Kisah Pelajar Indonesia Berpuasa 16 Jam di Amerika Serikat

Warga Amerika Serikat menghormati Fina yang sedang puasa lho

Jakarta, IDN Times - Gak semua orang memiliki keistimewaan bisa menghabiskan ibadah puasa dengan keluarga di Tanah Air. Salah satunya adalah Fina Leonita, pelajar dari SMAN 5 Bengkulu yang baru berusia 18 tahun. Fina terpaksa menghabiskan bulan Ramadan 2018 jauh dari keluarga karena tengah mengikuti program pertukaran pelajar bernama Youth Exchange & Study (YES). 

Ini merupakan program pertukaran pelajar yang disponsori oleh Departemen Luar Negeri AS bekerja sama dengan Bina Antar Budaya. Yang kerennya nih, Fina merupakan pelajar pertama asal Bengkulu yang mendapatkan kesempatan emas tersebut. Ia pun memilih untuk menunda studinya selama setahun di SMAN 5 Bengkulu. 

"Sekarang, Fina baru naik kelas XII. Sementara, program (YES) selama satu tahun. Ya, harus ada yang dipilih dan Fina memilih untuk mengikuti program ini," kata dia seperti dikutip dari situs Zetizen.com tahun 2017. 

Ia tiba di Negeri Paman Sam pada 30 Juli 2017 dan ditempatkan di Ocala, Florida, Amerika Serikat. Ia menjalani pendidikan di Westport High School hingga setahun ke depan. Menurut Fina, Ocala adalah kota kecil di bagian tengah Florida. Kota itu dikenal memiliki banyak pohon palem, kuda dan alamnya yang hijau. Ocala hanya berjarak satu jam dari Orlando yang menjadi markasnya taman bermain Disneyland dan Universal Studios. 

Kalian penasaran gimana cerita Fina selama menjalani ibadah puasa di Negeri Paman Sam? Yuk, ikutin kisahnya yang secara khusus hanya untuk pembaca IDN Times. 

1. Tetap semangat berpuasa 16 jam 

Kisah Pelajar Indonesia Berpuasa 16 Jam di Amerika SerikatIstimewa

Berbeda dengan jam berpuasa di Indonesia yang teratur pembagian harinya, di Negeri Paman Sam, Fina harus menjalani puasa sedikit lebih panjang. Kalau di Indonesia, idealnya berpuasa 12 jam, maka selama di Ocala, ia harus menahan lapar dan dahaga selama 16 jam.

"Jam saya berpuasa dimulai dari pukul 04:00 waktu setempat hingga 20:30 malam. Ini merupakan pengalaman baru bagi saya karena harus menahan lapar dan dahaga lebih dari 13 jam," kata Fina membagi kisahnya secara khusus kepada IDN Times.

Berhubung di Ocala gak terdengar suara azan sebagai penanda imsak dan waktu berbuka, maka Fina mengandalkan teknologi. Ia menggunakan aplikasi bernama Muslim Pro untuk mengetahui kapan waktu berbuka dan sahur. Aplikasi itu pula yang dijadikan oleh Fina sebagai panduan salat lima waktu.

Sementara, Fina berpatokan kepada Islamic Public Center of Ocala soal jam sahur dan magrib.

2. Warga Amerika Serikat sangat toleran

Kisah Pelajar Indonesia Berpuasa 16 Jam di Amerika SerikatIstimewa

Selama tinggal di Ocala, Fina bermukim dengan keluarga Browns. Mereka ya notabene gak menjalankan ibadah puasa seperti Fina.

Kendati begitu, sikap toleransi diacungi jempol lho. Sehari sebelum waktu puasa dimulai, Fina ditemani keluarga Browns berbelanja bahan-bahan makanan untuk kebutuhan sahur. Menur sahur yang dipilih Fina sederhana saja, yang penting mengandung gizi. Ia memilih roti isi sebagai menu ketika sahur.

"Makanan ini mudah dibuat karena saya sahur hanya sendirian saja. Namun, untuk berbuka puasa keluarga Browns menemani saya. Bahkan, mereka sengaja menggeser waktu makan malamnya agar sesuai dengan waktu saya berbuka yakni sekitar pukul 20:30," kata dia.

Keren ya, guys sikap toleransi yang ditunjukan oleh keluarga tempat Fina tinggal.

Beruntung, bulan Ramadan di Ocala jatuh di musim semi dan itu bertepatan dengan jadwal libur sekolah. Sehingga, Fina gak perlu merasakan berpuasa sambil sekolah.

3. Teman-teman di sekolah tetap menyemangati agar puasa lancar

Kisah Pelajar Indonesia Berpuasa 16 Jam di Amerika SerikatIstimewa

Hal lainnya yang dirasakan oleh Fina yakni teman-temannya tetap menyemangati ketika ia berpuasa. Memang, puasa Ramadan gak dirasakan Fina di sekolah. Tapi, ia pernah menjalankan puasa sunnah dan puasa menggantikan utang di Ramadan sebelumnya.

"Teman-teman menganggap puasa selama 30 hari itu berat. Tapi, mereka tetap mendukung saya untuk kuat. Bahkan, mereka berusaha untuk gak makan di depan saya dan mengormati saya yang tengah beribadah puasa," kata dia.

4. Tradisi Ramadan di Ocala sambil berbagi terhadap kaum tuna wisma

Kisah Pelajar Indonesia Berpuasa 16 Jam di Amerika SerikatIstimewa

Selama Ramadan, Fina berusaha mengisi kegiatannya dengan hal yang positif. Salah satunya dengan membagikan tas berisi makanan bagi para tuna wisma. Di dalam tas itu terdapat roti isi daging kalkun, jus sari buah, buah-buahan, kue kering, biskuit, serta roti. Ada sekitar 100 tas yang dibagikan dalam kegiatan rutin yang dilakukan Fina setiap hari Minggu di Islamic Public Centre.

Walau jauh dari Tanah Air, Fina tetap konsisten melakukan amalan sunnah yang dilipat gandakan pahalanya seperti membaca Al-Quran, salat tarawih, dan mendengarkan ceramah di masjid. Menjalani ibadah puasa di Negeri Paman Sam memberikan pengalaman dan perspektif baru bagi Fina.

"Saya bisa menemui saudara sesama Muslim Amerika yang berasal dari belahan dunia lain. Keragaman ini memperkaya dan membuka mata saya bahwa ada begitu banyak tradisi Ramadan dari saudara Muslim yang saya temui," ujar Fina.

Ia pun harus bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Sebab, keluarga gak ikut mendampingi. Alhasil, ia bisa lebi mengapresiasi nikmat yang diberikan dan lebih bersabar.

5. Tetap rindu Indonesia

Kisah Pelajar Indonesia Berpuasa 16 Jam di Amerika SerikatANTARA FOTO/Basri Marzuki

Jauh dari keluarga di Tanah Air sudah pasti membuat Fina rindu Indonesia, terutama Bengkulu. Beruntung, di pekan pertama bulan Ramadan, keluarga Browns mengajaknya jalan-jalan ke New York.

Di sinilah Fina bertemu dengan komunitas muslim asal Indonesia di Queens. Wah, senangnya bukan main. Apalagi tiga hari pertama, Fina dapat bersantap sahur dan berbuka dengan orang-orang Indonesia. Menunya pun sudah pasti masakan khas Indonesia, dimulai dari rendang, dendeng, dan sate ayam.

"Lumayan, makanan ini menjadi pengobat rasa rindu saya akan Indonesia," kata Fina.

Sementara, selama di Ocala, Fina banyak menghabiskan waktu berbuka dan salat tarawih di Islamic Public Center of Ocala dan Masjid Darusalam. Komunitas di sana, didominasi orang-orang dari Guyana, Amerika Tengah, Pakistan dan beberapa negara dari Timur Tengah.

"Tetapi, sajian buka puasa dan takjil yang diberikan kepada jemaah adalah makanan khas Timur Tengah yang banyak menggunakan rempah-rempah. Suasana yang akrab dan menu berbuka itu lagi-lagi mengingatkan saya dengan susana serupa yang ada di Indonesia," tutur Fina.

Topik:

Berita Terkini Lainnya