Fadli Zon, Setya Novanto dan Donald Trump: Benarkah Orang Indonesia Bule Lover?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Selama 12 jam terakhir, netizen Indonesia dihebohkan dengan kemunculan wajah Ketua DPR, Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR, Fadli Zon di kampanye salah satu calon Presiden Amerika Serikat mewakili partai Republik, Donald Trump.
Ini dia rekamannya di Youtube.
Diberitakan oleh bbc.com bahwa di media sosial, berita ini menuai sentimen negatif. Indonesia Indicator mencatat sentimen negatif tentang Fadli Zon terkait berita Donald Trump di Twitter memiliki persentase 40,4 persen sementara yang positif hanya 26,6 persen.
"Sementara Setya Novanto sentimen negatifnya 40,2 persen dan positifnya hanya 27 persen. Ini termasuk jarak cukup besar," kata Wildan Pramudya, Kepala Riset Indonesia Indicator.
Komentar-komentar netizen yang rata-rata nyinyir ini cukup menarik disimak. Ini contohnya.
Seru baca komen2 ttg keblunderan #setyanovanto & @fadlizon sm @realDonaldTrump. Keliatan pejabat gak ngerti politik internasional
— Aliendheasja Fawilia (@alienkeren) September 4, 2015
Komentar dari @TikusPARLEMEN malah lebih keras lagi.
Kalian itu harus nya bekerja Buat Rakyat Indonesia Bukan Buat Rakyat Amrik , GOBLOG kog di Pupuk #SetyaNovanto #Fadlizon #DPR4trump
— MERDEKA? (@TikusPARLEMEN) September 4, 2015
Walaupun banyak netizen yang menganggap tindakan kedua pejabat ini memalukan, opini penyebab mengapa hal ini dianggap memalukan ternyata berbeda-beda.
Yang pertama, banyak orang Indonesia yang menganggap Fadli Zon selalu menggembar-gemborkan bahwa dirinya tidak mau menjadi "budak asing" namun ia muncul di sini seakan-akan mendukung salah satu calon Presiden yang belum tentu menang.
Yang kedua, banyak yang tidak mengetahui, mungkin termasuk Setya Novanto dan Fadli Zon, bahwa Donald Trump mengalami serangan keras dari penduduk Amerika karena pandangan beliau yang sangat rasis terhadap imigran yang datang ke Amerika.
Pengamat politik dan cendekiawan Islam yang dihormati di Indonesia, Ulil Abshar Abdala, langsung berkomentar pedas via cuitannya lewat akun @ulil.
Memalukan Ketua DPR kita ikut hadir di kampanye Donald Trump di US. Trump adalah kandidat presiden Partai Republik yg buruk dan norak.
— Ulil Abshar Abdalla (@ulil) September 4, 2015
Editor’s picks
Pada kesempatan ini, Setya Novanto dan Fadli Zon malah menyempatkan diri ber-selfie ria dengan Trump. Sepertinya mereka happy bisa berfoto bersama.
Apakah mereka sadar bahwa mereka adalah wakil Indonesia yang seharusnya tidak berpihak pada capres tertentu?
Dalam hubungan politik Internasional, memang tidak disarankan untuk menunjukkan keterpihakan pada seorang capres negara lain ketika masa kampanye.
Pengamat politik Adrian Napitupulu mengungkapkan kekecewaannya via Twitter.
Wah.. Dihadapan Donald Trump Ketua DPR RI janji akan lakukan hal2 besar utk Amerika. Kok bukan utk Indonesia? -- http://t.co/wvCgJpVX8E
— Adian Napitupulu, SH (@AdianNapitupulu) September 4, 2015
Mungkinkah bahwa mereka berdua ini bermental "bule lover"? Tingkah mereka, dinilai netizen, mirip dengan pemuda pemudi alay yang jarang lihat bule dan berlomba-lomba ingin foto bersama. Kalau bisa masuk tivi di Amerika, malah senang bukan main.
Dalam kampanye tersebut, Trump malah memperkenalkan Setya dengan terbuka.
"Hadirin, ini adalah orang yang sangat luar biasa, Ketua DPR dari Indonesia, Setya Novanto. Salah satu orang yang paling berpengaruh dan dia ke sini untuk bertemu dengan saya. Kita akan melakukan hal yang luar biasa untuk AS, benarkan?" kata Trump kepada Setya, dalam rekaman video yang beredar di YouTube.
"Apakah warga Indonesia menyukai saya?," kata Trump, dikutip dari CBS.
Pertanyaan itu dijawab dengan Setya dengan singkat, "Ya, sangat suka, terima kasih banyak."
Setya dan Trump kemudian berjabat tangan.
Padahal ketika ditanya wartawan, baik Fadli maupun Setya mengaku bahwa agenda menemani Trump pada kampanye ini bahkan tidak ada. Jadi sifatnya spontan saja. Tapi dokumentasi menunjukkan bahwa Setya dan Fadli seperti merupakan bagian dari kampanye secara sengaja.
Menurutmu bagaimana?
Apakah memang ini tindakan yang bijak oleh Ketua MPR dan Wakilnya? Berikan komentarmu, ya.