Reuni Mengharukan Dua Keluarga Korban Penculikan Abu Sayyaf

Dua ABK akhirnya bisa bertemu usai disekap 439 hari

Jakarta, IDN Times - Selasa (23/1) menjadi momen yang tidak akan dilupakan oleh La Utu bin Raali dan La Hadi bin La Adi. Sebab, usai sempat disekap selama satu tahun oleh kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina Selatan, keduanya bisa berkumpul kembali dengan keluarga.

Disaksikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, kedua pria yang bekerja sebagai anak buah kapal memeluk haru istri mereka. Tangis pun sempat terdengar lantaran tidak percaya kedua ABK bisa pulang ke Indonesia dengan selamat.

1. Disekap kelompok Abu Sayyaf selama 439 hari

Reuni Mengharukan Dua Keluarga Korban Penculikan Abu SayyafIDN Times/Santi Dewi

Menurut Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal, keduanya diculik oleh kelompok Abu Sayyaf pada 5 November 2016 di perairan Kertam, Sabah, Malaysia. Keduanya saat itu tengah bekerja di kapal penangkap ikan berbendera Malaysia.

Enam anak buah kapal asal Indonesia dibebaskan, tapi La Utu bin Raali (56 tahun) dan La Hadi La Edi (46 tahun) justru diculik. Mereka kemudian dibawa ke Pulu Sulu di area Filipina Selatan. 

Iqbal mengatakan pelaku penculikan sempat menghubungi pemilik kapal dan istri para korban sejak 9 November 2016. Mereka meminta uang tebusan kalau ingin keluarganya selamat.

Pemerintah Indonesia sempat geram lantaran WNI kerap menjadi sasaran penculikan dan penyanderaan oleh kelompok militan Abu Sayyaf. Sebelumnya, mereka sering melakukan pembajakan di wilayah perairan Sulu. Tetapi, belakangan, mereka ikut menjalar ke wilayah perairan Sabah, Malaysia.

Hal itu tidak mengherankan, karena Abu Sayyaf terdiri dari beberapa faksi dan area di selatan Filipina.

Baca juga: Menlu Tegaskan Pemerintah Tidak Akan Bayar Tebusan Kepada Abu Sayyaf

2. Pembebasan keduanya dibantu TNI dan BIN

Reuni Mengharukan Dua Keluarga Korban Penculikan Abu SayyafIDN Times/Santi Dewi

Menlu Retno Marsudi mengatakan keduanya dapat bebas dari cengkraman Abu Sayyaf berkat kerja sama dan dukungan TNI serta Badan Intelijen Nasional (BIN). Sebab, selama disekap, mereka sempat dibawa berpindah-pindah di hutan belantara.

"Pembebasan ini adalah hasil orkestra kemitraan yang sangat harmonis di antara berbagai instansi pemerintahan terkait, khususnya dengan TNI dan BIN," kata Retno melalui keterangan tertulis pada Selasa kemarin. 

Penculikan yang menimpa Lau Utu dan La Hadi di Sabah, membuat Retno terkejut, karena ia justru baru saja bertemu dengan rekannya Menlu Malaysia, Anifah Aman dan Menteri Besar Sabah Musa Aman pada 7 November 2016. Tujuannya, Retno mengajak diskusi mitranya itu dan mencari solusi bagaimana aksi penculikan yang menyasar WNI bisa dihentikan. 

Perempuan pertama yang menjadi Menlu itu menjelaskan alasan lamanya kedua WNI disekap oleh Abu Sayyaf. Dari data yang dirilis Kemlu, dua WNI itu disekap selama 439 hari. 

"Satu, karena tingkat kesulitannya memang tinggi. Kedua, karena kami ingin memastikan para sandera dalam kondisi yang selamat ketika dibebaskan," kata Retno. 

Publik memang harus bersabar, karena pada tahun 2017, menjadi tahun yang sibuk bagi Pemerintah Filipina. Mereka menggelar operasi militer besar-besaran untuk menumpas kelompok Abu Sayyaf yang dipimpin Isnilon Hapilon di Kota Marawi. Mengapa? Karena Isnilon sudah menyatakan janji setia kepada kelompok ISIS. Bahkan, ramai disebut Filipina Selatan ingin dijadikan markas baru bagi ISIS, kalau mereka kalah berperang di Timur Tengah. 

3. Kelompok Abu Sayyaf menyasar WNI

Reuni Mengharukan Dua Keluarga Korban Penculikan Abu SayyafIDN Times/Santi Dewi

Total jumlah WNI yang telah diculik Abu Sayyaf dan terdata di Kemlu sejak tahun 2016 lalu mencapai 32 orang. Yang paling heboh dan diingat ketika penculikan itu kali pertama menimpa 10 WNI pada 25 Maret 2016. 

