Akumulasi Kematian COVID-19 Selama Juli Tembus 35 Ribu, Alarm Bagi RI
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Bulan Juli 2021 bisa dikatakan momen yang paling menyedihkan bagi warga Indonesia. Sebab, angka kematian harian melonjak pesat selama pandemik COVID-19.
Mengutip data resmi dari Satgas Penanganan COVID-19, akumulasi angka kematian pada Juli 2021 di Tanah Air mencapai 35.574. Angka ini jomplang bila dibandingkan bulan Juni 2021, akumulasinya mencapai 7.913.
Sedangkan, akumulasi angka kasus harian positif selama Juli 2021 saja mencapai 1.253.193. Hal tersebut menambah jumlah kasus positif di Tanah Air yang mencapai 3.409.658.
Data ini juga menjadi ironi, lantaran di bulan Juli pemerintah mulai memberlakukan lagi pembatasan kegiatan masyarakat yang disebut PPKM lalu berubah menjadi PPKM Darurat. Selama PPKM Darurat, sebagian besar angka kematian terjadi ketika warga melakukan isolasi mandiri di rumah.
Organisasi pemantau wabah, LaporCovid-19, melaporkan 2.833 jiwa meninggal ketika menjalani isoman di rumah. Data tersebut ditemukan pada rentang Juni hingga 30 Juli 2021.
Sementara, beberapa pemda, termasuk DKI Jakarta justru sudah mengklaim telah terjadi penurunan kasus positif COVID-19 usai PPKM Darurat diberlakukan. Gubernur DKI Anies Baswedan pernah menunjukkan beberapa foto di akun media sosialnya antrean pasien untuk bisa memperoleh kamar perawatan COVID-19 mulai menurun. Kasus aktif COVID-19 di DKI pun diklaim Anies menurun dari semula 100 ribu menjadi 17 ribu.
Apakah penurunan kasus positif ini hal semu atau pembatasan pergerakan mulai dapat dilonggarkan?
1. Rumah sakit rujukan yang mulai kosong bukan jadi indikator kasus COVID-19 menurun
Epidemiolog dari Universitas Griffith, Brisbane, Australia, Dicky Budiman mengatakan, penurunan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit rujukan COVID-19 tidak bisa dijadikan indikator semata-mata situasi pandemik di Tanah Air sudah membaik. Apalagi sejak awal, perilaku warga Indonesia bila sakit cenderung menghindari rumah sakit. Berdasarkan survei yang dilakukan Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 lalu, angkanya mencapai 80 persen.
"Jadi, orang Indonesia itu kalau sakit lebih memilih di rumah dan mengobati sendiri. Perilaku itu sudah terbentuk jauh sebelum ada pandemik," kata Dicky ketika dihubungi oleh IDN Times melalui telepon, Senin (2/8/2021).
Ia menjelaskan, bila sisa 20 persen warga yang ingin dirawat di rumah sakit melonjak, maka dapat dibayangkan kondisi warga yang sakit dan memilih tetap di rumah.
"Katakanlah di beberapa rumah sakit terdapat 2.000 tempat tidur, berarti 15 atau 20 persennya mencapai 1.000 orang. Berarti, kan yang sakit dan memilih tinggal di rumah ada 9.000 orang lebih, atau sembilan kali lipat," tutur dia lagi.
Oleh sebab itu, menurut Dicky, tenaga kesehatan yang berada di rumah sakit tidak boleh lengah. Bisa jadi memang pasien berkurang, tetapi jumlah orang yang tertular COVID-19 dan memilih di rumah jumlahnya bisa jauh lebih tinggi.
"Maka, jangan kaget bila angka kematian tinggi di masyarakat dan diprediksi angkanya akan jauh lebih banyak di bulan Agustus ini. Saya sudah mengatakan hal ini sejak tahun lalu," katanya.
Baca Juga: Anies Sebut PPKM Sukses Turunkan Kasus Aktif COVID di DKI Jadi 17 Ribu
2. Tingkat penularan COVID-19 di masyarakat masih sangat tinggi, capai 52 persen
Sementara, epidemiolog dari Universitas Airlangga Windhu Purnomo menyatakan, penurunan kasus COVID-19 di Indonesia adalah hal semu. Sebab, jumlah orang yang dites juga menurun.
Alih-alih menggunakan angka harian kasus positif, sebaiknya publik memantau angka positivity rate (PR). Angka tersebut menggambarkan tingkat penularan virus Sars-CoV-2 di masyarakat. Dalam pemantauannya, angka PR masih tergolong tinggi.
Apalagi jumlah tes saat ini yang terjadi di Indonesia didominasi antigen, bukan swab PCR. Hal itu bisa keliru menafsirkan, sehingga harus melihat positivity rate dari tes swab PCR.
"Pada Minggu kemarin, jumlah orang yang dites dengan menggunakan PCR hanya 61 ribu, tidak sampai 2 kali lipat yang ditentukan oleh WHO. Total orang yang diperiksa memang mencapai 150 ribu, tetapi angka itu sudah digabung dengan tes antigen," ungkap Windhu ketika dihubungi IDN Times melalui telepon pada hari ini.
Berdasarkan data yang ia miliki, positivity rate dari tes PCR mencapai 52,15 persen. Artinya, tingkat penularan COVID-19 di masyarakat masih sangat tinggi.
"Angka ini mengerikan banget mencapai 10 kali lipat dari batas ambang yang ditentukan oleh WHO yakni 5 persen," tutur dia lagi.
3. Pemerintah janji tingkatkan tes COVID-19 hingga 400 ribu, kenyataan masih di angka 200 ribu
Menurut Windhu, untuk bisa mengendalikan pandemik COVID-19, satu-satunya jalan dengan meningkatkan 3T (tes, lacak, dan isolasi). Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan sempat menjanjikan, jumlah tes akan digenjot hingga ke angka 400 ribu. Sementara, data dari Satgas Penanganan COVID-19, angka tes paling tinggi hanya mencapai 228.702. Jumlah tes itu dilaporkan pada 22 Juli 2021 lalu.
"Tes itu tidak bisa digantikan. Beda halnya dengan vaksinasi COVID-19 yang sifatnya pelengkap. Selandia Baru dan Tiongkok sudah bisa mengendalikan pandemik, jauh sebelum ada vaksin COVID-19," kata Windhu.
Sebab, ujarnya lagi, kunci untuk mengendalikan pandemik, harus dipisahkan orang yang sakit dengan yang sehat. Ia pun menyayangkan pemerintah tidak ikut menanggung biaya tes swab PCR untuk keperluan diagnostik.
Lantaran harga tes swab yang masih mahal, maka warga lebih memilih tes COVID-19 antigen. Padahal, kemungkinan false negative-nya, kata Windhu, besar.
"Karena tes antigen hanya bisa mendeteksi 7 hari setelah onset. Sementara, kalau dites dengan swab PCR angka CT nya masih tinggi," tutur dia.
Windhu tidak menyalahkan warga yang melakukan tes dengan antigen lantaran harganya yang lebih terjangkau. Menurutnya, pemerintah harus memberikan subsidi bagi warga yang ingin melakukan tes swab PCR.
4. Kasus harian COVID-19 di tingkat nasional selama Juli 2021
Berikut data mengenai perkembangan kasus harian COVID-19 selama Juli 2021 yang diperoleh dari Satgas Penanganan COVID-19:
1 Juli 2021
Kasus harian: +24.836
Angka kematian harian: +504
Jumlah orang yang dites: 98.572
2 Juli 2021
Kasus harian: +25.830
Angka kematian harian: +539
Jumlah orang yang dites: 102.765
3 Juli 2021
Kasus harian: +27.913
Angka kematian harian: + 493
Jumlah orang yang dites: 110.983
4 Juli 2021
Kasus harian: +27.233
Angka kematian harian: +555
Jumlah orang yang dites: 86.292
5 Juli 2021
Kasus harian: + 29745
Angka kematian harian: +558
Jumlah orang yang dites: 92.398
6 Juli 2021
Kasus harian: +31.189
Angka kematian harian: +728
Jumlah orang yang dites: 136.765
7 Juli 2021
Kasus harian: +34.379
Angka kematian harian: +1.040
Jumlah orang yang dites: 141.957
8 Juli 2021
Kasus harian: +38.391
Angka kematian harian: +852
Jumlah orang yang dites: 135.936
9 Juli 2021
Kasus harian: +38.124
Angka kematian harian: +871
