Jakarta, IDN Times -- Globalisasi menciptakan sebuah paradigma borderless world, di mana batasan-batasan wilayah tidak lagi berpengaruh. Globalisasi membuat kebudayaan dari berbagai negara pun dapat kita rasakan dalam berbagai aspek. Berangkat dari hal tersebut, tercipta kompetisi antarnegara yang semakin ketat dan menuntut adaptasi, ketangkasan, serta fleksibilitas.
Menjadi masyarakat digital dengan nilai-nilai yang terinternalisasi ke dalam jati diri masyarakat merupakan suatu hal yang kian mendesak. Lebih lanjut, dengan memanfaatkan globalisasi juga teknologi yang terus berkembang, budaya Indonesia niscaya akan memiliki pengaruh yang besar di ranah internasional nantinya.
Presiden Joko Widodo telah menegaskan bahwa seiring dengan perkembangan teknologi juga perluasan akses internet, perlu diimbangi dengan pengembangan talenta digital. Merespon arahan tersebut, Kementerian Kominfo bersama GNLD Siberkreasi telah melaksanakan berbagai kegiatan di bawah payung besar Program Literasi Digital Nasional. Program ini bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang makin cakap digital.
Johnny G Plate mengemukakan saat ada sekitar 200 juta warga Indonesia yang menjadi pengguna internet dan beraktivitas di ruang digital. Digitalisasi menurutnya memberikan dampak yang positif bagi masyarakat namun tidak sedikit informasi yang juga harus disaring karena bisa berdampak kepada terjadinya “Tsunami Digital”.
“Layaknya pisau bermata dua, punya sisi negatif dan positif. Seiring kemudahan yang ditawarkan, juga terdapat sisi gelap internet, seperti penyebaran berita bohong, ujaran kebencian, konten radikalisme dan terorisme,” ungkap Johnny G Plate. Karena itulah, Kementerian Kominfo menilai, literasi digital menjadi kemampuan strategis dan sudah menjadi sebuah keharusan dalam menciptakan ruang digital yang aman, bersih, dan produktif.