Dikutip dari rspadgs.net, rumah sakit militer dibangun di Nusantara pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, pada awal abad 19.
Deandels, seorang marsekal yang memimpin pemerintah kolonial Belanda di Indonesia, berusaha meningkatkan ketahanan pemerintahannya antara lain dengan membangun jalan dari Anyer sampai Panarukan dalam waktu satu tahun, dan membentuk Dinas Kesehatan Militer atau Militaire Geneeskundige Dients (MGD).
Pembentukan Dinas kesehatan militer diwujudkan dengan membangun 3 rumah sakit militer atau Groot Militaire Hospitalen. Ketiga rumah sakit itu masing-masing terletak di Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Selain itu juga dibangun Rumah Sakit Garnizun di dalam atau di dekat tangsi militer. Groot-Militaire Hospitalen yang ada di Jakarta bukan berada di RSPAD sekarang.
Pembangunan Groot-Militaire Hospitalen di lokasi RSPAD sekarang terkait dengan meningkatnya jumlah anggota militer yang harus dirawat akibat semakin gencarnya perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda, sehingga pada masa pemerintahan gubernur jenderal setelah Deandles, Groot Militaire Hospitaal dipindahkan ke lokasi RSPAD sekarang.
Membutuhkan waktu lama, pembangunan Groot Militaire Hospitaal di lokasi RSPAD sekarang, diprediksi selesai pada Oktober 1836. Berdirinya RSPAD sekaligus menandai dimulainya perkembangan ilmu, penelitian dan pendidikan kedokteran. Juga menjadi awal dirintisnya pendidikan dokter Jawa yang disebut dengan School tot Opleiding van Indlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Pendidikan Dokter Pribumi.