Biografi TB Simatupang Sang Ahli Strategi Perang

Salah satu delegasi Indonesia untuk Konferensi Meja Bundar

Jakarta, IDN Times - Tahi Bonar Simatupang bisa jadi merupakan salah satu nama yang tidak disukai oleh Presiden Sukarno hingga akhir dia menjabat. Pejuang kemerdekaan Indonesia yang lebih dikenal luas sebagai TB Simatupang itu pernah membuat Sang Proklamator marah besar.

Melansir buku Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos, ini lantaran TB Simatupang menolak memenuhi permintaan Sukarno untuk memecat Kolonel AH Nasution yang pada Juli 1952 menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). TB Simatupang menilai itu akan jadi preseden buruk di masa depan jika seorang Presiden bisa seenaknya memecat atau mengangkat seseorang di tubuh militer.

Untuk itu, mari simak profil dan biografi TB Simatupang sang ahli startegi perang penerus Jenderal Sudirman selengkapnya.

1. TB Simatupang masuk ke Akademi Militer Belanda, kemudian menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR)

Biografi TB Simatupang Sang Ahli Strategi PerangIlustrasi TB Simatupang. IDN Times/Arief Rahmat

TB Simatupang lahir di Sidikalang, Sumatera Utara, pada 28 Januari 1920. Ia merupakan keturunan Batak Protestan yang taat menjalankan agama. Laki-laki yang akrab disapa Sim itu merantau ke Jakarta saat usianya menginjak 17 tahun untuk melanjutkan pendidikan di institusi binaan Belanda.

Pada 1941, atau ketika berumur 22 tahun, TB Simatupang berhasil masuk ke Akademi Militer Belanda yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Di sana, jiwa tempurnya diasah, termasuk karena memiliki rekan-rekan yang menjadi perwira di Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL). 

Empat tahun berselang, Indonesia yang berhasil memproklamasikan kemerdekaan membuat T.B. Simatupang menjadi bagian dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Berkat kelihaiannya, putra dari Sutan Mangaraja Soaduan Simatupang dan Mina Boru Sibutar itu pun dipercaya sebagai Kepala Organisasi Markas Besar TKR oleh Kepala Staf TNI Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo.

Baca Juga: 10 Museum yang Dibangun untuk Mengenang Jasa Pahlawan Indonesia

2. Ia menjadi delegasi Indonesia ketika Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda, lalu menggantikan Jenderal Sudirman setelah ia wafat

Biografi TB Simatupang Sang Ahli Strategi PerangIlustrasi TB Simatupang. IDN Times/Arief Rahmat

Potensi TB Simatupang sudah tampak sejak masih dibina Belanda. Maka, tidak heran ketika kemudian ia menerima posisi terhormat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP). Sedangkan KSAP sendiri tidak lain adalah Jenderal Sudirman yang kala itu sudah sangat legendaris.

TB Simatupang tidak memfokuskan masa belajarnya untuk mempelajari kemampuan fisik selama berperang, melainkan tentang strategi dan taktik itu sendiri. Ia dikenal sangat pintar sehingga wajar saat kareirnya di militer melesat begitu cepat.

Kemampuan intelektual digabung dengan pengalaman bergerilya bersama Jenderal Sudirman adalah bekal yang cukup baginya untuk berpartisipasi dalam upaya diplomasi. TB Simatupang menjadi salah satu delegasi Indonesia saat Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, pada 1949.

Sinar TB Simatupang belum meredup. Pada 1950, usai Jenderal Sudirman meninggal dunia, ia diangkat sebagai penerus. Padahal saat itu, umurnya baru 30 tahun. Ini tak lain karena fakta bahwa dia bukan hanya cerdas, tapi juga berani di dalam situasi pertempuran selama berada di bawah bimbingan Sang Jenderal.

3. Cekcoknya dengan Presiden Sukarno menjadi ujung kariernya yang gemilang di militer

Biografi TB Simatupang Sang Ahli Strategi PerangIlustrasi TB Simatupang. IDN Times/Arief Rahmat

Di tubuh militer sendiri rupanya terjadi perpecahan. Kolonel Bambang Supeno yang merupakan komandan institusi pelatihan perwira militer, Candradimuka, mendekati Sukarno untuk membujuknya agar memecat Kolonel AH Nasution dari posisinya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

Sukarno pun mengabulkannya asal para panglima divisi di berbagai pos sependapat dengan memberikan tanda tangan. Syarat itu bisa dipenuhi. Namun, sebagai atasan Nasution, TB Simatupang dengan berani menyatakan keberatan.

Menurutnya, campur tangan Sukarno itu bisa menimbulkan situasi yang berbahaya di masa depan. Saat berada di Istana Negara, ia menyampaikan bahwa cara tersebut bisa dicontoh oleh pejabat militer lain yang ingin mengamankan posisinya dengan mendekati Sukarno.

Pada saat yang sama, apabila ada panglima-panglima divisi yang tidak menyukai seorang pimpinan, mereka bisa mengumpulkan tanda tangan, lalu meminta Sukarno untuk mencopot orang tersebut. Akibatnya, kesetiaan tidak lagi pada negara, melainkan presiden.

Sukarno pun marah besar atas penolakan TB Simatupang untuk mengganti Nasution sesuai permintaan Bambang Supeno. Bahkan, TB Simatupang tidak mau berjabat tangan dengan Sukarno ketika meninggalkan Istana Negara. Cekcok ini dan kian bergolaknya tubuh militer yang kemudian mengakhiri karirnya di dunia militer.

Pada 1952, ia diberhentikan sebagai KSAP. Jabatannya sebagai penasihat di Kementerian Pertahanan juga diakhiri pada tujuh setelahnya. Umurnya ketika itu masih sangat muda yaitu 39 tahun.

Keluar dari militer, ia mendedikasikan hidup untuk agama. TB Simatupang tak hanya berceramah di gereja-gereja, ia pun menulis sejumlah buku tentang Kristen. Tulisan-tulisannya juga dimuat di surat kabar Suara Pembaruan. Hingga akhir hayatnya, T.B. Simatupang melayani lewat jalan agama.

Itu tadi biografi TB Simatupang sang ahli strategi perang, perjuangannya untuk Indonesia tak mungkin dilupakan.

Baca Juga: Biografi Gatot Subroto, Pahlawan Nasional Jagoan Militer Indonesia

Topik:

  • Anata Siregar
  • Jumawan Syahrudin
  • Bella Manoban
  • Retno Rahayu

Berita Terkini Lainnya