Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Ariyo Zidni, Sang Pendongeng dengan Segudang Cerita

PENDONGENG. Ariyo Zidni rela meninggalkan pekerjaannya demi serius mendongeng. Foto dari akun Instagram @aiodongeng

Oleh Tarida Angelina

JAKARTA, Indonesia —Siapa yang tidak mengenal dongeng? Semua orang setidaknya pernah mendengar dongeng ketika masih kecil. Mochammad Ariyo Faridh Zidni atau biasa dipanggil Ariyo adalah pendongeng Indonesia yang merasakan hal sama. Berawal dari hobi, siapa sangka Ariyo justru lebih serius mendalami dunia dongeng. Ia pun dikenal sebagai penulis buku, pendongeng serta salah satu founder Ayo Dongeng Indonesia.

Pria kelahiran 18 Juni 1980 ini sebelumnya bekerja sebagai pustakawan di sebuah law firm. Tapi Ariyo rela meninggalkan pekerjaan kantorannya karena merasa mendongeng lebih menyenangkan. “Sebelum jadi pustakawan, aku juga sempat mengajar. Nah, mengajar itu kan waktunya lebih fleksibel ya,” kata Ariyo kepada Rappler Selasa, 20 Februari lalu.

“Terus dulu orang tuaku pernah bilang 'Enggak masalah kerja tetap, yang penting tetap kerja'. Jadi mereka enggak pernah nanya aku kerja di mana, kok kerjanya gimana-gimana. Asalkan aku tetap kerja dan produktif.”

Dimulai dari membaca

Sejak kecil, anak kedua dari tiga bersaudara ini bercerita ia dan saudara-saudaranya sering dibelikan buku oleh orang tua mereka. Saat itu, harga buku masih murah. Tetapi karena semakin lama harga buku naik, akhirnya, Ariyo dan orang tua memilih berkunjung ke toko buku bekas.

“Di sana pesta lah itu. Karena buku harganya Rp 1000. Dan buku-buku itu masih ada dan disimpan sampai sekarang. Komik, novel seperti Trio Detektif, Lima Sekawan dan lain-lain. Dan keluarga di Jogja juga pada senang buku. Jadi setiap kita main, kita saling baca buku. Kalau dikasih ya disimpan lah,” katanya.

Kebiasaan membaca buku itu membuat lulusan S1 Ilmu Manajemen Informasi dari Universitas Indonesia ini menggagas UI Book Festival di tahun 2005. Meskipun membaca buku sudah dilakukan sejak kecil, Ariyo mengaku itu bukan paksaan dari orang tua. Ia hanya diberikan uang untuk membeli buku.

Mulai mendongeng

Saat mendalami mata kuliah Bacaan Anak dan Psikologi Anak di tahun 1999, Ariyo mengetahui bahwa dongeng bermanfaat sebagai pendekatan pada anak serta menggunakan dongeng sebagai pemicu minat baca anak. Setelah itu untuk proyek akhir perkuliahan, ia bersama dosennya, Nina, pergi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mendongeng untuk anak-anak pengidap kanker. Karena itu, di mata Ariyo, Nina adalah orang yang paling berpengaruh dalam memperkenalkan dongeng kepadanya.

“Pas mendongeng itu aku merasa kok aku menjadi penting ya, bisa bercerita. Padahal aku enggak pakai alat bantu apa-apa, tapi mereka menyimak ceritaku. Dan dosenku bilang katanya pas aku mendongeng, orang tuanya juga senang. Orang tua kan enggak tau ya apa rasanya pas lihat anaknya kesakitan. Tapi waktu lihat anaknya dengar aku mendongeng, mereka lihat anaknya tenang dan menikmati ceritanya.”

https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20180222/dongeng2-5ceebc1d3e50bc2feb53f85dcc4dc3b5.JPG

Dari situ, Ariyo mulai mengenal dongeng dan berkesempatan bertemu almarhum Pak Raden. Ia belajar dan banyak berkomunikasi dengan almarhum dan belajar banyak  tentang seluk-beluk dunia mendongeng. Tetapi, baru tahun ini, Ariyo memutuskan berkarier sebagai pendongeng secara serius. Ariyo yang pernah bergabung di Komunitas 1001 buku juga pernah berkeliling ke taman baca dengan membawa buku dan mulai mendongeng.

Selama menjadi pendongeng, Ariyo lebih merasakan suka dibandingkan duka. Pengalaman berkesan pun juga banyak, tetapi salah satu yang berkesan ketika Ariyo berkesempatan menghibur korban bencana dengan dongeng saat tsunami Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. Selain itu, Ia juga pernah mendongeng di panti asuhan, panti jompo, sekolah, dan taman bacaan.

Semua tentang dongeng

Sering mendongeng dari kota ke kota hingga luar negeri, tentunya Ariyo memiliki cerita dongeng favorit yaitu Pintu Berdecit (Squeaky Door, AS) dan Tikki Tikki Tembo (Tiongkok). Untuk dongeng dari Indonesia, Ariyo memilih Gerhana oleh Pak Raden dan Kancil. Pendongeng favoritnya ada Margaret Read Macdonald, Pak Raden, dan Made Taro. Sebuah kebanggaan ketika Ariyo bertemu dengan pendongeng favoritnya dan bisa berbagi cerita mengenai dongeng.

Ariyo juga mendongeng sesuai ketertarikan usia anak-anak. Jika anak preschool lebih menyukai cerita 3 menit, anak sekolah dasar lebih tertarik cerita 15 menit seperti aktivitas sehari-hari. Begitu juga dengan anak SMP yang lebih tertarik kepada cerita detektif, berbeda dengan orang dewasa yang menyukai cerita inspiring.

Tampil mendongeng juga tidak pernah menjadi sebuah kesulitan bagi pria yang memiliki seorang anak ini. Baginya, mendongeng itu sebuah kejujuran dan apa adanya. Maka dari itu, Ia tidak pernah mengubah penampilannya saat mendongeng. Ini juga menjadi syarat ketika ada yang mengundangnya untuk berdongeng, Ia selalu mengatakan untuk tidak memakai kostum dan sebagainya.

“Dulu pernah coba pakai alat bantu sih tapi karena penasaran aja pengin tahu. Pernah pakai wayang, muppetkamishibai (alat bantu dari Jepang) terus pernah pakai musik kayak gitar, organ lalu saya bercerita pakai nada. Tapi lama-lama capek karena jadi ketergantungan sama alatnya. Lagipula, dongeng itu kekuatannya ya di ceritanya.”

https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20180222/dongeng1-75c98e0ea8df1b74c4d2143217c3f036.JPG

Menjadi seorang pendongeng, membuat Ariyo selalu memiliki tip untuk mendongeng. Katanya, kenali cerita yang disukai, kuasai cerita, dan tidak terfokus dengan alat bantu. Selain itu, luangkan waktu untuk bercerita agar tidak terganggu dengan aktivitas lain.

Minat baca

Dalam mendongeng, Ariyo selalu menekankan hal-hal seperti tidak pernah menyebut judul di awal, tidak pernah menyebut nilai moral setelah mendongeng, dan selalu menyebut judul buku yang dibaca di akhir dongeng.

“Kalau menyebut pesan moral seperti itu nanti jadi menghancurkan imajinasi anak-anak. Kan pesan dari cerita kan enggak selalu satu pesan dan tidak ada yang salah. Dan dalam cerita itu, semua orang kan memiliki tokoh favorit atau tidak suka tokohnya tapi suka jalan ceritanya aja. Bahaslah secara terbuka dengan anak-anak. Lalu dengan memberitahu judul buku, anak jadi merasa buku itu bukan sesuatu yang berat.”

Mendongeng juga digunakan Ariyo sebagai komunikasi dengan anak semata wayangnya. Pergi ke toko buku tentunya jadi rutinitas keluarga. Selain itu, toko buku selalu jadi referensi untuk bahan cerita dongeng baik buku luar negeri dan buku lokal. Jika buku cerita luar lebih imajinatif, di Indonesia masih memiliki keterbatasan cerita.

Selain itu, Ariyo juga menulis buku yaitu Kancil (Kisah Sebenarnya) berupa picture book karena lebih cocok kepada pembaca awal. Ide yang disusun dari 2008 itu akhirnya dibuat karena merasa terganggu dengan cerita kancil yang selalu terlihat baik padahal ada lagu yang menunjukkan kancil ini juga jahat. Ariyo juga membeberkan rencana sedang dalam proses menulis beberapa buku di tahun ini bersama teman-teman secara berseri.

Dongeng di Indonesia

“Sekarang ini banyak sih komunitas di berbagai kota. Kalau di googling juga udah banyak pendongeng di Indonesia. Bisa dibilang mendongeng semakin lebih banyak tetapi masih kurang mendongeng untuk umum. Itulah jadi tujuan Ayo Dongeng Indonesia untuk membuat acara seperti dongeng kejutan dan sebagainya.”

Dampak baik juga telah banyak dibuat oleh Ayo Dongeng Indonesia. Seperti banyaknya relawan untuk acara dan semakin banyak orang tua yang tergerak untuk berdongeng untuk anaknya setelah datang ke Festival Dongeng Indonesia.

Ariyo sendiri mengatakan sudah banyak komunitas mendongeng di Indonesia dan selalu mendorong untuk membuat festival yang saat ini sudah diadakan di Bandung, Bogor, Maluku, dan Poso dan sebagainya.

Festival Dongeng Indonesia yang digagas oleh Ayo Dongeng Indonesia dari tahun ke tahun selalu bertambah jumlah pengunjungnya. Ayo Dongeng Indonesia juga mengadakan berbagai acara rutin seperti pop up storytelling (dongeng kejutan), kelas mendongeng, kampanye mendongeng, serta festival mendongeng.

Komunitas yang berdiri sejak 3 Desember 2011 juga terbuka bagi siapapun yang ingin bergabung dengan komunitas. Yang tertarik bisa mengakses website mereka di www.ayodongengindonesia.com dan akun Facebook, Twitter, dan Instagram dengan nama yang sama. Ke depannya, Ariyo juga akan membuat akun Youtube dan Soundcloud untuk memudahkan mendongeng kepada masyarakat.

Melihat perkembangan dongeng yang lebih luas, Ariyo yakin kedepannya mendongeng akan lebih seru karena banyaknya akses dan acara yang ada. Harapan Ariyo sendiri kepada orang dewasa adalah untuk mendongeng karena menyenangkan dan memiliki manfaat tersendiri baik untuk anak-anak dan juga orang itu sendiri. —Rappler.com

Share
Topics
Editorial Team
Yetta Tondang
EditorYetta Tondang
Follow Us