Larangan Pemberian PR untuk Siswa SD, SMP dan SMA, Bijak atau Sebaliknya?

PR membuat anak yang tinggal serumah, tetapi merasa asing satu sama lain dengan keluarganya.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi memberlakukan kepada para guru seluruh sekolah di daerahnya memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa. Hal ini dikarenakan selama ini pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa umumnya berupa materi akademis yang serupa dengan pekerjaan di sekolah.

Dikutip Kompas.com, (6/9), larangan guru memberi pekerjaan rumah akademis bagi siswa akan dituangkan ke dalam surat keputusan yang diterbitkan mulai hari ini Senin (5/9). Surat tersebut selanjutnya akan disampaikan kepada para guru sekolah negeri di Purwakarta. Sedangkan untuk guru sekolah swasta diimbau untuk menerapkan hal serupa.

Baca Juga: Kalau Kamu Kenal 21 Jajanan Ini, Masa SD-mu Pasti Bahagia!

Larangan Pemberian PR untuk Siswa SD, SMP dan SMA, Bijak atau Sebaliknya?rabbitsetia.wordpress.com

Dedi menjelaskan bahwa materi akademis seperti itu sebaiknya dituntaskan di sekolah, bukan dijadikan pekerjaan rumah yang menjadi beban bagi siswa setelah pulang sekolah. Dedi juga menegaskan bahwa pekerjaan rumah untuk siswa harus berupa terapan ilmu. Hal tersebut penting untuk mendorong siswa lebih kreatif. Contohnya jika anak senang dengan sepak bola maka anak bisa belajar menganalisa tentang olah raga itu, misalnya aturan tendangan 12 pas, benar tidak jaraknya 12 meter.

Dengan kata lain PR itu harus disesuaikan dengan minatnya, Siswa hobi membuat sambal maka diarahkan bagaimana siswa mahir menyambal. Anak suka dengan puisi bikin puisi temanya misalkan tentang hewan ternak, dan lain sebagainya.

Larangan posting foto dan bikin status lebay.

Larangan Pemberian PR untuk Siswa SD, SMP dan SMA, Bijak atau Sebaliknya?isparenting.wordpress.com

Selain memberlakukan larangan pemberian PR, Dedi juga melarang guru, kepala sekolah dan pejabat memposting foto maupun status lebay yang tidak bermutu di media sosial. Alasanya, sikap yang tidak berkualitas dianggap akan membawa dampak negatif terhadap pandangan publik.

Dedi mencontohkan foto hendak naik pesawat sambil bawa barang-barang dan meminta agar didoakan. Foto-foto mesra, sekalipun dengan istri atau suami. Dengan kata lain, mengungkapkan hal-hal pribadi di media sosial dengan alasan curhat atau lain-lain, Dedi tegaskan mulai sekarang dilarang.

Kenapa tidak boleh? Sebab media sosial, kata dia, merupakan sarana atau fasilitas yang kegunaannya untuk kepentingan sosial. Maka tidak heran jika segala sesuatu yang dipasang di media sosial, baik itu facebook maupun twitter dengan otomatis akan diketahui jutaan orang.

Jika seorang guru mapun pejabat terlalu mengumbar kebiasaan pribadi, seperti memposting saat mereka ada di pesawat kemudian menulis kalimat agar didoakan agar selamat sampai tujuan, atau juga memamerkan kebiasaan lain yang sifatnya kurang bermamfaat maka publik akan punya penilaian buruk.

Seberapa efektif larangan pemberian PR ini untuk siswa?

Larangan Pemberian PR untuk Siswa SD, SMP dan SMA, Bijak atau Sebaliknya?dailymoslem.com

Banyak yang mengatakan siswa itu tidak perlu diberikan PR dengan alasan kalau anak diberikan PR, maka anak tidak dapat bermain dan bersosialisasi dengan tetangga. Namun ada juga yang mengatakan bahwa guru perlu memberikan PR agar bisa mengetahui sejauh mana siswa mampu memahami apa yang telah dijelaskan di kelas. Lalu mana yang benar? Setujukah adanya pemberlakuan PR bagi siswa?

Salah satu alasan perlunya PR untuk siswa adalah membuat siswa lebih rajin belajar di rumah dan mengurangi dampak negatif dari lingkungan siswa.  Selain alasan tersebut, ada juga alasan-alasan yang lain perlunya seorang guru memberikan PR kepada anak didiknya. PR diberikan untuk mengenalkan siswa terhadap topik atau latar belakang tema yang akan dipelajari, sehingga anak akan lebih siap untuk mempelajari materi secara lebih mendalam.

Larangan Pemberian PR untuk Siswa SD, SMP dan SMA, Bijak atau Sebaliknya?beritasatu.com

Selain itu, PR juga dapat untuk menakar tingkat pemahaman anak terhadap materi yang telah diajarkan. PR akan menjadikan seorang anak bisa melakukan praktek lebih banyak. Anak diberi latihan-latihan soal untuk dikerjakan di rumah.

Namun, banyak orang tua murid yang mengeluh dengan adanya PR, terutama jika PR tersebut diberikan banyak setiap minggunya.  Banyak orang tua mengeluh tidak bisa berinteraksi dengan anaknya karena mereka masih sibuk mengerjakan PR di rumah.

Setiap mau diajak ngobrol santai, mereka selalu menjawab PR-nya belum selesai. Mereka merasa juga perhatiannya tidak fokus. Mereka merasa kehilangan waktu untuk berinteraksi secara intens dengan anaknya. Bukankah hubungan harmonis anak dan orangtua penting dalam keluarga?

Hal ini membuat anak yang tinggal serumah, tetapi merasa asing satu sama lain dengan keluarganya. Bahkan tidak jarang anak tersebut harus menyelesaikan PR sampai larut malam. Akhirnya, diambilnya keputusan memberi tambahan pelajaran dari guru privat. Uang tambahan harus keluar, waktu tersita lebih banyak, dan perubahan situasi terkadang juga tak kunjung datang.

Harus ada jalan tengah untuk mengatasi pro kontra pemberlakuan PR bagi siswa ini agar bisa menciptakan solusi yang terbaik.

Baca Juga: Siswa SD Ini Diduga Dicekoki Obat Sebelum Dicabuli Aparat Desa Setempat. 

Topik:

Berita Terkini Lainnya