Utang Nyawa ke Terawan, Aburizal Bakrie Disuntik Vaksin Nusantara

ARB dulu membela Terawan dengan tagar #SaveDokterTerawan

Jakarta, IDN Times - Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie pada Jumat (16/4/2021) menerima suntikan Vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Penyuntikan Vaksin Nusantara itu dilakukan langsung oleh eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto ke Aburizal Bakrie atau Ical. 

Melalui akun media sosialnya, Aburizal Bakrie yang juga akrab disapa ARB itu mengungkapkan, menerima vaksin berbasis sel dendritik itu setelah diambil sampel darahnya delapan hari lalu. 

"Saya termasuk yang pertama menjadi relawan untuk vaksin COVID-19 buatan anak bangsa ini," tulis ARB di akun Instagramnya hari ini. 

Menurut ARB, ia bersedia disuntik vaksin yang belum memperoleh izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) itu karena pernah utang nyawa ke Terawan. "Karena beliau dengan metode cuci otak-nya pernah menyelamatkan saya dari serangan stroke yang fatal," tuturnya lagi. 

Dari sana, ia kemudian membela Terawan di publik #SaveDokterTerawan. Padahal, metode digital substraction angiography (DSA) yang dilakukan oleh Terawan belum teruji secara klinis. Akibatnya, Terawan sempat diberhentikan dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 

Apakah usai menerima Vaksin Nusantara ada efek samping yang dialami oleh ARB?

1. ARB klaim tak alami efek samping usai menerima Vaksin Nusantara

Utang Nyawa ke Terawan, Aburizal Bakrie Disuntik Vaksin NusantaraDewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie usai menerima suntikan Vaksin Nusantara (www.instagram.com/@aburizalbakrie)

Juru bicara keluarga Bakrie, Lalu Mara Satria Wangsa mengatakan, usai disuntik Vaksin Nusantara, ARB dan istrinya, Tatty, tak merasakan efek samping apapun. "Gak ada (efek samping). Malah tadi ketawa-ketiwi," ungkap Mara kepada IDN Times melalui pesan pendek Jumat, 16 April 2021. 

Melalui akun media sosialnya, ARB mengatakan, bukan ia saja yang pernah ditolong oleh Terawan lalu kemudian berusaha membalas budi dengan ikut penelitian Vaksin Nusantara. Menurut ARB, banyak tokoh lain yang mendukung pengembangan vaksin tersebut.

"Menurut saya, vaksin untuk COVID-19 ini tidak perlu dipertentangkan. Ini ikhtiar yang baik untuk kemanusiaan. Di bulan Ramadan yang baik ini, mari kita berdoa semoga pandemik COVID-19 segera teratasi, dan kita bisa kembali beraktivitas dan berkarya seperti sedia kala," kata pria yang masuk jajaran orang terkaya di Indonesia itu. 

Selain ARB dan istri, ada pula anak dan sekretaris ARB yang ikut menerima suntikan Vaksin Nusantara pada hari ini. 

Baca Juga: Peneliti Vaksin Nusantara Akan Coret Relawan yang Sudah Divaksinasi

2. ARB bersedia jadi relawan demi kebaikan orang lain mengatasi pandemik COVID-19

Utang Nyawa ke Terawan, Aburizal Bakrie Disuntik Vaksin NusantaraANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Menurut Mara, ARB bersedia menjadi relawan vaksin yang diinisiasi oleh Terawan semata-mata bukan untuk kepentingannya pribadi. Ia juga berharap vaksin itu bisa berhasil dikembangkan dan manfaatnya dirasakan oleh orang banyak. 

"Jadi, menurut Beliau tak perlu dipertentangkan. Lihat saja hasil akhirnya dan didoakan semoga berhasil dan memberi manfaat," kata Mara. 

Ia menjelaskan, tak ada pesan khusus dari Terawan usai menyuntikan Vaksin Nusantara kepada ARB dan keluarganya. Terawan hanya meminta ARB kembali beraktivitas seperti biasa. 

"Satu bulan lagi akan dipantau," ujarnya. 

Sikap Terawan yang justru tak mematuhi rekomendasi dari BPOM memancing tanda tanya dari publik, termasuk Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Sebab, dalam laporan hasil inspeksi yang dirilis pada 14 April 2021, Kepala BPOM Penny K. Lukito justru menyarankan agar penelitian vaksin itu diulang kembali dari tahap pre klinis. Namun, Terawan justru nekat melanjutkan uji klinis II. 

3. Epidemiolog kritik saat di tahap uji klinis, vaksin tak butuh diendorse

Utang Nyawa ke Terawan, Aburizal Bakrie Disuntik Vaksin NusantaraIlustrasi Vaksin Nusantara (IDN Times/Aditya Pratama)

Sementara, dari sudut pandang epidemiolog Universitas Griffith, Brisbane, Australia, Dicky Budiman, ketika suatu vaksin masih berada di tahap uji klinis, maka tak perlu ada endorsement seperti yang dilakukan oleh sejumlah pejabat dan pengusaha. Justru yang seharusnya ditunjukkan ke publik adalah bukti ilmiah berbasis hasil risetnya di fase I-III. Hasil uji klinis itu harus disampaikan di jurnal ilmiah supaya bisa diakses dan ditinjau ulang oleh sesama peneliti. 

"Dengan begitu muncul keyakinan bahwa produk tersebut aman, punya efikasi dan selanjutnya proses halal. Sehingga, keyakinan yang timbul berdasarkan data ilmiah dan bukan testimonial atau dukungan dari individu tertentu," ungkap Dicky melalui pesan suara kepada IDN Times pada Jumat. 

Ia menggarisbawahi, dalam pembuatan vaksin tidak boleh didorong kepentingan lain seperti ekonomi dan politik. Sebab, ini merupakan produk kesehatan dan akan dikonsumsi publik. 

"Ini kan menyangkut kesehatan seseorang. Kalau dalam konteks COVID-19, vaksinnya diberikan ke orang sakit," tutur dia. 

Sementara, sel dendritik biasanya digunakan untuk pengobatan kanker otak. Metode itu berpotensi dikembangkan untuk vaksin COVID-19, namun kata Dicky, tetap harus didasari penilaian ilmiah dan tidak dipaksakan.

Baca Juga: Fakta soal Vaksin Nusantara, Diinisiasi Terawan dan Ditolak Para Ahli

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya