Fakta Sinar Bangun, Kapal Penyeberangan Tradisional di Danau Toba

Kapal dikemudikan menggunakan tali sling baja

Dengan laporan dari Lucia Vania

Jakarta, IDN Times - Tragedi tenggelamnya kapal motor Sinar Bangun menjadi peristiwa menyedihkan yang terjadi saat suasana libur Lebaran masih kental. Kapal motor yang terbuat dari kayu itu berlayar pada Senin (18/6) dari Pelabuhan Simanindo menuju ke Pelabuhan Tigaras. 

Banyak yang penasaran sebenarnya seperti apa bentuk kapal yang ditumpangi diduga kuat oleh lebih dari 100 orang itu. Padahal, idealnya menurut Menteri Perhubungan, kapal itu hanya bisa mengangkut 43 orang. Itu belum ditambah kendaraan lho. 

IDN Times berhasil menghubungi Kepala Desa Tigaras, Mika Jaya Sitio yang sering menggunakan kapal motor tersebut. Berikut beberapa fakta mengenai kapal penyeberangan yang karam pada Senin kemarin: 

1. Kapal yang mengangkut penumpang dan kendaraan terbuat dari kayu

Fakta Sinar Bangun, Kapal Penyeberangan Tradisional di Danau TobaANTARA FOTO/Irsan Mulyadi

Menurut Mika Jaya, KM Sinar bangun adalah kapal kayu yang sehari-harinya digunakan warga untuk penyeberangan. Kapal tersebut, ia sebut masih baru dan telah diperbarui.

“Masih bagus itu, belum ada satu tahun perbaikannya. Paling baru sekitar 4 bulanan,” ujar Mika yang dihubungi pada Rabu (20/6).

2. Bayar tarif penyeberangan di atas kapal dan tanpa tiket

Fakta Sinar Bangun, Kapal Penyeberangan Tradisional di Danau TobaANTARA FOTO/Irsan Mulyadi

Karena kapal yang digunakan untuk penyeberangan tergolong sederhana, maka cara pembayaran yang diterapkan pun juga gak modern. Mika mengatakan sehari-hari jumlah penumpang yang naik gak terlalu banyak. Penumpang pada pekan ini membludak karena sedang libur Lebaran.

“Kalau sehari-hari, gak musimnya, paling juga sedikit penumpangnya. Kalau musim ramainya baru sampai 100, paling banyak 150. Itu sekali angkut,” kata dia.

Perjalanan dari Simanindo ke Tigaras dan sebaliknya membutuhkan waktu 30 menit saja. Pelayaran pagi dari Tigaras dibuka pada pukul 08.10 WIB dan pelayaran terakhir paling lambat pukul 19.00 WIB. Penumpang gak perlu membayar karcis dan bisa membayar biayanya di atas kapal.

"Untuk penumpang dikenakan biaya Rp 7.500,00 per orang, kalau membawa kereta (sepeda motor) dikenakan biaya tambahan Rp 7.000,00," tutur Mika.

Uniknya, kapal penyeberangan ini gak menggunakan setir untuk mengarahkan alur kapal. Sang nahkoda hanya mengandalkan tali sling baja sebagai alat kemudi. Entah bagaimana bisa mengarahkan kapal dengan bermodalkan tali, tetapi sang nahkoda rupanya memahami hal itu.

3. Kapal karam disebabkan cuaca dan bukan kelebihan penumpang

Fakta Sinar Bangun, Kapal Penyeberangan Tradisional di Danau Tobawww.twitter.com/@humas_basarnas

Menurut Mika yang memang tinggal di area sekitar sana, melihat dari kapasitas kapal jumlah penumpang yang mencapai 150 orang termasuk hal biasa. Kapal dianggap masih sanggup mengangkutnya.

Ia justru menyalahkan faktor cuaca dan ombak besar yang menghajar kapal tersebut sehingga oleng lalu karam.

“Dari pengakuan (penumpang) yang selamat, itu karena kemudinya putus, kabel (sling) itu. Jadi datang ombak besar, ditambah angin kencang, terbalik lah kapalnya,” ujar Mika.

Topik:

Berita Terkini Lainnya