29 Lansia di Norwegia Meninggal Usai Disuntik Pfizer, Ini Kata BPOM 

BPOM ikut menunggu hasil investigasi yang dilakukan Norwegia

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny K. Lukito mengatakan akan menunggu hasil investigasi dari otoritas di Norwegia mengenai penyebab kematian 29 lansia usai menerima suntikan vaksin Pfizer. Sebab, sejauh ini belum diketahui apakah mereka meninggal disebabkan efek samping dari vaksin COVID-19 buatan Pfizer. 

Hal itu penting untuk dijadikan pertimbangan karena sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/Menkes/9860/2020, Pfizer masuk ke dalam daftar vaksin yang hendak dibeli oleh pemerintah. 

"Untuk kami, tentu kami tetap terbuka (terhadap vaksin buatan Pfizer). Nanti bila sudah mendekati (untuk masuk ke Indonesia), tentu akan kami tanyakan juga dengan data-data tersebut karena mereka kan sedang melakukan kajian terkait kausalitasnya tersebut," ungkap Penny ketika menjawab pertanyaan IDN Times di forum diskusi virtual bertajuk "Vaksin COVID-19 Benarkah Aman dan Halal?" yang digelar oleh Gatra pada Rabu (20/1/2021).

Sebagai pihak yang berada di garda terdepan dalam urusan pemberian izin edar vaksin, BPOM mengaku tak ingin terburu-buru mengambil kesimpulan mengenai kematian lansia di Norwegia. Harus ada investigasi yang didukung data saintifik yang menyatakan kematian itu disebabkan vaksin Pfizer. 

"Jadi, kalau belum ada data saintifik bahwa unsur kausalitasnya ya belum bisa kita menyimpulkan itu karena vaksin Pfizer," ujarnya lagi. 

Vaksin apa saja yang rencananya digunakan oleh pemerintah untuk mengatasi pandemik COVID-19?

1. BPOM sebut vaksin Pfizer terbukti efektif cegah kematian di kalangan lansia akibat COVID-19

29 Lansia di Norwegia Meninggal Usai Disuntik Pfizer, Ini Kata BPOM Proses pembuatan vaksin COVID-19 oleh Pfizer (Facebook.com/Pfizer)

Sementara, menurut Penny, berdasarkan informasi yang ia miliki, vaksin Pfizer justru efektif mencegah kematian di kalangan lansia akibat COVID-19. Oleh sebab itu, ia tidak mau terburu-buru menyimpulkan bahwa vaksin Pfizer tidak aman. Ketika hendak dibeli, BPOM akan melakukan audit.

"Kami akan menunggu hasil kajian terkait kausalitasnya (kematian lansia usai disuntik vaksin) tersebut," kata dia. 

Pendapat Penny senada dengan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat tersebut. Dikutip dari harian South China Morning Post (SCMP), Senin, 19 Januari 2021, Pfizer dan Pemerintah Norwegia tengah menyelidiki mengenai kematian itu. Sejauh ini, angka kematian di kalangan lansia usai menerima suntikan vaksin belum ada di tahap yang mengkhawatirkan. Bahkan, sesuai dengan perkiraan sebelumnya. 

Direktur Jenderal dari Institut Vaksin Internasional, Jerome Kim mengatakan semua laporan yang menyangkut keamanan vaksin harus ditindaklanjuti secara serius. Tetapi, berdasarkan laporan awal dari jumlah kematian belum ada yang harus dikhawatirkan. 

"Sebagian besar orang telah mengalami efek samping dari vaksin vaksin mulai dari pusing, muntah, demam, hingga pegal di lengan yang menerima suntikan vaksin. Tetapi, kondisi ini akan semakin memburuk bila penerima vaksin sudah memiliki penyakit bawaan," kata Kim. 

"Kemampuan vaksin dalam memberi perlindungan agar tidak menimbulkan gejala saat terpapar, adalah jenis perlindungan yang ingin Anda rasakan ketika vaksin diberikan ke publik. Tetapi, tetap saja akan ada risiko bagi mereka yang tertular COVID-19," tutur dia lagi. 

Sejauh ini masih belum diketahui pasti kapan puluhan lansia itu meninggal. Namun, mereka meninggal saat berada di panti jompo. Sejauh ini, otoritas Norwegia sudah memberikan satu dosis Pfizer kepada 42 ribu jiwa, termasuk fokus ke individu yang rentan dan kaum lansia. Sejak adanya laporan kematian di kaum lansia, Pfizer mengubah kebijakannya dengan mencoret lansia yang sudah memiliki penyakit bawaan stadium akhir untuk divaksinasi. 

Baca Juga: Norwegia Kaji Efek Samping Vaksin COVID-19 Pada Orang Tua

2. BPOM menggunakan standar audit yang sama untuk vaksin Merah Putih dan vaksin impor

29 Lansia di Norwegia Meninggal Usai Disuntik Pfizer, Ini Kata BPOM Petugas medis memperlihatkan vaksin COVID-19 produksi Sinovac sebelum proses penyuntikan menyuntikan ke tenaga kesehatan di RS Siloam TB Simatupang, Jakarta, Kamis (14/1/2021) (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Penny juga menyebut BPOM menggunakan standar audit yang sama bagi vaksin buatan dalam negeri yaitu Merah Putih dan vaksin impor. Ia menjelaskan standar audit itu dibutuhkan sebab bisa saja di masa mendatang vaksin produksi Indonesia diekspor ke luar negeri. 

"Jadi, harus dipertahankan aspek terhadap kualitasnya," kata Penny. 

Di tempat terpisah, Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro memperkirakan pada Maret 2021, bibit vaksin Merah Putih sudah bisa diserahkan ke Bio Farma. Setelah itu maka proses uji klinis dapat dilakukan. 

3. Pemerintah menargetkan vaksinasi 181,5 juta warga dari Januari 2021 hingga Maret 2022

29 Lansia di Norwegia Meninggal Usai Disuntik Pfizer, Ini Kata BPOM Jenis vaksin yang digunakan di Indonesia (IDN Times/Sukma Shakti)

Sesuai dengan Permenkes, maka pemerintah mengizinkan ada enam merek vaksin COVID-19 yang digunakan untuk vaksinasi. Kementerian Kesehatan menargetkan bisa melakukan vaksinasi terhadap 181,5 juta warga dari periode Januari 2021 hingga Maret 2022. 

Vaksinasi di Indonesia sudah dimulai sejak 13 Januari 2021 lalu. Saat itu Presiden Joko "Jokowi" Widodo termasuk menjadi orang pertama yang menerima suntikan vaksin CoronaVac. Penny pun juga sudah disuntik vaksin buatan Tiongkok itu. 

Di tahap pertama, ada 1,3 juta orang yang akan disuntik vaksin CoronaVac. Mereka yang diprioritaskan di tahap pertama ini yaitu tenaga kesehatan di 34 provinsi. Periode pertama vaksinasi berlangsung Januari hingga April 2021.

Periode kedua yang juga berlangsung pada Januari-April, Kemenkes akan memvaksinasi 17 juta petugas publik. Sedangkan, masyarakat biasa baru menerima vaksin pada April 2021 hingga Maret 2022. 

https://www.youtube.com/embed/4-W-Vig3J1I

Baca Juga: BPOM AS Akui Ada Enam Relawan Meninggal Saat Uji Klinis Vaksin Pfizer

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya