Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Laksdya TNI T.S.N.B Hutabarat (YouTube/TVR Parlemen)

Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi I DPR RI, Oleh Soleh meminta kepada Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) serius mengatasi fenomena maraknya LGBTQ dan menurunnya angka pernikahan di Indonesia.

LGBTQ sendiri masuk isu strategis nasional 2025 versi Wantannas di bidang sosial budaya, sebagaimana yang disampaikan Sesjen Wantannas, Laksdya TNI T.S.N.B Hutabarat dalam rapat bersama Komisi I DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (14/11/2024). 

"Saya belum melihat ada gerakan konsen soal penanganan LGBTQ ini, belum ada yang kedengaran bersuara keras lantang terkait LGBTQ," kata dia dalam rapat Komisi I DPR.

1. Pengaruh globalisasi dan media sosial

ilustrasi bendera LGBTQ. (unsplash.com/Stavrialena Gontzou)

Oleh Soleh mengatakan, fenomena LGBTQ dan turunnya angka pernikahan merupakan pengaruh globalisasi dan media sosial.

Soleh menyebut tanpa disadari, pengaruh budaya negatif tersebut sangat luar biasa, dan secara masif terus meluas.

"Pengaruh budaya globalisasi media sosial dan juga yang lain, terutama soal perkembangan kehidupan LGBTQ. Juga soal angka pernikahan, pernikahan di Indonesia ini kan semakin hari semakin menurun kan gitu," jelasnya.

2. Fenomena anjloknya angka pernikahan di Korea Selatan bisa jadi pembelajaran

Bendera Korea Selatan dan Indonesia (freepik.com)

Politikus PKB itu memberikan contoh dampak negatif dari turunnya angka pernikahan, seperti yang terjadi di Korea Selatan (Korsel). Fenomena itu memengaruhi angka kelahiran dan jumlah bayi lahir. 

"Sementara kalau misalkan kita biarkan ini apa yang terjadi di Korea hari ini sekolah-sekolah kosong. Bangunannya, banyak sekali guru-guru menganggur bahkan kalau gak salah ada berita, mereka menerima anak-anak dari luar negaranya untuk bisa sekolah di Korea," tutur Soleh.

Oleh sebabnya, Oleh meminta agar pemerintah serius mencegah fenomena semacam itu terjadi di Indonesia.

3. Indonesia Emas harus dibarengi dengan moralitas

Sejumlah siswa dengan sukarela membantu pendistribusian bantuan bagi para pengungsi di SDK Eputobi Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur pada Sabtu (9/11) pagi hari.

Lebih lanjut, ia berpandangan Indonesia Emas 2045 harus dibarengi dengan moralitas sumber daya manusia (SDM). Terlebih belakangan ini, kepribadian anak-anak semakin hari menurun. 

"Saya berpandangan bahwa bukan hanya infrastruktur bagus, bangunan bagus, teknologi bagus, tetapi yang paling pokok adalah soal moralitas perilaku," terangnya.

"Pertanyaannya kenapa budaya kita nggak jaga budaya ketimuran. Saya menginginkan bahwa bahaya ini ya mohon menjadi sebuah perhatian kalau melihat di media bahwa hari ini penurunan keinginan anak-anak untuk menikah itu semakin menurun sekali," imbuh Soleh.

Editorial Team