[EKSKLUSIF] Novel Baswedan: Presiden Seolah 'Cuci Tangan' Kasus Saya

"Berani gak Pak Presiden untuk mencopot Kapolri?"

Jakarta, IDN Times - Pantang menyerah. Itu sikap yang terus ditunjukkan oleh penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, selama dua tahun terakhir. Ia tak menyerah untuk mencari keadilan agar kasus teror penyiraman air keras yang menimpa dirinya pada 11 April 2017, bisa diungkap. Sebab, siapa pelaku lapangan dan aktor intelektualnya belum berhasil ditangkap oleh polisi.  

Berbagai upaya telah ditempuh oleh Novel agar kasusnya tidak dilupakan oleh penegak hukum di tengah riuh penyelenggaraan Pemilu 2019. Bahkan kini, ia membidik peluang untuk membawa kasusnya ke tingkat internasional. 

Pada Jumat (26/4), Novel dan Ketua Wadah Pegawai KPK, Yudi Purnomo, berdiskusi dengan Manajer Advokasi Amnesty International Asia Pasifik, Fransisco Bencosme di gedung lembaga antirasuah. Hasilnya, Bencosme akan menggunakan jejaring dan aksesnya di Negeri Paman Sam lalu mengangkat isunya agar diperhatikan oleh anggota Kongres Amerika Serikat. 

"Kami punya akses terhadap pengambil kebijakan di Amerika Serikat melalui jalur kongres, jalur parlemen untuk mengarusutamakan apa yang terjadi di dalam situasi yang dihadapi oleh KPK dan Novel Baswedan di Indonesia," kata Bencosme ketika memberikan keterangan kepada media pada Jumat siang kemarin. 

Sebelumnya, melalui jejaring Amnesty International pula, isu Novel akan diperjuangkan agar bisa masuk ke dalam diskusi di Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss. Kepada media, Novel mengakui, ini merupakan salah satu strategi agar bisa menekan Pemerintah Indonesia untuk menuntaskan kasus terornya. Dengan membuka tabir kasus Novel, maka terbuka pula peluang untuk mengungkap teror terhadap pegawai KPK lainnya. 

Teror air keras yang nyaris merenggut kedua indera penglihatannya memang bukan teror pertama yang dialami. Ia juga pernah ditabrak dari belakang oleh mobil  pada 2016, ketika tengah mengendarai motor. Pria yang pernah menjadi Kasatreskrim Bengkulu itu terjatuh dari motor, tapi selamat. 

Teror memang kerap dialami oleh Novel saat ia sedang menangani kasus korupsi besar. Penyiraman air keras terjadi saat salah satu kasus yang ditangani adalah mega korupsi KTP Elektronik.

Akibat terkena air keras, dua indera penglihatannya nyaris menjadi buta. Kini, penglihatan Novel pun agak kabur dan hanya bisa separuh. Ia juga harus bolak-balik Jakarta-Singapura untuk menjalani pengobatan rawat jalan. 

"Kondisi saya akan seperti ini seumur hidup dan tak bisa disembuhkan," kata Novel yang menerima IDN Times untuk wawancara di kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (9/4) lalu. 

Kendati begitu, ia menolak untuk dikasihani. IDN Times tak sedikit pun melihat ada raut sedih dari wajahnya. Selama proses wawancara berlangsung, Novel justru banyak memamerkan senyum.

Usai dirawat di rumah sakit di Singapura selama hampir setahun, Novel memutuskan pulang. Padahal, kondisinya belum pulih benar. Ia tiba di Tanah Air pada Februari 2018. Sementara, pada Juli 2018, Novel memilih kembali bekerja di KPK.

Sudah bolak-balik diteror, membuat Novel tak lagi merasa gentar menghadapi ancaman para koruptor. Toh, dalam pandangannya, semua manusia akan bertemu dengan Illahi. 

"Jadi, untuk apa takut? Anda rugi kalau merasa takut dan rasa itu tidak berguna," katanya. 

Kepada IDN Times, Novel bercerita banyak. Mulai dari kisah hidupnya yang sudah bekerja mandiri di kelas 3 SMP, alasannya masuk Akademi Kepolisian, hingga tanggapannya saat diisukan menjadi kader partai politik tertentu. Penasaran hasil obrolan IDN Times dengan Novel? Berikut ceritanya: 

1. Apa momen masa kecil yang paling membekas ketika dibesarkan di Semarang?

[EKSKLUSIF] Novel Baswedan: Presiden Seolah 'Cuci Tangan' Kasus Saya(Novel Baswedan ketika baru masuk Akpol) Dokumentasi pribadi

Saya itu anak kedua dari empat bersaudara, dan saya memang dibesarkan di lingkungan yang tingkat ekonominya tidak terlalu baik di msyarakat. 

