Sejak kecil, Gus Irfan sudah terbiasa dengan pendidikan Islam. Berasal dari keluarga pesantren, ia tumbuh di lingkungan yang sangat mendukung pendidikan Islam. Bimbingan dari keluarganya memberikan dasar kuat dalam memahami nilai-nilai agama dan tradisi pesantren, yang menjadi ciri khas dalam perjalanan pendidikannya.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Gus Irfan melanjutkan studinya di Pesantren Tebuireng, Jombang, yang didirikan kakeknya, KH Hasyim Asy’ari. Pesantren Tebuireng adalah salah satu pesantren terbesar di Indonesia yang dikenal berkontribusi dalam perkembangan pendidikan Islam di nusantara.
Gus Irfan kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Universitas ini merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua dan terkemuka di dunia. Dengan menggabungkan pendidikan pesantren dan akademik formal, Gus Irfan memperoleh pemahaman mendalam, baik tentang tradisi pesantren maupun perspektif Islam kontemporer, yang kemudian membentuknya sebagai seorang ulama dengan wawasan yang luas.
Selain aktif di bidang keagamaan, Gus Irfan juga berperan penting dalam lembaga ekonomi Nahdlatul Ulama (NU) sebagai Wakil Ketua LPNU. Pada 1989, ia dipercaya sebagai Sekretaris Umum di Pondok Pesantren Tebuireng dan berkarier sebagai Komisaris Utama PT BPR Tebuireng sejak 1996 hingga 2016. Selain itu, ia pernah memimpin Pesantren Al-Farros dan mengajar di AKPER Widyagama Malang.
Dalam bidang politik, Gus Irfan aktif di Partai Gerindra, dan pada Pilpres 2019 ia menjadi Juru Bicara tim Prabowo-Sandiaga Uno, memanfaatkan pengalamannya yang relevan di LPNU.