Kasus Anak Politikus Golkar Keroyok Polisi: Punya Kekuasaan Bukan Berarti Bisa Seenaknya

Siapapun keluarganya, di mata hukum semua sama.

Dua anak politikus Golkar Nasran Mone yang bernama Irfan dan Hendra terlibat dugaan kasus penganiayaan terhadap Brigadir Kepala Mulyadi. Kejadian tersebut terjadi di Jalan Mappanyukki, samping kantor Samsat Makassar. Saat itu, Mulyadi, anggota Direktorat Lalu Lintas Polda Sulawesi Selatan dan Barat turun dari mobilnya dan berusaha untuk mengurai kemacetan yang terjadi di Jalan Dr Sam Ratulangi – Jalan Mappanyukki. Namun, dari arah belakang tiba-tiba ada mobil Hendra yang ingin segera jalan dan terus membunyikan klakson.

 

Mulyadi sebelumnya sudah berusaha untuk menenangkan Hendra. Akan tetapi hal tersebut tidak digubris oleh anak bekas legislator Makassar itu. Tak lama kemudian Mulyadi pun pergi dan melanjutkan perjalanannya. Namun Hendra masih di belakangnya dan terus membunyikan klakson mobilnya. Sampai kemudian mereka tiba di depan Warkop Dottoro. Di sana, mobil Mulyadi dihentikan. Bersamaan dengan itu pula Irfan dan Hendra melakukan pengeroyokan kepada polisi ini.

Kasus Anak Politikus Golkar Keroyok Polisi: Punya Kekuasaan Bukan Berarti Bisa SeenaknyaSumber Gambar: elshinta.com

Mulyadi mendapatkan pukulan di bagian kepala, perut dan punggung. Dia juga tidak melakukan perlawanan karena tahu bahwa di sekitar lokasi memang banyak yang mengenal kedua pelaku. Mulyadi pun lantas melaporkan kejadian ini ke Markas Polsek Mariso. Usai melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi, polisi pun menetapkan Irfan sebagai tersangka dan Hendra sebagai terduga pelaku.

Nasran Mone, sang ayah dari pelaku pengeroyokan yang merupakan politisi dari Partai Golkar ini berharap agar polisi bisa menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan. Menurutnya ulah anaknya ini dilakukan bukan atas unsur kesengajaan. Sebelumnya dia juga sudah meminta maaf kepada Bripka Mulyadi dan juga institusi kepolisian terkait tindakan anaknya tersebut.

Merasa berkuasa bukan berarti bisa seenaknya.

Kasus Anak Politikus Golkar Keroyok Polisi: Punya Kekuasaan Bukan Berarti Bisa SeenaknyaSumber Gambar: kabarmakassaar.com

Sebagai anak seorang politikus, alangkah baiknya jika lebih menjunjung tinggi nama baik keluarga. Jangan sampai seperti pepatah “anak polah bapak kepradah”. Artinya adalah gara-gara anak yang berulah akhirnya orang tua (ayah) yang harus menanggung malu, beban dan semuanya. Seharusnya sebagai anak seorang politikus harus bisa mengimbangi dengan teladan dan karakter yang baik. Mampu memberikan contoh yang apik untuk banyak orang. Bisa lebih mengontrol emosi dalam berbagai situasi. Karena jika sudah seenaknya, tentu masalah akan berpotensi menjadi polemik yang panjang.

Di mata hukum, siapapun yang melakukan kejahatan harus dihukum. Tak peduli siapa orangtuanya. Penegakan hukum akan tetap berjalan sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Bisa saja pihak pelaku melakukan mediasi untuk meringankan hukuman sang pelaku. Tapi apakah nantinya akan bisa semudah itu?

Kasus Anak Politikus Golkar Keroyok Polisi: Punya Kekuasaan Bukan Berarti Bisa SeenaknyaSumber Gambar: viva.co.id

Emosi sesaat mungkin akan bisa melampiaskan semua gejolak dan geram. Namun bagaimana dengan dampak lanjutan yang akan terjadi nantinya? Siapa saja yang akan merugi dalam hal tersebut? Apapun status dan latar belakang keluarganya, setiap orang tentu wajib menjunjung tingi rasa saling menghormati satu sama lain. 

Semoga masalah ini bisa menjadi pelajaran bagi semuanya untuk lebih tenang dan sabar dalam berbagai situasi dan tidak mengedepankan emosi yang hanya menciptakan masalah baru yang lebih pelik lagi. 

Topik:

Berita Terkini Lainnya