Cerita Pekerja Kemanusiaan Indonesia di "Suriah Kecil" Bernama Reyhanli

Reyhanli adalah kota di dekat perbatasan Turki-Suriah yang kini jumlah pengungsinya mengalahkan total populasi warga asli setempat.

Jakarta, IDN Times – Konflik Suriah belum juga menemukan titik terang. Bahkan, terakhir ada dugaan serangan senjata kimia di Douma. Tim Pencari Fakta (FFM) dari Organisasi Anti-Senjata Kimia (OPCW) pun sedang mengumpulkan sample untuk membuktikan dugaan tersebut.

Berdasarkan data UNHCR, ada sekitar 5,6 juta pengungsi Suriah yang kabur dari negara mereka sejak konflik pertama kali meletus pada 2011 lalu. UNHCR juga menyebutkan bahwa mayoritas dari mereka—yaitu 3,3 juta orang—sekarang berada di Turki.

1. Provinsi Hatay jadi salah satu tujuan mereka melarikan diri

Cerita Pekerja Kemanusiaan Indonesia di Suriah Kecil Bernama ReyhanliIDN Times/Sukma Shakti

Turki adalah negara yang berbatasan langsung dengan Suriah. Jika dilihat pada peta, negara terdekat di luar Suriah yang bisa dijangkau dari Aleppo dan Idlib adalah Turki. Maka, tak heran bila jutaan warga Suriah mengungsi di sana.

Salah satu pintu masuk bagi mereka adalah Provinsi Hatay. Dari laporan UNHCR, ada tiga kamp utama di kawasan tersebut: Altinozu, Yayladagi dan Apaydin. Jumlah kontainer pengungsian di ketiga kamp bahkan mencapai 17.251 buah.

Provinsi Hatay sendiri sudah mendapatkan status “merah” pada peta UNHCR. Di sana ada lebih dari 300.000 orang Suriah yang sudah terdaftar sebagai pengungsi. Sementara pengungsi yang terdaftar di wilayah tengah Turki, seperti Malatya dan Adiyaman, berjumlah rata-rata 3000-an orang.

Baca juga: Suriah Akhirnya Izinkan Badan Anti Senjata Kimia ke Douma

2. Di Reyhanli, jumlah pengungsi Suriah mengalahkan populasi warga Turki

Cerita Pekerja Kemanusiaan Indonesia di Suriah Kecil Bernama ReyhanliSebuah tanda di jalan yang menunjukkan jarak menuju Reyhanli dan Cilvegozu atau Bab Al-Hawa (sebuah gerbang perbatasan yang sering dilalui para pengungsi Suriah). (Ummah Wide)

Pada tahun-tahun pertama konflik, pemerintah Turki sangat membuka lebar pintu perbatasan mereka untuk pengungsi Suriah. Satu per satu mulai menempati kamp milik PBB, otoritas Turki, atau organisasi lainnya.

Beberapa yang beruntung membawa cukup uang mampu membeli apartemen kecil. Salah satu kota di Hatay yang menjadi lokasi mereka tinggal adalah Reyhanli yang tak jauh dari Bab Al-Hawa, sebuah gerbang perbatasan yang sangat ramai dilalui pengungsi Suriah.

Kota ini terbilang kecil. Jumlah penduduknya pun hanya sekitar 60.000 jiwa. Organisasi kemanusiaan, Support To Life, yang turut beroperasi di Reyhanli melaporkan bahwa ada peningkatan jumlah pengungsi Suriah secara drastis di kota itu sejak pertengahan Desember 2012.

“Hari ini [di Reyhanli] ada 120.000 pengungsi. Sementara penduduk asli sana saja gak sampai 100.000. Jadi, jumlah pengungsi Suriahnya melebihi jumlah warga asli Turki,” kata Shulhan Syamsur Rijal, salah satu pekerja kemanusiaan Indonesia yang bertugas di Reyhanli bersama Aksi Cepat Tanggap (ACT).

3. Reyhanli dijuluki “Suriah Kecil”

Cerita Pekerja Kemanusiaan Indonesia di Suriah Kecil Bernama ReyhanliPelajar-pelajar yang merupakan pengungsi Suriah berbaris di sebuah sekolah yang didirikan pengungsi di mana mereka belajar dengan menggunakan bahasa Arab. (Ummah Wide)

Julukan “Suriah Kecil” bukan hanya karena populasi pendatang lebih besar dari masyarakat asli setempat, tapi juga karena tak sedikit bisnis yang dibuka dan dijalankan oleh pengungsi Suriah.

Media Jerman, Deutsche Welle, sempat mendokumentasikan bagaimana tatanan perekonomian di Reyhanli perlahan mulai berubah. Beberapa pengungsi membuka usaha pangkas rambut, toko roti atau rumah makan kecil.

Kompetisi tentu tak dapat dihindari di tempat yang juga disebut “Reyhanli Baru” ini. Akibatnya, ada juga yang harus memindahkan bisnis kecil-kecilannya ke kios dengan harga sewa lebih murah. Tapi, ada juga warga Turki yang melihat semakin banyaknya pengungsi Suriah sebagai kesempatan untuk menyediakan makanan asli negara itu.

Di sisi lain, pengungsi Suriah bersedia untuk menyentuh sektor pertanian. “Reyhanli ini pintu gerbangnya. Memang kotanya kecil sekali dan warga Turki aslinya sendiri itu mereka hanya menjadi petani, kebanyakan menggarap kebun,” ucap Rijal yang berada di sana sejak Februari hingga Maret lalu.

Ia menambahkan,“Orang Turki kan kebanyakan mereka peralihan orang Asia ke Eropa. Jadi, gak banyak yang mau turun mengolah lahan-lahan. Jadi, yang menggarap ya orang-orang Suriah itu sendiri.”

4. Mereka berharap membangun kehidupan yang lebih baik di Reyhanli

Cerita Pekerja Kemanusiaan Indonesia di Suriah Kecil Bernama ReyhanliSebuah bom mobil pertama kalinya meledak di Reyhanli pada Mei 2013 dan menewaskan sekitar 50 orang. (CNN Turk)

Rijal yang merupakan bagian dari tim komunikasi ACT sudah dua kali mengunjungi Reyhanli. Ia mengaku menyaksikan bagaimana perjuangan pengungsi Suriah untuk memperbaiki hidup mereka di tempat baru.

“Beberapa tahun terakhir ini kondisi pengungsi memang alhamdulillah sudah lebih baik. Orang Suriah itu ulet, rajin. Mereka bisa melihat peluang untuk bertani atau berjualan di pasar. Mereka beberapa tahun terakhir ini ekonominya membaik,” ungkapnya.

“Akhirnya ada beberapa yang sanggup menyewa rumah. Ya, rumah-rumah kecil, flat gitu. Dan di Turki itu kan rumahnya [berbentuk] apartemen-apartemen kecil gitu, jadi di setiap lantai itu ada keluarga-keluarga Suriah.”

“Di Reyhanli itu mereka yang punya uang bisa menyewa rumah, bisa tinggal di situ lebih baik. Ada yang bisa beli motor. Tapi motor-motor Honda zaman dulu lah, yang pakai tanki di depan itu.”

“Ada yang beli keledai, dikasih gerobak. Bagi yang uangnya lebih ada yang bisa beli mobil-mobil tua. Itu cara membedakan mana orang Suriah dan mana orang Turki. Lihat saja motor yang baru-baru pasti [punya] orang Turki.”

5. Dinamika hubungan mewarnai kehidupan warga setempat dan pengungsi

Cerita Pekerja Kemanusiaan Indonesia di Suriah Kecil Bernama ReyhanliTembok perbatasan sepanjang 900 kilometer yang dibangun oleh pemerintah Turki untuk mengurangi jumlah pengungsi Suriah yang masuk ke sana. (Spiegel Online)

Rijal mengatakan bahwa warga Turki di Reyhanli “membuka banget, gak memusuhi, mereka gak merasa terbebani” dengan adanya pengungsi Suriah yang jumlahnya cukup besar. Bahkan, menurut Rijal, “masjid jadi lebih ramai, jamaah-jamaahnya jadi lebih banyak dan ekonominya sebenarnya berkembang”.

Namun, pernah ada tahap di mana prasangka itu tak bisa dihindari sebab situasinya tak selalu seperti sebuah mimpi indah bagi kedua pihak. Misalnya, saat 2013 lalu sebuah bom mobil meledak untuk pertama kalinya di pusat keramaian di Reyhanli.

Seperti dilaporkan reporter The New Yorker kala itu, beberapa warga Turki mengamuk dan menyasar mobil-mobil berplat nomor Suriah. Pengungsi pun ikut jadi target kemarahan mereka. Bahkan, para pekerja kemanusiaan mengaku harus bersembunyi, lalu meninggalkan Reyhanli karena kondisinya tak kondusif.

Akan tetapi, tetap ada orang Suriah yang memberi penilaian baik terhadap warga Turki di Reyhanli. “Orang-orang ini selalu bersikap baik kepada kami. Tanpa warga Turki, kami takkan punya apapun. Tak ada apapun untuk kita di Suriah,” ujar salah satu warga yang sempat bermukim di Damaskus.

6. Reyhanli pun menjadi lokasi pusat bantuan

Cerita Pekerja Kemanusiaan Indonesia di Suriah Kecil Bernama ReyhanliTruk-truk yang mengangkut bantuan logistik untuk pengungsi Suriah tiba di gudang kemanusiaan Indonesia Humanitarian Center yang dioperasikan oleh ACT di Reyhanli. (Facebook.com/AksiCepatTanggap)

Reyhanli kemudian tak hanya berubah menjadi “Suriah Kecil” di mana warga Turki dan pengungsi Suriah saling hidup berdampingan. Kota tersebut ikut menjadi lokasi di mana bantuan-bantuan kemanusiaan disimpan untuk didistribusikan.

Salah satunya adalah gudang logistik milik ACT yang diberi nama Indonesia Humanitarian Center (IHC) yang resmi beroperasi pada 16 Maret 2018 lalu. “Tetap di Reyhanli. Kita cari apartemen murah, kita tinggal satu tim di sana, koordinasi di situ. Sejauh ini ada 5.000 paket untuk didistribusikan selama lima bulan mendatang,” ungkap Rijal.

Selain ribuan bantuan logistik untuk pengungsi Suriah di Reyhanli, ACT juga mengirimkan ribuan lainnya ke kamp-kamp pengungsian di sisi utara Suriah yang dekat perbatasan dengan Turki sebab tak semua pengungsi dalam kondisi baik-baik saja.

Tidak diketahui apa rencana jangka panjang pemerintah Turki untuk persoalan pengungsi Suriah ini. Pembangunan tembok sepanjang 900 kilometer di perbatasan untuk mengurangi masuknya pengungsi, termasuk yang diselundupkan, masih belum menjadi solusi bijaksana.

Baca juga: Turki Ancam Akan Biarkan Pengungsi Suriah Masuk ke Eropa

Topik:

Berita Terkini Lainnya