Mengenang Jasa Mantan Menteri Luar Mochtar Kusumaatmadja

Mochtar merupakan konseptor utama Deklarasi Djuanda

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri periode 1978-1988, Mochtar Kusumaatmaja, meninggal dunia pada Minggu (6/6/2021). Ia berpulang di usia 92 tahun. 

Konfirmasi itu disampaikan oleh Universitas Padjajaran melalui situs resminya. Mochtar sempat menjabat sebagai rektor pada periode 1973-1974 di kampus yang berlokasi di Jawa Barat itu. Ia juga sudah diangkat menjadi Guru Besar di Unpad sejak 1970.

"Rektor ke-5 Unpad Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja LLM berpulang pada usia 92 tahun, Minggu (6/6/2021). Almarhum akan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta," tulis Unpad di situs resminya.

Konfirmasi mengenai meninggalnya Mochtar juga disampaikan pengamat hubungan internasional Hikmahanto Juwana. Ia mengatakan Mochtar wafat pada hari ini pukul 09:00 di kediamannya di Jalan Belitung, Jakarta Selatan. 

Bagi Hikmahanto, Mochtar adalah seorang guru, lantaran ia pernah dibimbing selama satu tahun usai menyelesaikan program master di Jepang. Lalu, apa saja jasa Mochtar ketika satu dekade menjadi Menlu?

1. Mochtar adalah konseptor utama Deklarasi Djuanda

Mengenang Jasa Mantan Menteri Luar Mochtar KusumaatmadjaMantan Menlu Mochtar Kusumaatmaja meninggal pada Minggu, 6 Juni 2021 (Tangkapan layar Instagram Kementerian Luar Negeri)

Baca Juga: [BREAKING] Mantan Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja Meninggal Dunia

Dikutip dari ANTARA, pada 5 Juni 2015, Mochtar dikenal sebagai konseptor utama prinsip Indonesia sebagai suatu negara kepulauan yang kemudian ditetapkan dalam Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957. Sejak awal, Mochtar menentang UU buatan Belanda yang menyebut Laut Indonesia hanya berjarak tiga mil dari garis pantai. 

Mochtar menilai Indonesia atas wilayah laut menjadi 12 mil. Mochtar ikut mendampingi delegasi Indonesia di konferensi United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) Jenewa. Itu merupakan kali pertama Indonesia tampil di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk menyatakan klaim teritorial. Klaim teritorial itu kali pertama diumumkan oleh Perdana Menteri Juanda pada Desember 1957 sebagai perairan Nusantara. 

Dalam buku bertajuk "Rekam Jejak Kebangsaan Mochtar Kusumaatmadja", digambarkan ia merupakan sosok yang jenius. Mochtar meraih gelar doktor di usia 33 tahun. 

Menurut laporan ANTARA, Mochtar juga diangkat oleh Presiden Soeharto menjadi Menteri Kehakiman pada periode 1974-1978. Saat itu, ia juga ditugaskan untuk menangani hukum laut. 

2. Mochtar sempat bentuk Yayasan Nusantara Jaya untuk promosi kebudayaan Indonesia

Mengenang Jasa Mantan Menteri Luar Mochtar KusumaatmadjaIlustrasi Peta Indonesia (IDN Times/Arief Rahmat)

Selain membela teritori laut Indonesia, Mochtar juga memiliki cita-cita mengangkat budaya Indonesia agar dikenal oleh dunia. Maka, pada 1984, ia mendirikan Yayasan Nusantara Jaya. Lalu, ia membentuk Orkes Kamar Nusantara pada 1988 yang kemudian berganti nama menjadi Simfoni Nusantara. 

Mochtar bahkan sudah mulai mengenalkan kuliner nusantara kepada rekan-rekannya di Amerika Serikat sambil menuntaskan studinya di sana. Menurut dia, bila diberikan sentuhan khusus, maka tak tertutup kemungkinan masakan nusantara bisa terkenal dengan masakan dari negara lain. 

Menurut kesaksian putrinya, Armida Salsiah Alisyahbana, ayahnya sudah sering berkeliling dunia dan melihat berbagai kuliner yang ada. Menurut sang ayah, kuliner Indonesia juga bisa diangkat ke tataran internasional asal dikemas dulu.

"Supaya cita rasanya bisa sesuai dengan lidah orang asing," kata perempuan yang akrab disapa Sally itu. 

3. Lima fase kehidupan Mochtar Kusumaatmaja

Mengenang Jasa Mantan Menteri Luar Mochtar KusumaatmadjaMochtar Kusumaatmaja ketika masih hidup (www.unpad.ac.id)

Sementara, menurut keterangan dari Hikmahanto, Mochtar selama 92 tahun hidup membagi rencana kehidupannya menjadi lima fase. Pertama, hingga usia 25 tahun  mendapatkan pendidikan yang terbaik dan setinggi-tingginya sesuai kemampuan.

Fase kedua adalah fase menunjukkan kepada banyak pihak bahwa seseorang mampu untuk mengerjakan berbagai tugas yang diberikan, bahkan dengan hasil yang di luar ekspektasi pemberi kerja.

"Dua fase ini penting untuk memasuki fase ketiga, yaitu seseorang harus membangun jaringan ke berbagai pihak untuk dikenal," kata Hikmahanto melalui keterangan tertulis pada hari ini.

Di tiga fase tersebut, Mochtar berpesan untuk tidak memikirkan uang. "Uang memang penting, namun bukan tujuan," kata dia lagi menirukan pernyataan Mochtar. 

Fase keempat adalah saat manusia menginjak usia 40 yaitu fase cash in program. Di fase ini seseorang akan mendapat hasil finansial karena memiliki pendidikan, kemampuan untuk mengerjakan tugas serta jaringan yang luas.

"Beliau mengatakan tanpa perlu dikejar, uang justru yang akan mengejar kita," ujarnya.

Fase terakhir adalah fase untuk memikirkan generasi mendatang. "Beliau berpesan jangan pernah kita selfish memikirkan diri sendiri tanpa melakukan regenerasi seolah tanpa kita dunia akan runtuh," kata dia. 

Baca Juga: 10 Busana Terkece ala Menlu Retno Marsudi, Gak Kalah dari Anak Muda 

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya