11 Longsor Terjadi di Pasaman Barat, Jalur Simpang Empat-Talu Terputus

Tanah longsor dampak gempa di Pasaman Barat

Jakarta, IDN Times - Tanah longsor terjadi di 11 titik di Rimbo Kejahatan Kajai, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat. Akibatnya, arus lalu lintas dari Simpang Empat-Talu putus total.

"Saat ini tim sedang membersihkan material longsor yang terjadi pada Senin (28/2/2022) malam. Selain itu, ada satu titik jalan hampir putus karena amblas sehingga kendaraan tidak bisa melalui jalan itu," kata Komandan Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Pasaman Barat Letkol Kav. Hery Bakty, dilansir ANTARA, Selasa (1/3/2022).

Baca Juga: BMKG Ungkap Potensi Gempa Megathurst di Sumbar, Bisa Terjadi Tsunami

1. Longsor akibat curah hujan tinggi

11 Longsor Terjadi di Pasaman Barat, Jalur Simpang Empat-Talu TerputusIlustrasi Hujan. IDN Times/Sukma Shakti

Hery menjelaskan saat ini tim gabungan mulai dari TNI, Polri, Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan lainnya, sedang berupaya membersihkan material longsor. Khusus jalan yang putus, tim akan berupaya membuat jalan darurat agar arus lalu-lintas lancar kembali.

"Longsor terjadi karena tingginya curah hujan di Kecamatan Talamau pada Senin (28/2) malam. Tidak ada korban jiwa namun akses jalan terputus," sebut dia.

 

2. Petugas masih membersihkan material longsor

11 Longsor Terjadi di Pasaman Barat, Jalur Simpang Empat-Talu TerputusIlustrasi Longsor (IDN Times/Mardya Shakti)

Sementara, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Pasaman Barat Jon Edwar mengatakan, pihaknya masih berupaya membersihkan material longsor menggunakan alat berat.

"Titik longsor yang terbuka sudah tiga titik sampai pukul 14.00 WIB. Titik satu lagi tidak bisa karena jalan aspal hampir putus," sebut dia.

 

3. Masyarakat diimbau tetap waspada potensi longsor susulan

11 Longsor Terjadi di Pasaman Barat, Jalur Simpang Empat-Talu TerputusIlustrasi tanah longsor (IDN Times/Sukma Shakti)

Masyarakat diimbau agar tetap meningkatkan kewaspadaan dengan ancaman tanah longsor susulan. Sebab, saat ini curah hujan masih tinggi dan dikhawatirkan akan ada longsor susulan.

Daerah Rimbo Kejahatan merupakan daerah yang terdampak gempa bumi beberapa waktu lalu. Jalan dan perbukitan sekitar jalan juga sudah banyak yang longsor dan terban.

 

Baca Juga: BMKG Temukan Sesar Baru Usai Gempa M 6,1 Pasaman Barat

4. BMKG imbau warga Pasaman Barat yang tinggal di tepi sungai mengungsi

11 Longsor Terjadi di Pasaman Barat, Jalur Simpang Empat-Talu TerputusAir Sungai Batang Nango Kajai Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat, Sumbar mengalami fenomena alam kering, berlumpur dan dipenuhi material potongan kayu, Sabtu (26/2/2022). (ANTARA/Altas Maulana).

Sementara, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga Pasaman Barat yang tempat tinggalnya berjarak 200 meter dari tepi sungai agar mengungsi, mengingat adanya potensi tanah longsor dan banjir bandang pascagempa bermagnitudo 6,1.

"Mungkin ada yang mengatur siapa yang harus diungsikan karena potensi bahaya banjir bandang dan longsor. Itu bahaya jika terjadi hujan di daerah hulu," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring di Jakarta, Selasa.

Dwikorita mengatakan berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan BMKG, terjadi sejumlah longsoran di sekitar puncak Gunung Talamau, yang merupakan lokasi terdekat dengan episenter gempa 6,1 Pasaman Barat.

Sedimen-sedimen longsoran tersebut akan menjadi banjir bandang jika hujan melanda hulu Gunung Talamau. Apalagi, saat ini musim hujan masih berlangsung sehingga potensi bencana hidrometeorologi pascagempa menjadi ancaman lain yang mesti diantisipasi dan diwaspadai.

"Dari pemotretan udara zona bahaya ada di semua sungai dari lereng Gunung Talamau pada radius 200 meter dari tepi sungai," kata Dwikorita.

Dwikorita menyebutkan, saat ini BMKG bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus melakukan upaya mitigasi, guna mereduksi dampak jika sewaktu-waktu bencana hidrometeorologi menerjang.

Pencegahan dilakukan BMKG dengan terus memonitor cuaca dan intensitas hujan. Sementara, BWS mengeruk sedimen lumpur atau material longsoran yang terjadi akibat gempa dan tersapu hujan atau aliran sungai.

Upaya pengerukan ini juga sekaligus untuk mencegah terbentuknya sumbatan material endapan longsoran pada lembah sungai. Sumbatan-sumbatan material tersebut sering terjadi akibat longsor saat gempa, dan akan berbahaya bila membendung aliran air hujan dan aliran sungai dari arah hulu.

Sebab, kata Dwikorita, bendung tersebut sewaktu-waktu dapat jebol bila air terus terakumulasi dan menekan, seiring dengan peningkatan curah hujan.

BMKG, lanjut dia, secara lebih intensif terus melakukan monitoring cuaca dengan menggunakan radar cuaca, serta memberikan prakiraan dan peringatan dini potensi cuaca ekstrem di area hulu sungai lereng Gunung Talamau.

"BMKG bekerja sama dengan BBWS, mereka membersihkan endapan tersebut, kami memberikan informasi cuaca," kata Dwikorita.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya