Pengamat: Isu PKI yang Digulirkan Gatot Nurmantyo Masih Laku di RI

Bangsa Indonesia tetap harus waspada bahaya laten PKI

Jakarta, IDN Times - Pengamat politik Ujang Komarudin menilai, isu adanya PKI atau paham komunis di Indonesia memang masih laku di Tanah Air. Kendati, banyak masyarakat tidak peduli dengan isu tersebut.

"Isu PKI masih laku. Namun banyak masyarakat yang sudah tak peduli. Maka mungkin saja Gatot ingin mengingatkan bahaya PKI itu," ujar pengamat politik asal Universitas Al Azhar itu saat dihubungi, Selasa (28/9/2021).

Diketahui, mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menyebut ada indikasi komunis atau PKI menyusup di tubuh TNI. 

Baca Juga: Eks Panglima Gatot Nurmantyo Diminta Buktikan PKI Menyusup ke TNI

1. Ujang menilai niat Gatot Nurmantyo mungkin baik, untuk Indonesia tetap waspada terhadap bahaya PKI/komunis

Pengamat: Isu PKI yang Digulirkan Gatot Nurmantyo Masih Laku di RIDirektur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin (IDN Times/Rochmanudin)

Ujang menilai Gatot sedang mengingatkan bangsa Indonesia tentang bahaya PKI/komunis di Tanah Air, terutama soal kekejaman PKI pada masa lalu.

"Karena bagaimana pun ideologi tak ada yang benar-benar mati. Jadi akan selalu ada orang yang akan membangkitkannya kembali. Kita waspada saja," ucapnya.

2. Elektabilitas Gatot untuk maju sebagai capres 2024 dinilai tergantung dirinya sendiri

Pengamat: Isu PKI yang Digulirkan Gatot Nurmantyo Masih Laku di RIIlustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Diketahui, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo masuk bursa capres Pilpres 2024 meski elektabilitasnya rendah dari beberapa hasil survei. Mengenai hal itu, Ujang menilai, elektabilitas Gatot tergantung dirinya sendiri.

"Soal capres sih tergantung dari Gatot sendiri, apakah memiliki elektabilitas tinggi atau tidak. Jika elektabilitasnya ada dan tinggi, mungkin dia bisa maju. Begitu juga sebaliknya," kata dia.

Pengamat politik lainnya, Hendri Satrio, menambahkan isu PKI bukanlah masalah laku atau tidak. Senada dengan Ujang, dia mengatakan, Indonesia harus selalu waspada terhadap bahaya PKI/komunis.

"Jadi menurut saya ini bukan masalah capres-cawapres, capres-capresan, ini masalah bagaimana kita juga ikut waspada terhadap bahaya laten PKI, bahaya laten komunis," kata pengamat asal Universitas Paramadina itu.

Baca Juga: Pangkostrad: Tudingan Gatot Nurmantyo Keji Sebut TNI AD Disusupi PKI

3. Gatot Nurmantyo ungkap ada indikasi PKI menyusup di tubuh TNI

Pengamat: Isu PKI yang Digulirkan Gatot Nurmantyo Masih Laku di RIDiorama di Museum Dharma Bhakti Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat (kostrad.mil.id)

Sebelumnya, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo mengatakan ada indikasi paham komunis telah menyusup ke tubuh TNI. Salah satu indikasinya, kata dia, sejumlah bukti-bukti penumpasan pelaku Gerakan 30 September 1965 yang tersimpan di Museum Dharma Bhakti di Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) kawasan Gambir, Jakarta Pusat, diduga hilang atau sengaja dihilangkan.

Dari sana, ia menyimpulkan ada indikasi paham komunis disusupkan ke tubuh TNI. Ia kemudian memutar video untuk menunjukkan ke publik bahwa dugaan itu bukan sekadar isapan jempol. 

"Video tadi menggambarkan betapa diorama yang ada di Makostrad, di depan Makostrad ada bangunan berupa kantor tempatnya Pak Soeharto dulu. Di sana lah direncanakan bagaimana mengatasi pemberontakan G30S PKI, di mana Pak Soeharto sedang memberikan petunjuk kepada Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO (Korps Komando Operasi)," ujar Gatot ketika berbicara di webinar dengan tajuk TNI vs PKI pada Minggu, 26 September 2021. 

Ia menyebutkan, diorama tersebut juga menjelaskan dari diskusi Sarwo Edhie dengan Soeharto ditemukan petunjuk lokasi jenazah jenderal TNI yang dibunuh pada akhir September 1965. Lokasi jenazah diketahui berada di Lubang Buaya, Jakarta Timur. 

"Ini menunjukkan (tidak adanya patung itu), mau tidak mau kita harus mengakui dalam menghadapi pemberontakan G30S PKI, peran Kostrad, sosok Soeharto, Kopassus, Sarwo Edhie, KKO, dan Jenderal AH Nasution jelas akan dihapuskan. Patungnya di sana (Markas Kostrad) sudah tidak ada dan bersih," tutur Gatot. 

Lebih lanjut, Gatot mengatakan, bahwa ia sempat tidak percaya adanya sejumlah patung yang hilang di Museum Kostrad. Lalu, ia mengutus orang untuk berkunjung ke museum tersebut dan mendokumentasikan suasana di sana. 

"Ternyata bukan hanya patung Pak Harto, patung Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution (yang hilang) tapi juga (patung) tujuh pahlawan revolusi sudah tidak ada di sana," kata dia. 

Gatot kemudian menyebut insiden tersebut semakin menguatkan indikasi sudah berkembangnya paham komunis di tubuh TNI. "Maka saya katakan ini kemungkinan sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI," ujarnya. 

Gatot lalu meminta agar TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara bersatu untuk membersihkan penyusupan PKI di tubuh TNI. Ia juga meminta agar TNI membersihkan jajarannya dari indikasi penyusupan tersebut.

"Saya ulangi ini berarti sudah ada penyusupan di dalam tubuh TNI. Dalam kesempatan ini saya mengetuk jiwa patriotisme dan kesatria prajurit TNI AD, TNI AL, dan TNI AU agar bersama-sama membersihkan jajaran TNI dari penyusupan maupun pengaruh yang dapat merusak jiwa-jiwa prajurit TNI. Selain itu, paham tersebut bisa menyebabkan pengkhianat minimal atau pun menjual institusi hanya untuk sekadar jual jabatan dan akan bermuara pada ingkar, pada sumpah pada Allah. Bersihkan semuanya agar peristiwa kelam yang lalu tidak terjadi lagi," kata Gatot. 

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya