransi antar umat beragama. Namun, menurutnya, Dudung sedikit salah memilih kata sehingga ucapan Pangkostrad ini terasa kurang pas. Alhasil, kata dia, beberapa organisasi masyarakat (ormas) atau tokoh agama mengoreksi Dudung.

"Diksi 'semua agama benar' itu hal yang tidak pas, karena akan selalu menimbulkan kontroversi. Karena itu lebih bijak, misalnya, menggantinya dengan ungkapan bahwa semua agama mengajarkan kebenaran kepada umatnya sesuai keyakinan dan tata caranya masing-masing," ujarnya.

Anggota Komisi III DPR ini menambahkan, semua agama mengajarkan kebaikan. Dia pun tak ingin ada perpecahan karena ada perbedaan pandangan ini.

2. MUI tak sependapat dengan Dudung

Ilustrasi gedung Majelis Ulama Indonesia (MUI) (IDN Times/Fitang Budhi Adhitia)

Sebelumnya, Letjen TNI Dudung Abdurachman mengatakan semua agama benar. Ucapan Dudung pun menuai komentar, salah satunya dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

"'Semua agama benar'. Itu menurut Pancasila untuk hidup bersama di Indonesia. Tapi dalam keyakinannya masing-masing pemeluk agama, tetap yang benar hanya agama saya. Nah, dalam bingkai NKRI kita tak boleh menyalahkan agama lain, apalagi menodai," kata Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah MUI, Cholil Nafis, di akun Twitter-nya @cholilnafis, dikutip Kamis (16/9/2021).

"Toleransi itu memaklumi bukan menyamakan," dia menambahkan.

Cholil mengatakan keyakinan tiap orang berbeda-beda. Karena berbeda, dia tak ingin keyakinan tiap orang dipertentangkan. Toleransi, sambungnya, penting dilakukan.

"Yang sama jangan dibeda-bedakan apalagi dipertentangkan dan yang memang beda jangan di sama-samakan. Namun kita tetap harus saling memaklumi dan menghargai. Begitulah makna toleransi yang saya pahami," ucapnya.

Cholil tak sependapat dengan pernyataan Dudung yang menyebut 'semua agama benar'. Dia mengatakan setiap orang yang memiliki keyakinan akan menganggap agamanya paling benar.

"Bagi kami umat Islam yang benar adalah hanya agama Islam. Kita wajib meyakininya agar iman menancap di hati. Hanya dalam kehidupan sosial berbangsa dan bernegara kita harus punya bertoleransi kepada umat beragama lain," kata Cholil.

3. Melihat lagi ucapan Dudung soal semua agama benar

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman ketika berkunjung ke Batalyon Zipur 9 Kostrad, Bandung (www.kostrad.mil.id)

Beberapa waktu lalu, Dudung Abdurachman memberikan pesan khusus kepada prajurit TNI AD agar tidak terlalu fanatik kepada agama. Sebab, semua agama pada dasarnya mengajarkan kebaikan.

"Jadi, hindari sikap fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama, karena semua agama itu benar," ungkap Dudung ketika berkunjung ke Batalyon Zipur 9 Kostrad, Ujungberung, Bandung, Jawa Barat yang dikutip dari situs resmi Kostrad, Selasa (14/9/2021). 

Dudung juga mengimbau agar seluruh prajurit TNI AD selalu bersyukur apa pun pangkat yang kini diemban. Di masa pandemik COVID-19, semua prajurit perlu mengutamakan pola pikir positif. Sebab, salah satu sumber penyakit adalah pola pikir. 

"Jadi, kita harus bersyukur dengan kondisi keluarga saat ini masih diberikan kesehatan. Bersyukurlah memiliki istri apa pun bentuknya, karena itu adalah pilihan kita," tutur dia. 

Pesan penting lainnya yang disampaikan Dudung kepada jajarannya di TNI AD yakni agar tidak mudah menerima informasi, apalagi yang isinya bombastis karena biasanya hoaks. 

Selain itu, Dudung meminta agar prajurit TNI AD tidak mudah terprovokasi ketika membaca informasi yang beredar di media sosial. "Bijaklah bermain media sosial sesuai dengan aturan yang berlaku bagi prajurit," kata dia. 

Sikap tidak mudah terprovokasi sesuai dengan kode etik prajurit TNI yang melarang berperilaku yang berpotensi memecah belah bangsa. Prajurit TNI juga dilarang berperilaku menyebarkan ujaran kebencian. 

Di sisi lain, Dudung juga meminta agar menghilangkan sistem perploncoan di lingkungan TNI AD bagi prajurit baru. Setiap latihan harus dilakukan secara profesional dan proporsional. 

"Laksanakanlah pembinaan tradisi kepada prajurit yang baru masuk secara keras sesuai aturan, tetapi bukan kasar. Sebab, tujuan dari tradisi satu adalah untuk membangun kebanggaan dan jiwa korsa. Hal itu bisa dilakukan tanpa kekerasan atau tindakan-tindakan yang dapat merugikan diri sendiri serta satuan,” Dudung menegaskan. 

Editorial Team