Misi Kemanusiaan di Balik Kapal Ramadan

Kapal ini mengangkut 100 ton sembako untuk warga miskin

Jakarta, IDN Times - Pemandangan yang tak asing terlihat dari gudang beras yang juga berfungsi sebagai tempat penggilingan padi. Sekitar lima puluh relawan dengan tangkas membawa, memilah, dan mengemas bahan pangan dalam sebuah kardus.

Semua dilakukan secara berulang, hingga bahan pangan tersebut rampung dikemas dalam 10 ribu paket. Proses pengemasan paket pangan ini dikebut dan harus rampung pada Selasa 29 Mei.

“Oleh karena itu, hari ini kami melibatkan sekitar 50 relawan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Sulawesi Selatan. Insya Allah, Selasa akan ada puluhan relawan tambahan lagi yang akan membantu proses pengemasan,” kata Badan, Koordinator Persiapan Paket Pangan Kapal Ramadan, Selasa 29 Mei.

Bahan menyebutkan pangan tersebut berupa sembako seperti minyak kelapa, gula, dan beras. Bahan pangan ini akan dikirim ke NTT. Daerah ini dipilih lantaran provinsi ini memiliki angka kemiskinan tertinggi ketiga di Indonesia.

“Beras yang akan dikirim ke saudara-saudara kita di NTT juga berasal dari kabupaten ini (Sidrap),” ungkap Badan.

Merampungkan pengemasan 10 ribu paket sembako dalam waktu singkat merupakan tantangan tersendiri Bahan dan juga Herwanto Herwan, yang mengkoordinir puluhan relawan.

Sejak Senin 28 Mei lalu, Herwanto memang sibuk mengkoordinir sekitar 50 relawan di Desa Anabanna, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, untuk mengemas sekitar 100 ton sembako itu.

Selasa 29 Mei sore akhirnya pekerjaan ini rampung, dan langsung diangkut belasan truk menuju Pelabuhan Garongkong di Kabupaten Barru. Kamis 30 Mei siang, Kapal Ramadan akhirnya berangkat dari Pelabuhan Garongkong, menuju ke NTT, yang diperkirakan memakan waktu sekitar 32 jam.

Itulah yang membuat Badan, Hermanto serta puluhan teman relawan lainnya bersemangat mengemas sembako, meski tengah menjalani puasa Ramadan. Kegiatan ini menjadi sangat berarti bagi mereka.

“Karena ini untuk saudara sebangsa. Saya sendiri merasa kegiatan ini sangat berarti. Ini salah satu bentuk ikhtiar saya untuk bantu saudara-saudara saya di Indonesia Timur, khususnya daerah-daerah terpencil di NTT,” ungkap Herwanto yang merupakan relawan MRI Makassar.

Ikhtiar baik ini didasari niatan kuat Badan dan Hermanto serta teman-teman relawan lainnya untuk meraih amalan terbaik di bulan Ramadan. Seperti diungkapkan Sudirman Tompo, relawan MRI Makassar lainnya yang ikut dalam proses pengemasan bahan pangan itu.

“Saya pribadi melihat ini sebagai ladang amal yang perlu kita manfaatkan, apalagi di bulan suci Ramadan. Di bulan terbaik ini, kita harus mewujudkan amalan terbaik,” tutur Sudirman.

1. Kapal Ramadan untuk misi kemanusiaan

Misi Kemanusiaan di Balik Kapal RamadanKapal Ramadan

Kapal Ramadan sejatinya hanya sebutan bagi kapal veri biasa, yang mengangkut bahan pangan ini untuk misi kemanusiaan. Kapal ini sebelumnya sudah digunakan berkali-kali untuk membantu saudara-saudara yang membutuhkan pertolongan, baik di Tanah Air maupun mancanegara.

"Inspirasi awal kapal kemanusiaan, tapi karena memang ini momen Ramadan, jadi kita menamakan Kapal Ramadan," ujar GM Komunikasi Aksi Cepat Tanggap (ACT) Lukman Azis Kurniawan kepada IDN Times, Rabu (30/5).

Memang kapal ini sudah beberapa kali digunakan untuk misi kemanusiaan. Pertama kali digunakan untuk misi bantuan ke Somalia, kemudian Rohingya, Palestina, higga Suriah.

"Setelah melakukan itu, ke Papua kemarin, bantuan gizi buruk. Bedanya di Ramadan ini biasanya kita hanya beri bantuan dalam bentuk paket pangan, kali ini ditambah relawan seperti dokter," kata Lukman.

