Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Melihat Sakralnya Prosesi Memandikan Rupang Dewa Buddha

Ciphoc/ Robert

Surabaya, IDN Times - Kesibukan yang tak biasa terlihat di tempat ibadah Vihara Budhayana Indonesia, Jalan Putat Gede, Surabaya, Selasa (6/2). Saat memasuki halaman Vihara, terdengar suara pujian yang dilantunkan oleh umat Buddha.

Sementara itu, di dalam Vihara, beberapa umat sedang menunggu persiapan yang dilakukan pengurus. Sambil terus memanjatkan doa mereka menunggu prosesi yang dianggap sangat sakral ini dimulai. Sejurus kemudian, seorang Pandita mengisntruksikan agar ritual segera dimulai.

Bak berisi air, bunga mawar merah dan sabun liquid pun disiapkan oleh pengurus Vihara. Sementara jajaran Rupang "Patung" Dewa Buddha terlihat berjejer rapi, seakan menunggu giliran dibasuh. Ritual menyucikan Dewa Buddha memang menjadi tradisi menyambut datangnya Tahun Baru Imlek ke 2569 yang jatuh pada Jumat (16/2).

1. Sebanyak 1.250 rupang dimandikan jelang Imlek 2569

Default Image IDN

Berhati-hati, didampingi Sang Pandita, para pengurus memindahkan rupang dari tempatnya. "Hati-hati, pelan-pelan saja," ucap Pandita, Romo Sakya Putra Soeyono. Seorang pengurus yang bertugas pun menjawabnya dengan anggukan kepala lalu mulai menata patung-patung tersebut. 

Waktu penataan rupang Dewa Budha berjalan satu jam lamanya. Sebanyak 1.250 rupang sudah siap untuk dimandikan. Para umat melihat dengan seksama sembari memanjatkan terus doa-doa kepada Sang Buddha.

Rupang Dewa Budha di Vihara tersebut terdiri dari berbagai ukuran. Sebanyak 999 rupang berukuran sekitar 20 cm mendapat jatah dimandikan terlebih dahulu. 999 rupang memiliki filosofi tersendiri, yaitu mewakili wujud 1.000 dewa sebagai penghormatan terhadap kemahatuhanan Buddha Sakyamuni yang bisa menjelma menjadi banyak rupa. 

Prosesi pun dimulai. Dengan cekatan, pengurus memandikan rupang dewa dengan empat tahap. Awalnya, mereka memandikan dengan sabun sebanyak dua kali, dilanjut memasukkan rupang dewa ke air biasa lalu ke air bunga sebanyak dua kali dan terakhir menyiram dengan minyak wangi. Proses serupa dilakukan terhadap ratusan Rupang lain.

Namun, perlakuan berbeda diberikan terhadap 4 Rupang besar di Vihara. Rupang setinggi 2 meter yang masing-masing bernama Buddha Sakyamuni, Buddha Amitabha, Bodhisattva Awalokiteswara, dan Bodhisattva Ksitigarbha itu hanya dilap kain basah. Prosesi memandikan Rupang Dewa Buddha ini berlangsung hingga 12 Februari. Prosesi serupa akan dilakukan jelang Hari Raya Waisak nanti. 

2. Prosesi ditutup dengan acara puja menyambut datangnya Imlek

Default Image IDN

Puncak prosesi ini sendiri akan berlangsung pada 15 Februari malam. Saat itu, umat Buddha meyakini para Dewa turun ke bumi sesaat sudah rupang perwujudannya bersih dan rapi. Sehari setelahnya, kala Sang Dewa Buddha kembali ke Cakrawala digelar prosesi Upacara Puja. Selain menyucikan Rupang, Vihara juga akan dihiasi dengan beberapa lampion merah untuk menyambut datangnya tahun baru Imlek 2.569. 

3. Ramalan Buddha Gautama tentang hal-hal yang telah diabaikan umat

Default Image IDN

Dalam kesempatan ini, Romo Soeyono menjelaskan bahwa ramalan Buddha Gautama sudah banyak yang dilanggar oleh umat. Ia melihat banyak umat yang telah mengabaikan ajaran agama dari Sang Buddha. "Kebanyakan orang mulai mengabaikan ajaran agama, karena beberapa diramalkan Buddha Gautama. Kesombongan, keserakahan, tak mau menggalakkan ajaran moral semakin marak," ujarnya.

Prosesi semacam inilah menurut Romo Soeyono bisa mendekatkan diri lagi ke Sang Buddha. Kebaikan hidup para umat sebagai inspirasi untuk menggugah kesadaran diri. Agar umat senantiasa membersihkan tiga dasar yang  selalu muncul dalam kehidupan. Yakni pikiran, ucapan dan tindakan.

 

 

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ardiansyah Fajar Syahlillah
EditorArdiansyah Fajar Syahlillah
Follow Us