Perkuat Ketahanan Pangan, BMKG Edukasi Petani Lewat Program SLI

Petani harus perhitungkan iklim dan cuaca

Jakarta, IDN Times - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membantu upaya pemerintah memperkuat ketahanan pangan nasional, dan mengantisipasi dampak perubahan iklim dengan cara mengedukasi petani melalui program Sekolah Lapang Iklim (SLI).

Hal tersebut disampaikan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam acara SLI Operasional di Dusun Marongan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Magelang, Jawa Tengah, Senin (11/7/2022).

“SLI menjadi salah satu bentuk komitmen BMKG untuk turut berperan memperkuat ketahanan pangan nasional, dan mewujudkan kedaulatan pangan, kesejahteraan petani, dan juga nelayan," ucap Dwikorita.

Baca Juga: BMKG Urai 4 Penyebab Kualitas Udara di Jakarta Kian Buruk

1. Memperhitungkan kondisi cuaca dan iklim

Perkuat Ketahanan Pangan, BMKG Edukasi Petani Lewat Program SLIPelaksanaan SLI Operasional di Dusun Marongan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Magelang, Jawa Tengah, Senin (11/7/2022). (Bmkg.go.id)

Mengingat kondisi cuaca sangat berpengaruh dalam produktivitas pertanian, Dwikorita mengimbau petani agar memperhitungkan kondisi cuaca dan iklim. Hal ini sangat berguna agar tidak terjadi kegagalan panen akibat cuaca ekstrem.

"Kondisi cuaca dan iklim harus diperhitungkan betul dalam setiap aktivitas pertanian. Kekeringan yang ekstrem dan curah hujan yang tinggi, dapat berdampak buruk pada hilangnya produktivitas tanaman," kata dia.

Karena itu, kata Dwikorita, berjalannya program SLI tentu dapat membantu petani agar paham dalam memperhitungkan iklim dan cuaca. Sehingga, produktivitas pertanian selalu meningkat dan ketahanan pangan nasional menjadi kuat.

2. Kegagalan panen berdampak buruk terhadap ketahanan pangan nasional

Perkuat Ketahanan Pangan, BMKG Edukasi Petani Lewat Program SLIPelaksanaan SLI di Dusun Marongan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Magelang, Jawa Tengah, Senin (11/7/2022). (Bmkg.go.id)

Jika salah satu petani saja mengalami kegagalan panen, kata Dwikorita, akan merugikan seluruh produktivitas pertanian di Indonesia. Bahayanya juga sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan nasional.

"Secara sederhana, berkurangnya produksi akan mengakibatkan harga pangan menjadi lebih mahal. Kenaikan harga dapat berdampak pada akses, keterjangkauan dan pemanfaatan pangan,” ujarnya.

Baca Juga: BMKG Sebut Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Mesti Ditingkatkan

3. SLI berhasil meningkatkan produktivitas pertanian

Perkuat Ketahanan Pangan, BMKG Edukasi Petani Lewat Program SLIPetani panen doclang di Dusun Marongan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Magelang, Jawa Tengah, Senin (11/7/2022).

Dwikorita mengklaim SLI yang dilaksanakan di Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, telah berhasil meningkatkan produktivitas pertanian.

Hal tersebut, kata dia, dapat dibuktikan dengan hasil pengubinan komoditas sayuran onclang yang menghasilkan 61,76 ton/hektare, dengan usia tanaman sekitar 90-100 hari. Hasil ini jauh lebih maksimal dibandingkan panen normal yang terdampak kondisi iklim La Nina berintensitas lemah, dengan melihat mulai tanam pada akhir Maret.

Selain itu, Dwikorita menjamin berbagai kendala yang mengancam kesehatan tanaman akan teratasi dengan adanya kerja sama antara petani, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), dan BMKG.

“Berbagai kendala selama penanaman berupa hama dan penyakit seperti keong, ulat, jamur, serta kabut tebal dengan kelembaban tinggi yang mengakibatkan pertumbuhan jamur yang amat intensif, dapat diatasi semua dengan kerja sama petani, PPL, dan juga BMKG,” ujar Dwikorita.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya