Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Andika Lutfi Meninggal Buntut Demo di DPR, Diduga Dianiaya Polisi

Ilustrasi meninggal (IDN Times/Mia Amalia)
Ilustrasi meninggal (IDN Times/Mia Amalia)
Intinya sih...
  • Andika Lutfi, pelajar SMK meninggal setelah demo di DPR
  • Diduga dianiaya polisi dan mengalami luka parah di kepala
  • Pihak keluarga sudah ikhlas atas kematian Andika dan tidak berkenan kematiannya diusut
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kabar duka datang dalam rentetan demo di DPR RI sepanjang pekan lalu. Seorang pelajar SMK, Andika Lutfi, meninggal akibat mengalami pendarahan di otak, Senin (1/9/2025).

Andika merupakan siswa SMK N 14 Kabupaten Tangerang. Andika ikut dalam aksi, di sekitar DPR, Kamis (28/8/2025) malam WIB. Nahas, itu justru menjadi aksi terakhirnya.

1. Bermula dari ajakan teman

WhatsApp Image 2025-08-29 at 9.15.04 PM.jpeg
Aparat memborbardir gas air mata untuk memukul mundur massa di Kwitang, Jakarta Pusat, Jumat (29/8/2025) (IDN Times/Tino Satrio)

Menurut keterangan sang kakak, Pangestu, Andika ikut dalam aksi karena ajakan temannya. Namun, Andika yang baru berusia 16 tahun turun ke jalan tanpa identitas dan ponsel yang memang hilang beberapa hari sebelum ikut aksi.

"Tanpa bawa hp dan identitas, karena hilang ketika naik gunung. Adik saya berangkat tanpa identitas, sampai di sana misah barisan, jadi dia ikut anak sekolah lain, di situ posisinya malam kan, dan ternyata malam itu situasinya brutal," kata Pangestu ketika dihubungi IDN Times, Selasa (2/9/2025).

2. Diduga dianiaya polisi, tidak sadarkan diri hingga dinyatakan meninggal

06c73d44-9c4b-43e6-bddf-f921faecaf1d.jpeg
Suasana jalanan di depan Gedung DPR RI, tepatnya Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Selatan yang masih lumpuh akibat massa aksi melakukan demonstrasi. (IDN Times/Yosafat)

Pada malam itu, situasi memang keruh di beberapa titik aksi, termasuk sekitar DPR. Polisi memborbardir massa dengan gas air mata. Andika terpisah dari rombongan, jatuh karena kesulitan bernapas, lalu diduga mendapat aniaya dari aparat.

Pangestu tak mengetahui kronologi lengkapnya, karena sang adik tidak sadarkan diri sejak dilarikan ke RS TNI AL, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Pangestu masih berprasangka baik, kalau Andika baik-baik saja.

Ternyata, Andika mengalami luka parah di bagian dalam kepala sudah masuk kategori kritis. Tengkoraknya pecah, mengalami pendarahan otak, dan hal itu diketahui setelah melakukan CT-Scan pada Jumat (29/8/2025).

Sebelum CT-Scan, Andika mengalami koma, dan detak jantunfnya sempat berhenti. Pada Senin (1/9/2025), Andika dinyatakan meninggal.

"Informasinya gas air mata dilontarkan ke mana-mana, itu karena memang posisinya adik saya paling depan atau bagaimana, saya kurang tahu. Di situ, posisinya polisi dekat dengan massa, massa-nya dapat sama polisi, massa-nya dipukuli. Adik saya kena gas air mata, dan mungkin adik saya jatuh, pokoknya di situ terjadilah kekerasan yang mengakibatkan luka luar, hanya memar saja, ternyata setelah dicek, kena trauma beda tumpul, yang menyebabkan tempurung kepala pecah dan pendarahan di dalam otak, itu posisinya tanpa identitas," ungkap Pangestu.

"Saya tidak menyalahkan tim medis atau apa segala macam, saya bersyukur adik saya dibawa ke IGD, yang saya sayangkan itu adik saya tanpa identitas, masih 16 tahun, gak ada KTP, sidik jari enggak ngaruh, jadi penanganan adik saya telat satu hari, ternyata adik saya kritis satu hari, jadi semuanya telat," ujar Pangestu.

"Kondisi kritis dan tidak sadar, sampai jam tiga sore hari Jumat, itu detak jantungnya sempat berhenti, karena posisinya tidak sadar jadi pihak medisnya bingung mau ngapain, sakitnya dimana tidak ada luka, cuma memar doang, tidak bisa menyimpulkan sakitnya di mana, dan setelah detak jantungnya berhenti sempat dihidupkan kembali, dan akhirnya dibawa ke ICU, di CT-Scan lah, ternyata sakitnya ada di kepala, di situ koma. Jumat tanggal 29 jam 5 sore masuk ICU dalam kondisi koma sampai hari Senin dinyatakan wafat. Dia tidak sadar sama sekali selama di rumah sakit," kata Pangestu.

3. Pihak keluarga sudah ikhlas

Ilustrasi meninggal (IDN Times/Sukma)
Ilustrasi meninggal (IDN Times/Sukma)

Pangestu menyatakan pihak keluarga sudah ikhlas atas kematian Andika. Mereka telah memaafkan oknum tindak kekerasan, dan tidak berkenan kematiannya diusut.

"Biarkan adik saya tenang di alam sana. Saya sebagai kakak, dan keluarga sudah memaafkan semuanya. Kalau untuk diusut, keluarga tidak menerima," kata Andika.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us