Tujuan Kapal Ramadan ini adalah untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan, khusus kepada Muslim minoritas di wilayah yang sulit terjangkau atau aktifitas roda ekonomi yang sulit berjalan, seperti di wilayah NTT dan lainnya.

2. Nuansa religi di Kapal Ramadan

Misi Kemanusiaan di Balik Kapal RamadanKapal Ramadan

Bukan Kapal Ramadan kalau di dalamnya tanpa ada nuansa religi. Karena itu, selama berada di kapal, puluhan relawan itu melakukan berbagai kegiatan yang biasa dijumpai saat bulan suci mulai dari salat tarawih, tadarus, hingga tausiah.

"Memang di-branding dalam akifitasnya dibuat religius penuh aktifitas keagamanaan, salat tarawih ada, ceramah juga ada," ujar Lukman.

Kapal Ramadan memang sejatinya kapal veri yang sengaja disewa ACT, untuk misi bantuan kemanusiaan. Untuk misi bantuan bahan pangan ke NTT kali ini, tak hanya sembako, tapi juga melibatkan 50 relawan yang terdiri dari berbagai latar belakang seperti dokter, arsitek, hingga mahasiswa.

Relawan-relawan ini datang dari berbagai daerah, namun sebagian besar mereka berasal dari Makassar, Kabupaten Sidrab dan Soppeng. ACT memang memiliki banyak relawan di berbagai daerah yang siap menyumbangkan tenaga dan waktunya kapan pun dibutuhkan.

"Ada banyak relawan yang diturunkan selain bantuan pangan, total di kapal ada 50 orang. Ini kapal veri kita sewa untuk kirim bantuan ke wilayah timur Indonesia," kata Lukman.

ACT kini memiliki lebih dari 500 ribu relawan dari berbagai negara. Namun sebagian besar berasal dari Indonesia. Mereka tenaga-tenaga yang sudah melewati pembinaan sejak lama.

"Mereka ada dokter, mahasiswa, tukang bangunan, arsitek, desainer, macam-macam, total 500 ribu relawan di dunia, 80 persen di Indonesia," ujar Lukman.

3. Membuka mata masyarakat di Tanah Air

Misi Kemanusiaan di Balik Kapal RamadanKapal Ramadan

Terlepas dari fungsi transportasi laut pengangkut bantuan kemanusaiaan, Kapal Ramadan juga sekaligus sebagai momen untuk membuka mata bagi masyarakat Indonesia, untuk saling menolong kepada sesama.

"Kalau angka (sewa kapal) belum pegang data, yang jelas biaya ini tidak murah, tapi paling tidak langkah ini bisa membuka mata para pemimpin di negeri dan masayarakat Indonesia bahwa di tengah alam wilayah Indonesia timur yang indah, masih banyak masyarakat yang termarjinalkan, terisolasi, belum ada listrik, alat transportasi, pendidikan layak. Padahal keindahan alamnya luar biasa, bahkan pulau-pulau dijual untuk wisata bagi pemilik modal," tutur Lukman.

Kapal Ramadan ini juga bukan sekadar acara seremonial, tapi bagian dari rangkaian bantuan kemanusiaan yang sudah lama dilakukan ACT. Sarana pendidikan hingga tempat ibadah sudah lama dibangun hasil dari bantuan ini.

"Bahkan di daerah yang kita tuju adalah daerah bianaan kita, bertahun-tahun sudah ada sekolah dan masjid yang sudah dibangun semua. Jadi bukan sekadar seremoni, tapi sudah dalakukan lama. Nanti kita meninjau langsung sekolah yang kita buat di NTT," kata Lukman.

Setelah melewati bulan Ramadan, tentu Kapal Ramadan akan terus melanjutkan misi kemanusiaannya di beberapa wilayah di Tanah Air, meski tanpa embel-embel 'Kapal Ramadan'.

"Ini di Ramadan kita coba, masih banyak pulau yang membutuhkan uluran tangan kita seperti Pulau Buru, Ambon, daerah di Kalimantan, Sumatera, sebenarnya ini berkelanjutan. Cuma kita mengambil momen Ramadan untuk membangun stimulus di masyarakat. Setelah di luar Ramadan ada Kapal Kemanusiaan, tentu di Kapal Ramadan kita," tutup Lukman.

Topik:

Berita Terkini Lainnya