Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Direktur Eksekutif Perludem, Khoirunnisa Nur Agustyati dalam agenda Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk 'Dukung Perempuan dalam Pemilu 2024' (Youtube/FMB9ID_IKP)

Jakarta, IDN Times - Perempuan masih banyak menghadapi hambatan dalam memasuki dunia politik. Budaya patriarki yang mengakar kuat di masyarakat sering kali meminggirkan perempuan dan memunculkan anggapan bahwa mereka tidak cocok untuk politik.

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Khoirunnisa Nur Agustyati, mengatakan perempuan menghadapi realitas pahit dalam dunia politik di Indonesia. Hambatan, baik dari sisi budaya patriarki maupun regulasi, masih membatasi ruang gerak perempuan.

"Di ranah politik, marginalisasi menjadi kenyataan pahit. Perempuan berjuang sendiri, tanpa pendampingan memadai dari partai politik. Kekerasan, tak hanya fisik, tapi juga non-fisik, seperti komentar seksis dan bully di media sosial. Itu menjadi momok menakutkan bagi perempuan yang berani terjun ke dunia politik," katanya dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang bertema "Dukung Perempuan dalam Pemilu 2024', dikutip Kamis (8/2/2024).

1. Regulasi memperkecil peluang perempuan terpilih di politik

Ilustrasi. Logistik pemilu 2024 (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Melihat kontestasi Pemilu 2024, perempuan yang akrab disapa Ninis ini juga menilai, regulasi yang ada tidak selalu membantu. Justru, regulasi baru pada pemilu kali ini dikhawatirkan semakin memperkecil peluang perempuan terpilih.

Namun, ia tetap optimistis dengan komitmen bersama dari berbagai pihak, bukan tidak mungkin untuk mewujudkan politik yang inklusif dan berkeadilan, di mana perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi dan membawa perubahan bagi bangsa.

2. Perempuan punya perspektif berbeda dari laki-laki

Ketua Presidum Kaukus Perempuan Parlemen RI, Diah Pitaloka dalam agenda Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk 'Dukung Perempuan dalam Pemilu 2024' (Youtube/FMB9ID_IKP)

Sementara, Ketua Presidum Kaukus Perempuan Parlemen RI, Diah Pitaloka, menilai kehadiran perempuan dalam politik membawa warna dan paradigma baru. Perempuan punya kemampuan dan perspektif berbeda dari laki-laki, dan ini dapat memperkaya proses pembuatan kebijakan dan menghasilkan kebijakan yang lebih komprehensif dan berpihak pada rakyat.

"Kultur politik yang mendukung harus dibangun. Jika ada kandidat perempuan yang bisa didukung, jangan ragu. Karena tidak sedikit dalam diri perempuan sendiri yang terkadang masih ragu menghadapi kultur patriarki yang kuat di politik," kata Diah.

3. Momen bagi perempuan untuk tunjukkan eksistensi

Dok. Kota Tangerang

Diah menjelaskan, Pemilu 2024 adalah momentum bagi perempuan untuk menunjukkan eksistensi dan kualitasnya dalam politik.

Dengan begitu, Indonesia akan memiliki parlemen yang lebih representatif dan responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi rakyat, khususnya perempuan.

 

Baca berita terbaru terkait Pemilu 2024, Pilpres 2024, Pilkada 2024, Pileg 2024 di Gen Z Memilih IDN Times. Jangan lupa sampaikan pertanyaanmu di kanal Tanya Jawab, ada hadiah uang tunai tiap bulan untuk 10 pemenang.

Editorial Team