Anggota TNI AU Ajak Pemuda Tunawicara di Merauke Kembali Sekolah

Peltu Deny mampu berkomunikasi dengan bahasa isyarat

Jakarta, IDN Times - Seorang anggota TNI Angkatan Udara (AU), Peltu Deny Zulkarnaen sempat berbincang dengan pemuda tunawicara yang menjadi korban penganiayaan di Merauke, Papua, pada 26 Juli 2021 lalu. Deny sudah kenal dengan korban yang diketahui bernama Steven selama lima tahun. 

"Anggota Lanud J.A Dimara (Dma) Merauke, Peltu Deny Zulkarnaen diketahui memiliki hubungan akrab dengan Steven, pemuda difabel berusia 17 tahun," ungkap Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma Indan Gilang Buldansyah dalam keterangan tertulis pada Jumat (30/7/2021). 

Ia mengatakan bincang-bincang antara Deny dan Steven terjadi di salah satu warung lalapan ayam di Jalan Raya Mandala Spademi, Merauke. Peltu Deny, kata Indan, memiliki kemampuan berkomunikasi secara linguistik atau bahasa isyarat. 

"Ia juga turut aktif dalam perkumpulan difabel Kabupaten Merauke," kata dia lagi. 

Dalam obrolan keduanya, Deny mengajak Steven untuk kembali ke sekolah dan menuntut ilmu. Sejak beberapa tahun lalu, Steven sudah putus sekolah. 

"Peltu Deny juga berjanji akan mencarikan pekerjaan buat Steven," ujar Indan. 

Apa respons Steven ketika diberi nasihat itu?

1. Steven berjanji anak yang lebih baik dan rajin ibadah ke gereja

Anggota TNI AU Ajak Pemuda Tunawicara di Merauke Kembali SekolahAnggota TNI AU, Peltu Deny Zulkarnaen tengah berkomunikasi dengan Steven, pemuda tunawicara (www.instagram.com/@militer.udara)

Di dalam perbincangan itu, terlihat Steven sempat menyampaikan ekspresi tubuh meminta maaf usai diberi nasihat oleh Peltu Deny. Dalam video yang terekam dengan durasi satu menit itu, Deny mengingatkan Steven untuk menjaga perilakunya dan tak mengganggu orang lain. 

Di dalam akun Instagram aktivis disabilitas, Surya Sahetapy diperoleh informasi Steven merupakan anak yatim piatu. Informasi itu ia ketahui dari Peltu Deny. 

"Tidak diketahui asal-usul orangtuanya dari suku apa. Sudah enam tahun ia diasuh oleh orang tua angkat dari Tanimbar, Maluku," demikian yang ditulis Surya di akun media sosialnya. 

Sebelum diasuh oleh orang tua angkat, Steven lebih banyak hidup di jalanan. Akhirnya, ia bergaul dengan kawan-kawanan jalanan dan terpengaruh dengan gaya pergaulan mereka. Steven ikut mengonsumsi minum-minuman keras dan sering mabuk. 

Agar bisa bertahan hidup, tulis Surya, Steven sering meminta makanan atau uang kepada orang-orang yang sedang membeli makanan di warung. "Kadang Steven marah saat kemauannya tidak dipahami atau tidak dituruti, terutama saat sedang terpengaruh minuman keras," katanya lagi. 

Steven juga memiliki permasalahan kesulitan berbahasa atau yang disebut deprivasi bahasa. Maka, untuk menyampaikan pesan, Steven sering kali menggunakan gestur tubuh. 

Usai mendengarkan nasihat dari Peltu Deny, Steven berjanji akan memperbaiki sikapnya. "Steven bertekad untuk menjadi anak yang baik dan akan rajin beribadah di gereja," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma Indan. 

Baca Juga: LBH Papua Desak Oknum TNI AU yang Aniaya Tunawicara di Merauke Dipecat

2. Steven kesulitan di sekolah karena guru tak memahami bahasa isyarat

Anggota TNI AU Ajak Pemuda Tunawicara di Merauke Kembali Sekolahilustrasi dua Tuli sedang berkomunikasi dengan pelayan kafe menggunakan bahasa isyarat (pexels.com/cottonbro)

Berdasarkan informasi dari Peltu Deny, salah satu penyebab Steven putus sekolah karena di sekolah tersebut, tidak tersedia guru khusus yang memahami bahasa isyarat. Sedangkan, Steven mengalami deprivasi bahasa. Artinya, Steven tidak menguasai dasar bahasa seperti berbahasa isyarat minim atau tidak berkomunikasi secara verbal. 

"Ia menggunakan gestur tubuh untuk berkomunikasi dengan orang lain," demikian tulis Surya di akun Instagramnya @suryasahetapy. 

Surya juga menjelaskan meski sudah diasuh oleh orang tua angkat, tetapi Steven masih sering hidup ke jalan bersama teman-temannya. Ia pun masih kerap minum-minuman keras hingga mabuk. 

"Kadang pulang ke rumah sudah larut malam dalam keadaan mabuk dan orang tuanya tidak membukakan pintu dengan tujuan untuk mendidik," kata Surya. 

3. Dua perwira TNI AU dicopot, buntut penganiayaan yang dialami oleh Steven

Anggota TNI AU Ajak Pemuda Tunawicara di Merauke Kembali SekolahPanglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (ANTARA FOTO/Dokumentasi Puspen TNI)

Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto sempat marah ketika menyaksikan video penganiayaan terhadap Steven viral. Ia pun langsung memberikan instruksi kepada Kepala Staf TNI AU untuk mencopot dua perwiranya. Dua perwira tersebut yakni Komandan Pangkalan Udara, Johanes Abraham Dimara di Merauke, Kolonel Pnb Herdy Arief Budiyanto dan Komandan Satuan Polisi Militer Lanud setempat.

"Saya sudah memerintahkan KSAU untuk mencopot Komandan Lanud dan Komandan Satuan Polisi Militernya," ungkap Hadi melalui pesan pendek pada 28 Juli 2021 lalu. 

Hadi menjelaskan dua perwira itu dicopot lantaran tidak bisa membina anggotanya. Ia pun mengaku geram ketika melihat sikap dua anggota TNI AU yang menginjak kepala Steven di Merauke, Papua. 

"Kenapa tidak peka, memperlakukan disabilitas seperti itu. Itu yang membuat saya marah," katanya lagi. 

Ia memerintahkan proses serah terima jabatan harus sudah dilakukan pada Rabu kemarin. "Jadi, saya minta malam ini, langsung serah-terimakan (jabatan). Saya minta sudah ada keputusannya," tutur dia. 

Sementara, dua pelaku penganiayaan yakni Serda Dimas dan Prada Vian telah ditahan. Ia akan menjalani proses peradilan militer. 

Baca Juga: Panglima TNI Copot Dua Perwira TNI AU, Buntut Penganiayaan Warga Papua

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya