Pesan Dokter untuk Pemerintah: APD Tidak Perlu Banyak Asal Kontinu

Pasokan APD sebanyak apapun pasti tidak akan cukup saat ini

Depok, IDN Times - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia pada Jumat (17/4) menyatakan satu di antara penyebab tenaga medis yang gugur kala bertugas menangani pasien COVID-19 diduga karena tak dibekali alat pelindung diri (APD) yang sesuai standar.

Sebelum Kemenkes mengumumkan hal itu, Presiden Joko “Jokowi” Widodo sudah lebih dulu menyampaikan stok APD kian menipis, sementara kebutuhan hingga akhir Mei mencapai 3 juta APD.

Sembari Pemerintah Pusat mencari cara menambal stok APD, di saat bersamaan kabar minimnya APD jadi momok bagi tenaga medis. Seperti yang dirasa Dokter Muhammad Hafiz Aini, dokter spesialis penyakit dalam yang tengah berjuang menangani pasien COVID-19 di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Kota Depok. Ia beranggapan berapa banyak pun stok APD yang disiapkan pemerintah, realitanya tak akan pernah cukup.

1. Gak perlu banyak, tapi yang penting kontinu

Pesan Dokter untuk Pemerintah: APD Tidak Perlu Banyak Asal Kontinudr. Hafiz dengan rekan-rekannya di RSUI (Dok. Pribadi)

Dokter Hafiz, begitu ia akrab disapa, bertugas di rumah sakit yang notabebenya berada di lokus penyebaran virus corona dalam kawasan Jabodetabek. Sebagai gambaran, total kasus positif COVID-19 di Depok per Sabtu (18/4) sebanyak 173 orang, atau ketiga tertinggi setelah Kota Bekasi, dan Jakarta tentunya.

Hafiz menuturkan untuk saat ini, stok APD di RSUI bisa disebut aman, namun tidak untuk jangka lama, menyusul belum ada tanda-tandanya tren penurunan kasus virus corona.

Dia menjelaskan pada dasarnya APD terbagi dua macam, yakni yang bisa dipakai berulang-ulang (reused) dan yang hanya bisa sekali pakai (disposable). Untuk APD yang pertama disebut, stoknya masih cukup, seiring silih gantinya donasi berdatangan. Akan tetapi, tidak untuk APD yang tipe disposable.         

“APD yang disposable yang cuma sekali pakai, maka kata banyak pun tidak akan cukup. Pemerintah yang mengirimkan sekian banyak toh, itu juga akan habis dalam sehari,” ucap Hafiz saat live Instagram dengan IDN Times, Sabtu (18/4).

Peranan pemerintah, kata dia, dalam memasok APD dalam jumlah banyak bakal berujung percuma, bila hanya dilakukan sementara waktu, sebab yang terpenting adalah bukan banyaknya tetapi konsisten dan kesinambungan menyediakan APD.

“Bila (pemerintah) kasih 10.000 (APD) langsung habis sehari ya percuma, besok masih ada. Jadi, kalau ditanya ketersediaannya, maka saya jujur saya hanya bilang (aman) untuk saat ini karena besok ya besok lusa ya lusa,” tuturnya.

Baca Juga: Trik Ala Dokter Hafiz Aini Supaya Pasien Virus Corona Berkata Jujur

2. APD harus mengalir setiap saat ke setiap rumah sakit

Pesan Dokter untuk Pemerintah: APD Tidak Perlu Banyak Asal KontinuSuasana dokter hafiz dan teman-temannya ketika bertugas (Dok. Istimewa)

Dia menegaskan, harapan tenaga medis kepada pemerintah agar mampu menjamin pasokan APD selalu mengalir ke tiap rumah sakit. Ia tak ingin pengalaman buruk kekurangan APD yang dialami tenaga medis di Indonesia dan negara lain terus berulang.

“Banyak teman-teman kita yang akhirnya banyak menggunakan jas hujan, bahkan ada yang di Italia itu saking habisnya, dia menggunakan plastik sampah,” ucap Hafiz.  

Ia juga mengutarakan dampak kekurangan APD membuat tenaga medis dalam setiap tugasnya bertaruh nyawa, karena terpaksa memakai APD berulang-ulang.

“Pelayanan yang bukan non-covid, misal zona kuning, itu di beberapa tempat terpaksa mengirit seperti menggunakan masker N95 yang bisa dipakai 3 hari,” ujarnya.

Namun, pemakaian APD yang berulang, kata dia tidak berlaku ketika tenaga medis berada dalam zona merah, atau ruang perawatan. Karena begitu keluar dari ruangan, APD itu tak bisa dipakai kembali.

“Saat kita masuk ruangan perawatan, lalu ada yang terlupa, pas kita keluar lagi harus dilepas (ganti yang lain) APD-nya,” katanya.

Saat tenaga medis mengganti APD, dia melanjutkan, tak lantas dilakukan sebagaimana memakai pakaian pada normalnya. "Risiko penularan COVID-19 itu paling besar saat pelepasan atau pertukaran dan penggunaan APD. Jadi, kita harus hati-hati,” katanya.

3. Pesan ke pemerintah dan masyarakat

Pesan Dokter untuk Pemerintah: APD Tidak Perlu Banyak Asal KontinuSimulasi penanganan jenazah pasien positif COVID-19 di Trenggalek. (IDN Times/Istimewa)

Dia lantas berpesan kepada Pemerintah agar setiap waktu mampu memasok APD, utamanya yang hanya sekali pakai, macam masker N95, baju hazmat, sarung tangan, penutup kepala, hingga sepatu.

Di saat yang sama, kesadaran dalam hal menjaga jarak fisik dan berusaha terhindar dari paparan virus, juga diharapkan selalu dilaksanakan masyarakat. Bila masyarakat kompak dengan hal itu, menurut Hafiz, sama saja dengan membantu kerja tenaga medis yang saat ini keteteran dengan jumlah kasus positif yang setiap harinya bertambah.

“Dokter perawat radiologi semua yang berperan dalam itu saat ini terbatas. Rumah sakit masing-masing juga terbatas bahkan kalau di daerah mungkin spesialis penyakit dalam dan paru itu itu cuma ada satu. Jadi, kalau dibilang terbatas sangat terbatas sehingga menyebabkan bed-nya pun jadi terbatas. Jadi, berapa pasien yang bisa kita kelola pun jumlahnya terbatas,” ujarnya.

Baca Juga: Dokter: Masyarakat Garda Terdepan, Kami Benteng Terakhir 

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya