Pak Jokowi, Seumur Hidup Saya Sepi…. Pahit

Mana maafmu, Pak?

Pak Jokowi, presidenku.

Saya anak tunggal. Ayah ibu saya berpisah waktu saya masih kecil.

Saya tinggal dengan ibu saya sampai sekarang. Ibu saya penjahit di rumah dan saya kerja serabutan. Kadang jadi tukang antar brosur. Kadang servis AC. Putus sekolah sejak SMP. Kami tinggal di Semarang.

Pak Jokowi, Seumur Hidup Saya Sepi…. PahitSumber gambar: zabidi-morad.blogspot.com

Pak Jokowi, presidenku.

Hidup saya sepi. Hidup ibu saya sepi.

Kalau anak lain berkumpul keluarga besar setiap hari libur dan hari raya. Ada sepupu. Ada kakek nenek. Ada Om Tante. Ada Budhe Pakdhe. Saya di rumah. Paling bantu ibu antar pesanan baju.

Pak Jokowi, Seumur Hidup Saya Sepi…. PahitSumber gambar: dakwatuna.com

Pak Jokowi, presidenku.

Ibu saya tidak pernah bicara. Saya nggak tahu beliau tuna wicara. Atau memang tidak mau bicara.

Tapi yang jelas beliau tidak pernah bersuara. Dia menyayangi saya dengan sentuhan. Dia bicara dengan memandang. Itu cukup buat saya.

Pak Jokowi, presidenku.

Beberapa bulan lalu saya mendapati ibu menangis histeris di kamar sepulang saya kuliah. Karena kuatir beliau terluka, saya lari menghampiri. Ibu saya meringkuk di lantai dan menjerit.

Pak Jokowi, Seumur Hidup Saya Sepi…. PahitSumber gambar: news.detik.com

Beliau tidak mau menjawab biar ditanya berkali-kali. Air matanya sudah bercampur ingus, menetes di lantai, ibu saya menangis lama. Beliau sesekali menjerit lirih “Bapak, Ibu”, katanya.

Pak Jokowi, presidenku.

Itu pertama kali saya mendengar ibu bicara setelah seumur hidup tak mendengar suaranya. Tapi diikuti dengan tangisan.

Saya ikut menangis karena tidak tega. Sakit hati macam apa yang membuat beliau sedemikian sedih? Hati anak mana yang tega melihat ibunya menangis sampai kejang di lantai begitu? Sakit pak lihatnya. Ibu saya sudah tua.

Pak Jokowi, presidenku.

Rupanya pagi ketika saya keliling antar brosur, ibu menerima kabar bahwa mereka menemukan “nenek” saya yang hilang. Nenek yang tidak pernah saya jumpai seumur hidup. Dia ditemukan di lubang di hutan. Sudah tulang belulang.

Pak Jokowi, Seumur Hidup Saya Sepi…. PahitSumber gambar: nasional.news.viva.co.id

Saya baru tahu, ternyata nenek saya “hilang” di tahun 1965. Waktu itu ibu saya masih kecil. Dia hanya ingat ayah ibunya, kakek nenek saya, diseret keluar rumah. Kemudian dimaki-maki orang banyak, dipukuli kepalanya dengan tongkat.

Ibu saya melarikan diri setelah berhasil sembunyi di lemari berhari-hari. Menangis ketakutan. Anak kecil yang nggak tahu mengapa ayah ibunya sasaran kemarahan.

Pak Jokowi, presidenku

Sejak saat itu ibu saya yatim piatu. Malam itu dia menyaksikan ibu dan bapaknya di lubang sebuah hutan bersimbah darah dan tangan terikat. Sejak saat itu ibu saya berhenti bicara.

Ibu saya diam-diam dirawat dalam sebuah panti asuhan kecil di pinggiran Semarang hingga dewasa. Bertemu bapak saya ketika mereka naik bis menuju Salatiga. Bapak saya suka ibu yang walaupun tidak bisa bicara, namun baik perilakunya.

Saya ingat saya sedang duduk makan kerupuk sambil main kelereng baru. Tiba-tiba setelah marah besar pada ibu, bapak pergi. Saya ingat beliau membanting pintu dan membawa tas. Nggak kembali. Setelah hari itu, Ibu saya duduk di teras berhari-hari. Masih tanpa bicara.

Pak Jokowi, Seumur Hidup Saya Sepi…. PahitSumber gambar: kfk.kompas.com

Pak Jokowi, presidenku.

Ibu dan saya pindah ke rumah petak. Karena tetangga kami di rumah lama mengusir ibu saya. “Kamu tidak diterima di sini”, katanya. Saya nggak mengerti, Pak Jokowi. Sejak saat itu hidup saya sepi.

Nggak punya saudara. Sendirian.

Hari ini saya ngerti, Pak. Ibu saya putri seorang komunis.

Hari ini saya ngerti, Pak. Kenapa saya nggak punya kakek nenek. Kenapa saya nggak punya keluarga. Kenapa nggak ada tetangga mau ajak bicara. Kenapa ibu saya bisu. Kenapa bapak saya akhirnya meninggalkan kami.

Pak Jokowi, presidenku.

Banyak anak seperti saya, pak. Kasihan. Nggak punya keluarga, dijauhi tetangga. Salah saya apa? Padahal nenek saya yang hilang itu cuma guru dan kakek saya petani.

Salah ibu saya dan saya apa Pak? Salah keluarga saya apa Pak? Mereka dibunuh nggak jelas.

Keluarga saya hilang lama. Hidup kami sepi. Ibu saya nggak punya KTP.

Pak Jokowi, Seumur Hidup Saya Sepi…. PahitSumber gambar: wanaanaw.wordpress.com

Pak Jokowi, presidenku.

Kami nggak minta banyak, Pak. Mohon maaflah pada kami yang dizalimi ini. Beri pengertian orang-orang di sekitar kami bahwa banyak orang pemberontak komunis tanpa dasar. Baru cuma dituduh lalu langsung bunuh.

Pak Jokowi, Seumur Hidup Saya Sepi…. PahitSumber gambar: news.detik.com

Pak Jokowi, presidenku.

Jumlahnya ribuan pak, bahkan jutaan. Jangan tutup matamu, Pak.

Nanti dosa.

Bapak bisa tidur di malam hari? Dibayangi kakek nenek saya yang bersimbah darah?

Pak Jokowi, presidenku.

Saya cuman minta bapak untuk minta maaf kepada para korban.

Pak Jokowi, Seumur Hidup Saya Sepi…. PahitSumber Gambar: kompas.com

Tidak banyak.

Cuma maaf.

Salam,

Dari yang masih percaya kepada kemimpinan Bapak

Topik:

Berita Terkini Lainnya