BPS Sebut Produksi Padi Akan Meningkat 7,7 Persen

Diperkirakan naik 7,7 persen atau setara 14,63 juta ton

Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada periode Januari hingga April 2022 mendatang, produksi padi diperkirakan naik 7,7 persen atau setara 14,63 juta ton bila dibandingkan periode yang sama pada 2021 lalu sebesar 13,58 juta ton. 

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto mengatakan bahwa semua perhitungan tersebut dilakukan melalui metode kerangka sample area (KSA), di mana pengamatannya sudah menggunakan teknologi sistem informasi geografi (SIG).

"Angka tersebut kami hitung berdasarkan metode KSA. Hasilnya potensi luas panen kita mencapai 4,81 juta hektare atau naik 0,38 juta hektare dibanding periode yang sama tahun lalu. Secara persentase ini kenaikannya mencapai 8,58 persen," ujar Setianto, Selasa (1/3/2022).

1. Penurunan produksi beras pada 2021 disebabkan beberapa faktor

BPS Sebut Produksi Padi Akan Meningkat 7,7 PersenDeputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto. (dok. Tangkapan layar Youtube BPS)

BPS juga mencatat, produksi beras Indonesia pada 2021 mengalami penurunan sebesar 0,45 persen dari produksi di tahun sebelumnya yang mencapai 31,5 juta ton.

Menurut Setianto, penurunan tersebut disebabkan beberapa faktor, di antaranya bencana alam dan kekeringan yang cukup panjang. 

"Antara lain terjadi kemarau yang lebih tinggi pada Agustus dan September 2021, juga karena bencana atau musibah banjir di awal tahun serta adanya erupsi gunung Semeru dan serangan hama di beberapa tempat," katanya.

Baca Juga: Kementan Sebut Stok Daging Sapi Surplus 31 Ribu Ton 

2. Curah hujan yang cukup tinggi sebabkan banyak tanaman padi rusak

BPS Sebut Produksi Padi Akan Meningkat 7,7 PersenKementerian Pertanian (Kementan) telah mengalokasikan bantuan benih padi untuk mengurangi kerugian petani akibat banjir yang merendam puluhan hektare lahan padi di Kabupaten Sergai akibat luapan sungai. (Dok. Kementan)

Lebih jauh Setianto menjelaskan, akibat terjadinya penurunan produksi selama Agustus dan September 2021, banyak petani yang memanfaatkan lahan kering sebagai tempat berkebun. 

"Karena kemarau mereka lalu beralih karena terjadi kekurangan air. Kekeringan memang berdampak luas terhadap panen padi yang jauh lebih rendah dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya," katanya. 

Selain itu, Setianto mengatakan bahwa curah hujan yang cukup tinggi juga menyebabkan banyak tanaman padi rusak, sehingga berdampak pada luas panen di sepanjang Oktober hingga Desember 2021. 

3. Beberapa provinsi alami peningkatan produksi

BPS Sebut Produksi Padi Akan Meningkat 7,7 PersenPetani menanam padi di area genangan waduk Bili-Bili yang mengering di Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Selasa (29/9/2020). ANTARA FOTO/Arnas Padda

Di sisi lain, beberapa provinsi tetap mengalami peningkatan produksi panen seperti yang terjadi pada Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, dan Papua.

Setianto memaparkan, di Sulsel produksinya mencapai 382,17 ribu ton gabah kering giling atau meningkat 8,12 persen. Sedangkan di Jawa Tengah produksinya mencapai 129,49 ribu ton atau 1,36 persen. 

"Dan Papua sebesar 120,28 ribu ton atau 72,46 persen," tutupnya. (WEB)

Baca Juga: Lewat Food Estate, Kementan Terus Kembangkan Agroindustri Hortikultura

Topik:

  • Ridho Fauzan

Berita Terkini Lainnya