Jumlah orang yang dites: 142.005
10 Juli 2021
Kasus harian: +35.094
Angka kematian harian: +826
Jumlah orang yang dites: 145.294
11 Juli 2021
Kasus harian: +36.197
Angka kematian harian: +1.007
Jumlah orang yang dites: 128.055
12 Juli 2021
Kasus harian: +40.427
Angka kematian harian: +891
Jumlah orang yang dites: 123.317
Editor’s picks
13 Juli 2021
Kasus harian: +47.899
Angka kematian harian: +864
Jumlah orang yang dites: 153.354
14 Juli 2021
Kasus harian: +54.517
Angka kematian harian: +991
Jumlah orang yang dites: 172.859
15 Juli 2021
Kasus harian: +56.757
Angka kematian harian: +982
Jumlah orang yang dites: 185.321
16 Juli 2021
Kasus harian: +54.000
Angka kematian harian: +1.205
Jumlah orang yang dites: 179.216
17 Juli 2021
Kasus harian: + 51.952
Angka kematian harian: +1.092
Jumlah orang yang dites: 188.551
18 Juli 2021
Kasus harian: +44.721
Angka kematian harian: + 1.093
Jumlah orang yang dites: 138.046
19 Juli 2021
Kasus harian: +34.257
Angka kematian harian: +1.338
Jumlah orang yang dites: 127.461
20 Juli 2021
Kasus harian: +38.325
Angka kematian harian: +1.280
Jumlah orang yang dites: 116.674
21 Juli 2021
Kasus harian: +33.772
Angka kematian harian: +1.383
Jumlah orang yang dites: 116.232
22 Juli 2021
Kasus harian: +49.509
Angka kematian harian: +1.449
Jumlah orang yang dites: 228.702
23 Juli 2021
Kasus harian: +49.071
Angka kematian harian: +1.566
Jumlah orang yang dites: 202.385
24 Juli 2021
Kasus harian: +45.416
Angka kematian harian: +1.415
Jumlah orang yang dites: 179.953
25 Juli 2021
Kasus harian: +38.679
Angka kematian harian: +1.266
Jumlah orang yang dites: 124.139
26 Juli 2021
Kasus harian: +28.228
Angka kematian harian: +1.487
Jumlah orang yang dites: 121.266
27 Juli 2021
Kasus harian: +45.203
Angka kematian harian: +2.069
Jumlah orang yang dites: 180.202
28 Juli 2021
Kasus harian: +47.791
Angka kematian harian: +1.824
Jumlah orang yang dites: 185.181
29 Juli 2021
Kasus harian: +43.479
Angka kematian harian: +1.893
Jumlah orang yang dites: 173.464
30 Juli 2021
Kasus harian: +41.168
Angka kematian harian: +1.759
Jumlah orang yang dites: 164.999
31 Juli 2021
Kasus harian: +37.284
Angka kematian harian: +1.808
Jumlah orang yang dites: 150.222
Baca Juga: Kemenkes Temukan 1.027 Varian COVID-19 Delta, Terbanyak di Jakarta
5. Menkes klaim kasus COVID-19 di Indonesia sudah menurun
Meski angka penambahan kasus dari awal hingga akhir Juli bersifat fluktuatif, namun Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengklaim, kasus COVID-19 di Indonesia sudah mengalami penurunan. Bahkan dia bersyukur, karena skenario terburuk penambahan kasus hingga 70 ribu tidak terjadi.
“Tapi alhamdulillah yang kami lihat sekarang puncaknya itu kena 57 ribu dan kita sudah mulai melihat penurunan. Jadi sekali lagi, skenario terburuk yang sebelumnya kami perkirakan 70 ribu penambahan kasus per hari, sampai sekarang kita lihat, kita bersyukur bahwa itu terjadi di 57 ribu per hari,” kata Budi dalam keterangan pers di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (2/8/2021).
Selain kasus yang disebutnya semakin menurun, Budi juga mengatakan bahwa keterpakaian tempat tidur rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) semakin menurun sejak PPKM Darurat diterapkan.
“Kita bersyukur bahwa kasus konfirmasi di Indonesia sudah menurun. Demikian juga dengan BOR rumah sakit, tekanannya sudah menurun rata-rata 7 hari terakhir ini,” jelas Budi.