Kemenkes Bahas Refleksi Setahun Pandemik Hingga Varian Baru Corona

3M dan 3T harus ditingkatkan

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 di Indonesia sudah berjalan setahun. Terhitung dari kasus pertama yang muncul di Tanah Air pada 2 Maret tahun lalu, kini jumlah kasus di Indonesia sudah mencapai 1,3 juta. Berbagai upaya penanggulangan sudah dilakukan, termasuk pelaksanaan vaksinasi secara massal sejak Januari 2021.  

Selain itu, pemerintah juga terus mengembangkan berbagai riset dan inovasi teknologi untuk menghasilkan berbagai alat kesehatan mulai dari alat rapid test hingga ventilator. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes) drg Oscar Primadi, MPH menjelaskan bahwa pemerintah berupaya memperbaiki strategi pengendalian COVID-19. 

“Ada dua pilar yang harus bisa berkolaborasi dan bersinergi, yaitu pilar pemerintah dan pilar masyarakat. Di pilar pemerintah usaha yang kita lakukan dan terus kita perbaiki adalah persoalan 3T Testing, Tracing, dan Treatment. Sementara, bagi masyarakat yang paling penting adalah perilaku 3M,” ujarnya dalam program talk show di Radio Kesehatan (SRK).

1. Peningkatan 3T, Kemenkes Gandeng TNI - Polri

Kemenkes Bahas Refleksi Setahun Pandemik Hingga Varian Baru CoronaMenkes Budi Gunadi bersama Kapolri jumpa pers usai apel kesiapan. (Dok. Kemenkes)

Lebih lanjut Oscar menjelaskan bahwa, saat ini Indonesia sudah memiliki 637 lab pemeriksaan COVID-19 baik di daerah maupun di Jakarta. Menurutnya dalam satu hari, 60 hingga 70 ribu pemeriksaan bisa dilakukan. Kemenkes juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk bertugas sebagai tracer

Tracing ini sangat penting. Paling tidak satu tracer bisa menemukan 30 orang. Dia juga harus mampu memberikan pemahaman kepada pasien untuk melakukan dapat isolasi mandiri,” tutur Oscar. 

Ia juga menjelaskan Kemenkes menggandeng TNI dan Polri untuk membantu tugas tenaga kesehatan dengan menyiapkan tenaga tracer dan vaksinator Covid-19 hingga level daerah.

Oscar mengatakan, pemerintah tengah memperkuat upaya 3M dan 3T sebagai kunci utama memutus mata rantai penularan Covid-19. Pihaknya menyadari untuk melakukan dua program tersebut, dibutuhkan SDM yang terampil dengan jumlah yang besar.

Polri menyiagakan 13.500 tenaga vaksinator. Sebanyak 900 orang telah dilatih oleh Bapelkes, sementara 12.600 lainnya akan segera menyusul untuk diberikan pelatihan. Selain itu, Polri juga telah menyiapkan 40.335 personel Bhabinkamtibmas yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia untuk melakukan tracing.

Baca Juga: TNI Kerahkan 29.736 Personel untuk Tracing COVID-19 di Jawa dan Bali

2. Jumlah RS rujukan meningkat dan mengoptimalkan vaksinasi

Kemenkes Bahas Refleksi Setahun Pandemik Hingga Varian Baru CoronaMenkes Budi Gunadi meninjau beberapa ruang rawat di paviliun kencana RSCM Jakarta. (Dok. Kemenkes)

Sementara itu, Kemenkes juga mencatat adanya peningkatan jumlah rumah sakit rujukan yang bisa menangani pasien COVID-19. Dari 132 RS rujukan, Oscar menyebut saat ini ada 970 rumah sakit. Ketersediaan tempat tidur juga ditingkatkan dari 3.500 menjadi 83.000 tempat tidur isolasi. 

“Izin edar alat kesehatan dan Alat Pelindung Diri (APD) termasuk masker produksi dalam negeri terus meningkat. Kita juga relaksasi dalam hal perizinannya. Saat ini sudah tercatat ada sekitar 1.551 produsen APD,” katanya.

Kemenkes saat ini juga tengah melakukan vaksinasi COVID-19 untuk tenaga kesehatan, petugas pelayanan publik, hingga lansia. Menurut Oscar, vaksinasi merupakan bagian terpenting dalam upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di Indonesia. 

Kemenkes menargetkan vaksinasi untuk tenaga kesehatan dapat dilakukan untuk 1,4 juta jiwa. Sedangkan untuk petugas pelayan publik 17,4 juta orang, dan lansia sebanyak 21,5 juta penerima. 

“Ini sasaran prioritas yang sedang kita lakukan. Kita berharap bisa diselesaikan hingga akhir tahun ini,” jelas Oscar.

3. Mutasi virus corona B117, protokol kesehatan diperketat

Kemenkes Bahas Refleksi Setahun Pandemik Hingga Varian Baru CoronaPeninjauan vaksinasi masal di pasar Beringharjo, Yogyakarta. (Dok. Kemenkes)

Selain itu, untuk menanggapi ditemukannya dua kasus positif COVID-19 dengan mutasi virus corona dari Inggris atau B117 pada Senin, 1 Maret 2021 lalu, dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid, selaku Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes menjelaskan bahwa, dari beberapa penelitian di negara lain varian virus baru ini lebih cepat menular. 

Dua kasus tersebut merupakan hasil temuan dari 462 sampel yang diperiksa. Mutasi virus Corona B117 sebelumnya pertama kali diumumkan di Inggris pada Desember 2020.

“Hingga saat ini kami belum mendapatkan bukti ilmiah bahwa virus mutasi COVID-19 ini lebih tinggi tingkat keganasannya dibanding virus COVID-19 yang awal. Namun, dari beberapa penelitian di negara lain menunjukkan varian virus baru ini lebih cepat menular,” jelas Siti Nadia. 

Ia menambahkan, para peneliti yang mendalami virus Corona B117 mengonfirmasi bahwa efektivitas inokulasi terhadap virus masih ada di level yang bisa diterima, sehingga sejauh ini belum mengganggu kinerja vaksin. 

“Vaksin yang sekarang digunakan pemerintah masih efektif untuk mencegah penularan mutasi virus sehingga tidak akan mempengaruhi kekebalan kelompok,” ujar dr. Nadia.

Namun Nadia mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan harus tetap waspada. Menurutnya penerapan protokol kesehatan harus lebih diperketat agar tidak tertular. (CSC)

Baca Juga: Kemenkes: Waspada Mutasi B117 Varian COVID-19 Baru, Cepat Menular!

Topik:

  • Ridho Fauzan
  • Ezri T Suro

Berita Terkini Lainnya