Anggota DPR Minta KSAL Tanggung Jawab Atas Tragedi KRI Nanggala-402

Muncul dugaan Nanggala 402 tak rutin diberi perawatan

Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi I dari Fraksi PDI Perjuangan, Mayjen (Purn) TNI TB Hasanuddin, mendesak agar Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono bertanggung jawab terhadap tragedi tenggelamnya KRI Nanggala-402 pada Rabu, 21 April 2021 lalu. Dalam peristiwa tragis itu, 53 Anak Buah Kapal (ABK) yang bertugas gugur.

Berdasarkan informasi dari TNI AL, usia KRI Nanggala-402 sudah lebih dari 40 tahun. Lantaran telah uzur, maka perawatan secara rutin wajib diberikan agar kualitasnya tidak menurun. 

"Dilihat dari usianya, KRI Nanggala-402 buatan tahun 1978 tergolong cukup tua. Mengingat sebuah kapal selam biasanya hanya bertahan 25 tahun," kata Hasanuddin melalui keterangan tertulis, Selasa (27/4/2021). 

Ia mengatakan, berdasarkan informasi yang diperolehnya KRI Nanggala-402 sudah melewatkan batas waktu pemeliharaan selama tiga tahun. Informasi serupa juga ditulis oleh media Korea Selatan, Hankookilbo pada 22 April 2021 lalu. Media itu melaporkan, kapal selam buatan Jerman tersebut menjalani overhaul kali terakhir pada 2012 lalu di perusahaan kapal Korsel, Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) Co., Ltd.

"Butuh waktu dua tahun untuk pemeliharaan dan peningkatan senjatanya. Berdasarkan jadwal, kapal selam seharusnya melakukan pemeliharaan setiap enam tahun untuk dinyatakan layak, apalagi bila usia kapal sudah tua," ujarnya lagi. 

Apa respons dari TNI AL mengenai perawatan yang tidak dilakukan secara rutin itu?

1. TNI AL klaim KRI Nanggala-402 rutin dirawat tiap dua tahun sekali

Anggota DPR Minta KSAL Tanggung Jawab Atas Tragedi KRI Nanggala-402Kapal Selam KRI Nanggala-402 saat melakukan sailing pass di Dermaga Ujung, Koarmatim, Surabaya, Jawa Timur pada 25 September 2014. (ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat)

Asisten Perencanaan (Arsena) KSAL Laksamana Muda TNI Muhammad Ali mengatakan, meski sudah berusia tua, tetapi KRI Nanggala-402 terus dirawat secara rutin.

"KRI Nanggala 402 juga menjalani perbaikan mulai dari hardepo, harmen, hingga docking dua tahunan rutin. Docking terakhir dilakukan 2020 lalu," kata Ali ketika memberikan keterangan pers di Mabes TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, yang disaksikan melalui saluran YouTube INews TV, Selasa. 

Ia mengatakan, kapal selam bertenaga diesel itu masih laik digunakan hingga September 2022. Sementara, terkait dengan adanya kelebihan muatan yang dibawa di dalam KRI Nanggala-402, Ali juga menepisnya. Ia tak membantah memang keterangan dari perusahaan pembuat kapal selam di Jerman menyebut, jumlah tempat tidur di dalam KRI Nanggala-402 hanya 33 buah. 

"Tetapi, banyak yang tidak diketahui bahwa ketika kami berjaga atau berdinas dibagi menjadi tiga shift. Itu dinamakan hot bunk, artinya satu tempat tidur bisa digunakan beberapa orang," kata dia lagi. 

Ia menambahkan, bukan Indonesia saja yang memberlakukan sistem kerja demikian. Beberapa negara di luar Indonesia juga menerapkan sistem yang sama.

Baca Juga: [CEK FAKTA] KRI Nanggala 402 Tenggelam karena Ditembak Kapal Asing

2. Anggota Komisi I TB Hasanuddin desak Kemenhan lakukan investigasi

Anggota DPR Minta KSAL Tanggung Jawab Atas Tragedi KRI Nanggala-402Anggota komisi I dari fraksi PDI Perjuangan, TB Hasanuddin. (www.dpr.go.id)

Di dalam keterangan tertulisnya, Hasanuddin juga meminta agar KSAL Laksamana TNI Yudo Margono bertanggung jawan atas gugurnya 53 ABK KRI Nanggala-402. Yudo diminta bertanggung jawab kepada Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. 

"Hal itu sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2019 mengenai susunan organisasi TNI Pasal 1 ketentuan umum butir 8 bahwa pembinaan kekuatan TNI yang meliputi perencanaan, pemeliharaan dan pengembangan kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan tugas pokok yang merupakan tanggung jawab Kepala Staf Angkatan dan dipertanggungjawabkan kepada Panglima," kata Hasanuddin menirukan isi Perpres tersebut.

Ia juga mendesak Panglima TNI dan Kementerian Pertahanan agar segera melakukan investigasi menyeluruh soal penyebab tenggelamnya KRI Nanggala-402 pada Rabu, 21 April lalu. 

3. TNI AL bersedia lakukan audit untuk cari penyebab tenggelamnya KRI Nanggala-402

Anggota DPR Minta KSAL Tanggung Jawab Atas Tragedi KRI Nanggala-402Bagian kapal KRI Nanggala 402 hasil citra Remotely Operated Vehicle (ROV) MV Swift Rescue ditunjukkan saat konferensi pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu (25/4/2021). (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Sementara itu, Asisten Perencanaan (Arsena) KSAL Laksamana Muda TNI Muhammad Ali menyampaikan, pihaknya siap melakukan audit dan investigasi untuk mencari tahu penyebab tenggelamnya KRI Nanggala-402. Namun, ia menggarisbawahi untuk melakukan investigasi butuh kehadiran para pakar bukan sekedar pengamat di media. 

"Kami akan melibatkan para pakar kapal selam dan para pakar pembuat kapal selam," ungkap Ali. 

Ia juga menyampaikan, hingga saat ini proses evakuasi KRI Nanggala-402 masih terus berlangsung di perairan Bali. Salah satu temuan baru yang ditemukan menggunakan ROV (Remotely Operated Underwater Vehicle) yaitu hidrofon milik KRI Nanggala-402. 

"Ada beberapa foto yang diambil dan menunjukkan ada torpedo. Sebisa mungkin kami akan mengangkat bagian per bagian kecil karena dari (kemampuan) ROV hanya mampu mengangkat benda seberat 150 kilogram," kata dia. 

Bila keputusan akhir akan ikut mengangkat badan KRI Nanggala-402 atau benda lain, kata Ali, maka akan dikoordinasikan lebih lanjut. 

Baca Juga: Menhan Prabowo Berduka, Ikut Kehilangan Keluarga di KRI Nanggala 402

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya