Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Orang tua Andika Lutfi Falah
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, melayat ke rumah duka Andika Lutfi Fala (16), seorang siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang meninggal dunia setelah mengikuti demonstrasi di depan Gedung DPR (Dok. KemenPPPA)

Intinya sih...

  • Ayah Andika ungkap kenangan dengan sang putra masih terbayang

  • Remaja 16 tahun itu dikabarkan ikut aksi hanya karena ajakan

  • Menyerukan agar aparat tidak lagi bersikap keras

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Suasana duka masih menyelimuti rumah keluarga Andika Lutfi Fala, siswa SMK yang meninggal dunia saat ikut demonstrasi di depan Gedung DPR RI, 28 Agustus lalu. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, melayat ke rumah Andika pada Rabu, 3 September 2025 di kediamannya, Kubupaten Tangerang, Banten.

“Kami jajaran Kemen PPPA menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Andika Lutfi Fala, seorang anak bangsa dalam peristiwa demonstrasi di Jakarta. Peristiwa ini menjadi pengingat bagi kita bersama untuk meningkatkan pengawasan keluarga, termasuk meningkatkan komunikasi antara orang tua dengan anak-anaknya,” ujar Arifah dikutip dalam keterangannya, Kamis (4/9/2025).

Arifah menghargai jika keluarga yang memilih tidak membawa kasus ini ke ranah hukum. Namun, dia mengingatkan peristiwa ini harus menjadi refleksi bersama.

“Kami memohon maaf atas kekurangan Negara dalam melindungi anak, yang berujung pada hilangnya satu nyawa berharga anak kita. Seluruh anak Indonesia adalah anak kita bersama, mari saling bergandeng tangan dan bahu membahu agar kejadian ini tidak terulang kembali,” ujarnya.

1. Ayah Andika dihantui kenangan dengan mendiang putranya

Menteri PPPA, Arifah Fauzi saat memberikan kuliah umum dengan tema "Pemberdayaan Santri Perempuan Menuju Indonesia Emas 2045" di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ghuroba Langitan (dok. Humas KemenPPPA)

Di tengah suasana kehilangan, ayah korban, Abdul Gofur, mengaku sudah menerima kepergian putranya dan mengatakan ini sudah suratan takdir.

Abdul Gofur menyebut meski dia sangat menyayangi putranya itu, Tuhan lebih sayang pada Andika. Dia berharap sang buah hati yang dulu ditimangnya bisa pergi dengan tenang.

Hati Abdul Gofur begitu hancur. Apalagi saat ia masuk ke kamar Andika, semua kenangan kembali terulang.

“Mungkin sudah takdirnya. Kami tidak menyalahkan siapapun dan tidak menuntut apapun, yang penting dia tenang di sana. Kalau dibilang sedih, sedih banget. Kenang-kenangan sama dia itu terbayang semua. Saya kalau masuk kamarnya tidak sanggup, terbayang semua. Saya sayang, mungkin Allah lebih sayang,” ucapnya.

2. Remaja 16 tahun itu dikabarkan ikut unjuk rasa hanya karena ajakan

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, melayat ke rumah duka Andika Lutfi Fala (16), seorang siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang meninggal dunia setelah mengikuti demonstrasi di depan Gedung DPR (Dok. KemenPPPA)

Andika akhirnya menghembuskan napas terakhir setelah dirawat di RSAL Dr. Mintohardjo. Luka parah di bagian kepala yang ia derita, tak mampu diselamatkan tim medis.

Remaja 16 tahun itu dikabarkan ikut unjuk rasa hanya karena ajakan seorang teman, tanpa sepengetahuan orang tua maupun gurunya di sekolah.

Nasib tragisnya kian terasa getir, karena Andika pergi tanpa ponsel atau pun kartu identitas. Semuanya hilang saat ia mendaki gunung beberapa waktu sebelumnya.

3. Menyerukan agar aparat tidak lagi bersikap anarki

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Arifah Fauzi melakukan pertemuan dengan Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, di Balai Kota Jakarta, Rabu (28/8/2025). (Dok. Humas KemenPPPA)

Di tengah duka yang merobek hati atas gugurnya generasi penerus bangsa, Arifah menyerukan agar aparat kepolisian tidak lagi bersikap anarkis, ketika berhadapan dengan massa.

Arifah menegaskan, di balik kerumunan yang gaduh, selalu ada kelompok rentan yang seharusnya dijaga, bukan justru menjadi korban. Kepada para orang tua, dia mengingatkan agar jangan lengah, sebab satu kelalaian saja bisa menyeret anak ke situasi yang berujung tragis.

“Begitu kami melihat demonstrasi yang besar dan banyak anak terlibat, kami berkoordinasi dengan berbagai organisasi perempuan agar menjaga anak-anaknya, menjaga keluarganya untuk tidak keluar rumah sampai kondisi menjadi lebih baik,” kata dia.

Namun, Arifah menolak jika tragedi ini dijadikan alasan untuk membungkam suara anak-anak bangsa. Dia menegaskan, hak untuk bersuara adalah hak dasar yang tidak boleh dipatahkan, hanya perlu dijaga agar tetap berada dalam jalur aman.

“Setiap anak memiliki hak atas partisipasi, mengemukakan pendapat, dan menyampaikan aspirasi dengan aman dan nyaman. Oleh karena itu, kami berharap anak-anak Indonesia tetap dapat menyuarakan pendapatnya tanpa mengancam keselamatannya,” katanya.

4. Sebut ratusan anak terlibat dalam gelombang demonstrasi

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, melayat ke rumah duka Andika Lutfi Fala (16), seorang siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang meninggal dunia setelah mengikuti demonstrasi di depan Gedung DPR (Dok. KemenPPPA)

Data Kemen PPPA menunjukkan ratusan anak terlibat gelombang demonstrasi sejak 25 Agustus 2025 di berbagai daerah, mulai dari Jakarta, Bali, Makassar, Semarang, Yogyakarta, hingga Surabaya.

Guna memastikan pendampingan, Kemen PPPA telah berkoordinasi dengan UPTD PPA di wilayah-wilayah tersebut. Arifah mengingatkan kembali pentingnya sinergi negara, masyarakat, dan keluarga dalam melindungi anak-anak.

“Kami siaga melalui call center SAPA 129 atau Whatsapp 08111-129-129 bagi masyarakat yang mengalami atau melihat adanya kekerasan terhadap perempuan dan anak,” ujar Arifah.

Editorial Team