Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Djamari Chaniago
Djamari Chaniago (YouTube/Dodikjur Rindam III Siliwangi)

Intinya sih...

  • Djamari Chaniago, perwira tinggi TNI AD dengan latar belakang pendidikan di Akmil dan pengalaman di pasukan elite Kostrad.

  • Pensiun dari militer pada 2004, Djamari juga aktif di sektor sipil dan pernah menjadi anggota MPR RI.

  • Djamari Chaniago disebut-sebut masuk bursa calon Menko Polkam, tetapi belum ada konfirmasi resmi terkait hal tersebut.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Nama Djamari Chaniago mendadak jadi sorotan usai santer disebut masuk bursa calon Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) menggantikan Budi Gunawan.

Lama berkiprah di dunia militer dan ranah sipil, membuat sosok asal Sumatra Barat ini digadang-gadang punya kapasitas menempati posisi strategis tersebut.

Siapakah sosok Djamari Chaniago? Berikut profil dan jejak kariernya di dunia militer dan sipil.

1. Latar belakang pendidikan dan karier militer Djamari Chaniago

Djamari Chaniago (YouTube/Dodikjur Rindam III Siliwangi)

Djamari Chaniago lahir di Padang, Sumatra Barat, pada 8 April 1949. Ia menempuh pendidikan militer di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI atau sekarang Akmil), dan lulus pada 1971.

Sejak awal, ia bergabung dengan kesatuan Infanteri dan kiprahnya juga tercatat di pasukan elite Kostrad. Djamari dikenal sebagai perwira tinggi TNI AD yang sarat pengalaman di bidang pertahanan dan strategi nasional.

Karier militernya menanjak stabil hingga menduduki sejumlah jabatan strategis. Beberapa posisi penting yang pernah ia emban antara lain:

  • Pangdam III/Siliwangi (1997–1998)

  • Pangkostrad (1998–1999)

  • Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (1999–2000)

  • Kepala Staf Umum TNI (2000–2004).

Djamari Chaniago yang pangkat terakhirnya Letjen juga disebut merupakan anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP), yang memutuskan Prabowo Subianto terbukti melakukan pelanggaran ketika terlibat dalam operasi penculikan sejumlah aktivis pada 1997-1998. Kala itu, DKP memecat Prabowo dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada 1998.

Adapun, DKP terdiri dari tujuh perwira TNI AD yakni Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal Subagyo Hadisiswoyo selaku pemimpin DKP dan wakilnya, Letnan Jenderal (Letjen) Fachrul Razi. Anggotanya Letjen Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Letjen Agum Gumelar, Letjen Yusuf Kartanegara, Letjen Arie J. Kumaat, dan Letjen Djamari Chaniago.

Djamari sendiri mendapat sejumlah penghargaan dan tanda jasa. Beberapa di antaranya Bintang Kartika Eka Paksi, Bintang Dharma, Bintang Yudha Dharma Pratama, hingga berbagai Satyalancana atas pengabdian panjang di TNI.

2. Pernah menjadi anggota MPR RI

Djamari Chaniago (YouTube/Dodikjur Rindam III Siliwangi)

Mengutip laman tni.mil.id, Djamari Chaniago pensiun dari militer sekitar November 2004, dengan pangkat terakhir Letjen. Dia pensiun bersama sejumlah perwira TNI di antaranya mantan Kasad Jenderal TNI Tyasno Sudarto dan Letjen TNI Sudi Silalahi.

Saat itu, upacara Wisuda Purnawira Pati TNI AD langsung dihadiri Kasad Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu di Asrama Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah, Kamis, 11 November 2024.

Pensiun dari militer, Djamari juga sempat aktif di sektor sipil. Ia pernah menjadi anggota MPR RI dari Fraksi Utusan Daerah Jawa Barat dan Fraksi ABRI. Selain itu, ia juga tercatat menjabat sebagai Komisaris Utama PT Semen Padang pada 2015–2016.

3. Djamari Chaniago masuk bursa Menko Polkam?

Djamari Chaniago (YouTube/Dodikjur Rindam III Siliwangi)

Sebelumnya, muncul kabar nama Letnan Jenderal (Purn) TNI Djamari Chaniago masuk bursa calon Menko Polkam. Dimintai tanggapan terkait isu tersebut, Kepala Badan Pengendalian Pembangunan dan Investigasi Khusus, Aris Marsudianto, mengaku tak mengetahui.

"Waduh, saya tidak bisa bicara tentang reshuffle ya, biar nanti yang umumkan Beliau," ujar Aris di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (16/9/2025).

4. Pernah jadi sorotan saat insiden pengeroyokan prajurit TNI oleh anggota klub moge

Ilustrasi - Para pecinta moge serbu venue utama JBR 2024. (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Djamari Chaniago pernah menjadi sorotan saat peristiwa pengeroyokan prajurit TNI oleh anggota klub moge di Bukittinggi, Sumatra Barat pada 2020. Kegiatan touring tersebut dalam agenda touring bertajuk "Long Way Up Sumatra Island" yang rencananya berlangsung sejak 29 Oktober hingga 7 November 2020.

Dua korban pengeroyokan adalah anggota intel Kodim 0304/Agam, Serda M Yusuf dan Serda Mistari. Kedua prajurit TNI tersebut tidak berpakaian seragam, karena tugasnya sebagai tim intel di Kodim 0304/AGAM dan tengah berpakaian sipil. Dua anggota klub moge berinisial MS (49) dan B (18) langsung ditahan usai kejadian.

Kasus ini berawal saat Serda M Yusuf dan Serda Mistari tengah berboncengan menggunakan sepeda motor matic, namun tiba-tiba rombongan kub moge HOG asal Bandung, Jawa Barat, itu tancap gas di Jalan Prof Hamka Bukittinggi, Sumatra Barat, pada Jumat, 30 Oktober 2020 sekitar pukul 17.00 WIB, hingga korban minggir ke bahu jalan.

Serda Yusuf dan Serda Mistari kemudian mengejar rombongan moge tersebut, dan memberhentikan mereka di Simpang Tarok, Kota Bukittinggi hingga terjadi adu mulut yang berujung pengeroyokan.

Djamari yang saat itu sebagai pentolan Harley Owners Group Siliwangi Bandung Chapter (HOG SBC) sempat menyebut 'pengeroyokan TNI masalah kecil' hingga kemudian menjadi sorotan publik. Dia menyebut insiden pengeroyokan dua anggota TNI terjadi karena kesalahpahaman akibat padatnya jalanan.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai pernyataan Djamari tidak mendidik dan malah menunjukkan sikap arogansi dari seorang pensiunan militer. Menurutnya sikapnya justru bisa merugikan dirinya sebagai pensiunan TNI yang seharusnya dihormati publik. Djamari seharusnya meminta maaf atas insiden tersebut.

"Letnan Jenderal (Purn) Djamari Chaniago harus mencabut pernyataannya, yang menganggap kasus pengeroyokan yang dilakukan anggota moge yang dipimpinnya terhadap dua prajurit TNI sebagai masalah kecil," kata Neta kepada wartawan, Senin, 2 November 2020.

Editorial Team