10 WNI itu merupakan ABK kapal pengangkut batu bara dari Sulawesi ke Filipina. Namun, di tengah perjalanan justru dibajak oleh kelompok militan. Mereka akhirnya dapat dibebaskan 1 Mei 2016 usai disekap selama 37 hari.

Tapi, aksi penculikan di wilayah perairan Filipina Selatan tidak berhenti. Justru malah semakin marak dan kali ini terang-terangan menyasar WNI. Dugaan itu diperkuat ketika anggota Abu Sayyaf membajak, mereka sempat bertanya paspor korban dan kemudian menculik yang memiliki paspor Indonesia.

Reuni Mengharukan Dua Keluarga Korban Penculikan Abu SayyafIDN Times/Sukma Mardya Shakti

Alasannya diduga karena sandera asal Indonesia bersedia membayar uang tebusan. Walaupun itu hal tersebut bolak-balik dibantah Pemerintah Indonesia.

"Sepengetahuan saya tidak (melibatkan uang tebusan). Enggak tahu kalau swasta ya. Lagipula, sejak awal Presiden sudah menyatakan tidak ada negosiasi masalah uang. Saya sebagai Panglima TNI harus menjalankan itu," ujar Gatot Nurmantyo yang pada tahun 2016 masih menjabat sebagai Panglima TNI.

Uang tebusan yang diminta pun tidak tanggung-tanggung nominalnya, mencapai 50 juta peso atau sekitar Rp 15 miliar. Indonesia mengaku menolak memenuhi tuntutan itu, walau beberapa sandera sudah pernah dieksekusi Abu Sayyaf dengan cara dipenggal.

Tetapi, laporan intelijen Filipina seperti yang pernah dikutip media malah melaporkan sebaliknya. Uang tebusan sebesar P120 juta atau setara USD 2,5 juta (Rp 32,9 miliar) diketahui telah dibayarkan ke Abu Sayyaf untuk membebaskan 17 sandera Indonesia sejak bulan Mei 2016. 

4. Presiden Jokowi ajak Filipina dan Malaysia patroli bareng

Reuni Mengharukan Dua Keluarga Korban Penculikan Abu SayyafIDN Times/Santi Dewi

Tak mau lagi aksi penculikan terulang dan menimpa WNI, Presiden Joko "Jokowi" Widodo sempat menggelar pertemuan trilateral bersama Malaysia dan Filipina pada 5 Mei 2016. Harapannya, ditemukan satu solusi yang diterima tiga negara untuk menjaga keamanan di wilayah perairan Filipina selatan dan kawasan Asia Tenggara. Pemerintah tidak ingin wilayah itu kemudian berubah seperti perairan di Somalia yang rawan aksi pembajakan.

Hasilnya, pada 20 Juni 2017, tiga negara sepakat melakukan patroli bersama yang terkoordinasi yang dinamakan "Trilateral Maritime Patrol Indomalphi". 

"Saya harap, patroli bersama ini bisa jadi titik awal dan sejarah dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja sama pertahanan dalam mewujudkan stabilitas keamanan di kawasan (Asia Tenggara)," ujar Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu pada Juni 2017. 

Ryamizard ketika itu mengatakan patroli bersama terkoordinasi itu tidak hanya untuk mencegah terjadinya aksi penculikan terhadap ABK. Patroli itu juga bisa dimanfaatkan untuk mencegah tindak kejahatan trans nasional lainnya, seperti perampokan, terorisme dan penyelundupan narkoba. 

Karena sudah ada patroli di wilayah perairan Filipina selatan, aksi penculikan justru malah bergeser ke peraian Sabah di Malaysia.

5. Masih ada tiga WNI yang disekap

Reuni Mengharukan Dua Keluarga Korban Penculikan Abu SayyafIDN Times/Santi Dewi

Kendati sudah ada dua WNI yang berhasil dibebaskan, tetapi pemerintah masih harus bekerja keras untuk membebaskan tiga ABK lainnya. Mereka diculik di perairan Sabah di Malaysia pada 16 Januari 2017.  

Menurut Lalu Muhammad Iqbal, kondisi ketiganya saat ini baik dan sehat. "Kami masih berusaha untuk terus melakukan pendekatan dan membebaskan mereka," kata Iqbal beberapa waktu lalu kepada IDN Times. 

Baca juga: WNI Ini Berhasil Lolos Setelah Jadi Sandera Abu Sayyaf dan Kepalanya Akan Dipenggal!


 

Topik:

Berita Terkini Lainnya