Karena itulah saya melihat bahwa apakah saya bisa ya? Contohnya saya melihat tetangga saya yang agak sedikit tampak berhasil jadi seorang manajer. Waktu itu saya melihat kira-kira bisa gak ya jadi seperti dia? Tapi, pelan-pelan saya banyak menghadapi dinamika hidup kemudian lama kelamaan bisa semakin meningkat, artinya standar yang saya tentukan untuk tercapai cita-cita semakin meningkat. 

Saya pernah karena suatu keadaan, di kelas 3 SMP saya sudah bekerja, tentunya pekerjaan kasar. Di situ membuat saya terdidik, kenapa? Karena dulu barang kali agak minder, pemalu. 

Saya merasa begitu karena tinggal di daerah permukiman yang kurang baik, dan kemudian harus bekerja dalam kondisi itu dan harus tampil dalam keadaan lain, tentu saya menjadi orang yang pemalu.

Tapi, kemudian ketika saya bisa bekerja di kelas 3 SMP, saya beraktivitas, bisa bersosialisasi dengan orang-orang di luar dan lebih luas, itu membuat semakin lama semakin baik.

Satu hal yang menurut saya penting, ketika saya mulai bisa bekerja di kelas 3 SMP, kemudian SMA kelas 1, 2, 3,  saya bekerja sudah meningkat-meningkat menjadi wiraswasta, memulai usaha sendiri, itu (mendorong untuk) mengasah dan mendidik diri sendiri untuk bisa berjuang, disiplin, jujur, dan lain-lain.

Karena itu diperlukan untuk bisa survived kalau berwirausaha, kepercayaan orang menjadi penting. Oleh karena itu, saya mendidik diri saya. Orangtua tentunya memiliki peranan paling besar, tapi pengalaman hidup menjadi pembelajaran. Karena apa yang saya peroleh bisa saya terapkan dalam tantangan hidup yang saya alami. 

Baca Juga: Isu Teror Novel Baswedan akan Ikut Disuarakan ke Kongres AS

2. Apa cita-citanya saat remaja dulu?

Karena dulu saya sudah bekerja di kelas 3 SMP dan banyak terkait dengan bangunan-bangunan, dulu saya pengen jadi arsitek. Kemudian, berjalan di SMA saya mulai mengerjakan, mulai bangun rumah, kemudian saya ingin jadi teknik sipil. Kemudian, sejak kelas 3 SMA saya sudah merencanakan dapat PMDK teknik sipil, tapi kemungkinan besar dapatnya bukan di Semarang, sehingga saya pikir saya cari yang lain saja. 

Alhamdulillah ada teman saya yang keluarganya dari polisi terus bercerita ke saya: "kenapa gak masuk ke AKABRI kepolisian? Masuk AKABRI, tapi pilih polisi karena di situ bisa membantu orang banyak". Saya pikir di situ bagus sekali, apalagi kan sekolahnya gratis, masuknya pun gak dipungut biaya. Oleh karena itu, saya mengambil jalan itu dan saya mengambil langkah bisa masuk di AKABRI Kepolisian. 

3. Saat masuk menjadi anggota Polri, kasus apa yang pertama kali ditangani?

Saya itu memulai karier di kepolisian dari perwira siaga di Polres, kemudian menjadi Kabinor Op di suatu reserse. Jadi, penanganan perkaranya kebanyakan perkara umum seperti pencurian, pemukulan, dan lain-lain.

Jadi, perkara-perkara umum. Meskipun demikian, sebelum masuk KPK, saya sudah beberapa kali menangani perkara-perkara korupsi, tapi level-level kecil. 

4. Mengapa Anda terpikir ingin berkarier sebagai polisi yang ditugaskan ke KPK?

Waktu ditugaskan di Sumatera, kemudian saya ikut pendidikan di PTIK, pas saya di sana ada pengumuman KPK memerlukan penyidik. Beberapa kali saya sudah pernah menangani kasus korupsi, saya punya beberapa kejadian yang membuat saya memiliki kecenderungan untuk peduli kepada kepentingan masyarakat, sehingga saya pikir ini kesempatan dan saya gunakan untuk bisa masuk atau diterima sebagai penyidik. 

Akhirnya sekitar akhir 2006 dan secara administrasi 2 Januari 2007, saya diangkat menjadi penyidik KPK sebagai anggota Polri yang dipekerjakan. 

5. Mengapa Anda memilih untuk tetap berada di KPK ketimbang menjadi penyidik di Polri?

[EKSKLUSIF] Novel Baswedan: Presiden Seolah 'Cuci Tangan' Kasus Saya(Penyidik senior KPK Novel Baswedan sebelum disiram air keras) Reuters

Tentunya bagi saya pribadi, saya harus memperhatikan saya akan mempunyai kesempatan untuk berbuat dengan efek yang lebih besar, kebaikan yang lebih besar itu di mana? Ketika saya di KPK di 2012, saya melihat kerja KPK untuk memberantas korupsi bisa berjalan efektif, dan bisa untuk melakukan langkah-langkah yang besar untuk memperbaiki keadaan negara kita yang sangat korup, dari segala sektor korupsi ada di mana-mana dan masif, maka saya pikir KPK pantas untuk didukung dan diperjuangkan. 

Sebenarnya saya sedang menjalani karier di kepolisian banyak juga hal positif yang bisa dilakukan, tetapi saya punya peran mendukung lebih banyak di sana, tentu secara rasional saya masih bisa melakukan lebih banyak. 

Baca Juga: Menjadi Sosok Berkarakter dan Berintegritas ala Novel Baswedan

6. Apakah Anda juga menilai Polri sebagai institusi yang paling korup?

Polri tentunya diharapkan sekali untuk bisa menjadi lembaga yang bersih dan bisa memberikan sumbangsih yang baik untuk kepentingan penegakan hukum dan lain-lain. Apalagi Polri memiliki jaringan yang paling luas. Memang tidak dipungkiri, kejadian-kejadian banyaknya praktik korupsi di Polri itu memang benar adanya, tetapi tidak semuanya anggota Polri seperti itu. 

Masih banyak anggota Polri yang baik, yang hidupnya juga gak mewah-mewah, hidupnya sederhana apalagi di daerah-daerah bisa dilihat. Mereka hidup sederhana, bersahaja dan menolong masyarakat, itu masih banyak.

Karena itu, kita semua berkepentingan untuk menjaga, mendesak, mendorong agar Polri menjadi lembaga yang bisa dipercaya nanti, karena kepentingan untuk menegakan hukum yang baik, obyektif, jujur, itu kepentingan yang mendasar dan itu berimplikasi kepada pembangunan bangsa dan negara. 

Saya selalu dalam beberapa kesempatan menyampaikan, seandainya pemimpin negara memiliki kebijakan-kebijakan perbaikan ekonomi, sosial, politik dan lain-lain, tapi penegakan hukumnya bermasalah, maka itu semua sia-sia. Kenapa? Karena orang mencari mudahnya, untungnya, dengan cara transaksional untuk kepentingan sendiri. Tapi, kalau penegakan hukumnya baik, maka semuanya bisa terkontrol dan dipaksa untuk menjadi baik.

Polri seharusnya punya posisi strategis untuk jadi baik lagi. Terlepas dari sekarang atau kemarin atau yang sebelum-sebelumnya, banyak orang yang melihat di Polri belum baik, kita harus saling mendoakan dan mendukung, mendesak agar institusi Polri dibawa ke area yang bebas korupsi, profesional, obyektif dan jujur. Itu penting sekali.

7. Apa contoh nilai antikorupsi yang Anda terapkan di keluarga?

Umar itu anak saya yang paling kecil, umurnya dua tahun. Tentunya, saya membiasakan ke dia hal-hal yang sesuai dengan usianya. Nilai anti korupsi atau integritas yang saya mulai biasakan mandiri. Contohnya, anak saya yang berusia 2 tahun itu sudah bisa makan sendiri. Dia jarang disuapi. 

Contohnya dalam hal keagamaan, selama di rumah, begitu ada azan, Umar (putra bungsu) langsung mengatakan ke saya, "Abi, salat". Saya membiasakan hal begitu untuk dia, walaupun ketika subuh dan dia belum bisa bangun karena masih berusia dua tahun dan belum bisa diajak tertib, tapi pelan-pelan saya biasakan.

Disiplin juga saya terapkan, ketika mandi, mainan dia ditempatkan di tempat-tempat tertentu, itu hal-hal yang saya ajarkan dan harus disesuaikan dengan usianya dia.

8. Waktu libur bersama keluarga digunakan untuk apa?

Saya gak terlalu suka jalan-jalan di mal, nonton bioskop. Saya lebih suka ada di rumah, terus kumpul dengan anak-anak. Kalau pun jalan, saya akan berjalan ke taman atau mungkin sekali-kali tempat rekreasi alam terbuka. 

Untuk memudahkan aktivitas, biasanya sebelum berangkat sekolah, anak-anak duduk di meja makan. Atau waktu libur, duduk ngobrol, lalu kadang-kadang ke anak-anak saya bilang, kamu bisa bikin masakan ini gak?' Jadi, aktivitas di rumah dan malah lebih dekat dengan anak-anak. 

9. Cara kerja penyidik di kepolisian dengan KPK berbeda atau sama?

Sebetulnya kalau cara, itu ada dua hal. Pertama, terkait dengan prosedur-prosedur hukum acara kalau dalam penyidikan, itu ada yang berbeda sedikit. Tapi, kalau sifatnya, taktik dan teknik hampir sama. Saya pikir bekerja di mana pun menjadi penyidik tidak jauh berbeda, tinggal kreasi dan inovasinya masing-masing. 

Memang bidang-bidang pekerjaan seperti penyidik gak luput dari intervensi. Permasalahannya, ada suatu jalur komando atau struktur yang sedemikian rigit, itu sering kali sulit menghindar dari intervensi.

Di KPK, intervensi-intervensi ini bisa ditolak, kenapa? Karena sifat bekerja di KPK egaliter dan apabila ada perintah yang tidak benar maka harus ditolak seketika. Dengan cara itu bisa saling mengontrol dan mengawasi. 

10. Kasus mana yang paling sulit Anda ungkap selama 12 tahun bekerja menjadi penyidik KPK?

Kadang kali sulit membanding-bandingkan karena tidak ada satu pun indikator yang pasti. Kadang kala di keadaan-keadaan tertentu ada poin yang lebih mudah, sulit, di poin yang lain sebaliknya.

Rasanya setiap penanganan perkara dilakukan dengan sungguh-sungguh, pantang menyerah, inovasi, kreatif, maka gak ada perkara yang sulit. Semua perkara ada jejak yang ditinggalkan, selalu ada cara untuk memperoleh pembuktian. 

Baca Juga: Tak Juga Diungkap, Kasus Novel Baswedan Dibawa ke Dunia Internasional

11. Apa suka-duka bekerja sebagai penyidik di KPK?

[EKSKLUSIF] Novel Baswedan: Presiden Seolah 'Cuci Tangan' Kasus Saya(Penyidik senior KPK Novel Baswedan tiba di Bareskrim Mabes Polri tahun 2015) ANTARA FOTO/Reno Esnir

Suka-dukanya menjadi seorang penyidik, akan banyak dukanya kalau kita bekerja berharap dipuji, karena selalu saja ada fitnah dalam menangani perkara. Ada saja pihak-pihak tertentu yang kemudian dalam tanda kutip tampil di depan seolah-olah berprestasi, tapi kalau kita bekerja tulus, sungguh-sungguh itu pasti banyak sukanya. 

Saya dulu sebelum di KPK, pernah bekerja dengan rekan, kemudian rekan ini bekerjanya kurang optimal, akhirnya saya harus bekerja lebih banyak. Awal-awal ketika berpikir, 'enak sekali dia kerjanya gak optimal'. Tapi, belakangan setelah saya pikir-pikir, yang untung justru saya. Kenapa? Karena saya bekerja lebih banyak dan punya pengalaman. Saya lebih terampil akhirnya, lebih mampu dan lain-lain. 

Jadi, kalau kita berbuat sesuatu yang tulus, pada saat kita melakukan mungkin kita bisa berpikir 'wah saya rugi, walaupun teman saya yang enak-enakan'. Kalau kita berpikir ke depan, sepanjang kita melakukannya tulus, sungguh-sungguh, dan punya kemauan keras, tapi pada akhirnya kita bisa dilatih untuk menjadi lebih baik.  

12. Apa ancaman terbesar yang dihadapi oleh KPK saat ini?

KPK kan tugasnya memberantas korupsi. Ancaman paling tinggi bagi KPK membuat KPK tidak bisa memberantas korupsi lagi. Tapi, kalau melakukan itu secara terbuka, masyarakat masih memberikan dukungan yang cukup besar kepada KPK, kemungkinan besar akan diprotes keras oleh masyarakat. 

Tapi, pola-pola selama ini semakin advanced rasanya untuk melakukan serangan balik ke KPK. Pola korupsi juga (semakin canggih), artinya KPK harus lebih meningkatkan kemampuan. 

Pola itu kemudian dilakukan dengan teror, hal-hal yang sifatnya berupaya menghambat perkara-perkara di KPK baik secara langsung, ancaman, teror psikis dan lain-lain. Itu sampai sekarang masih terjadi. Oleh karena itu, saya dalam banyak kesempatan mengatakan, ini tidak boleh dimaklumi. 

Kawan-kawan di KPK, Wadah Pegawai, aktivis masyarakat sipil selalu mendukung untuk mendesak pemerintah untuk peduli dan terhadap teror serta ancaman ke KPK. 

13. Pernah kah Anda merasa berjalan sendiri ketika teror yang menimpa Anda belum terungkap?

Kalau selintas-lintas sih pernah (merasa berjalan sendiri). Tapi, di KPK hubungan dengan kawan-kawan sesama pegawai erat dan itu saya selalu merasakan kawan-kawan di KPK memberikan perhatian yang baik. 

Memang kadang kala saya merasa beberapa pejabat di KPK kemudian nampak seperti tidak peduli. Tapi, itu terjadinya saya yakini ada suatu ancaman-ancaman ke mereka. Ini yang kemudian menjadi keprihatinan. 

Saya tentunya dalam banyak kesempatan mengharapkan ada suatu pola tertentu untuk mengungkap semua pola-pola pengancaman itu, agar tidak terjadi lagi. Sehingga, orang-orang yang bekerja di KPK merasa bahwa mereka adalah orang yang bekerja untuk kepentingan negara dan didukung oleh negara untuk memberantas korupsi yang menyusahkan negara dan masyarakat. Dan membegal, menganggu, menghambat untuk pembangunan dalam rangka menyejahterakan masyarakat. 

14. Apa tanggapan Anda soal adanya persepsi yang menganggap Anda adalah komisioner ke-6 di KPK?

Saya menanggapinya bingung, lho kok bisa dibilang begitu. Orang ini kan karena merasa bahwa perkara-perkara yang saya tangani adalah perkara-perkara besar dan sukses untuk ditangani, sehingga menakutkan bagi orang-orang yang barangkali ada kepentingan dengan kejahatan-kejahatan besar. Itulah mengapa mereka berpikir begitu. 

Tapi, pola kerja di KPK tidak bisa karena satu orang pribadi kemudian mengatur yang lain-lain. Itu tidak bisa. Itu kemungkinan yang pertama. Kemungkinan yang kedua, adalah di tahun 2015, saya menjadi Ketua Wadah Pegawai, selain tugasnya seperti serikat pekerja tetapi dia juga memiliki misi sesuai dengan AD/ART menjaga agar KPK sesuai dengan tujuan pembentukan awalnya. 

Barangkali ketika saya masih menjabat sebagai Ketua Wadah Pegawai, saya melakukan tugas-tugas dan tanggung jawab saya menjaga itu, maka dipersepsikan begitu. Lantas dari dua itu yang mana, saya gak tahu. Tapi, bagi saya membingungkan ketika ada yang menyebutkan bahwa saya komisioner ke-6. 

Memang apa yang menjadi indikator atau latar belakang sehingga orang itu berpikir atau berbicara begitu, itu yang seharusnya dilihat lagi. 

15. Setelah dua tahun berlalu dan kasus Anda belum diungkap, bukankah seharusnya ada terobosan baru lainnya selain menuntut TGPF Independen?

[EKSKLUSIF] Novel Baswedan: Presiden Seolah 'Cuci Tangan' Kasus Saya(Perjalanan kasus teror penyiraman air keras Novel Baswedan) IDN Times/Rahmat Arief

Ini kan sama seperti dugaan saya yang sudah saya sampaikan 4 bulan setelah kejadian. Itu kali pertama saya keluar dari rumah sakit, bertemu dengan seorang media dan saya menyampaikan saya meyakini perkara saya tidak akan diungkap. 

Itu bukan kira-kira atau main tebak-tebakan, bukan. Saya penyidik, saya bisa mendapatkan informasi-informasi atau menggunakan analisa-analisa dengan indikator-indikator yang saya punya, kemudian saya melihat itulah yang terjadi. 

Kenapa saya perlu menyampaikan itu ke publik? Agar masyarakat bisa mengetahui penyerangan ke saya bukan karena orang-orang, koruptor-koruptor, penjahat-penjahat itu ingin melemahkan KPK. Dengan cara apa menyerang saya yang sedang bekerja dan menjatuhkan mental kawan-kawan di KPK agar mereka ketakutan. 

Selanjutnya, kita perlu tahu ternyata teror atau serangan itu tidak hanya terjadi ke diri saya, tetapi juga terjadi ke pegawai-pegawai yang lain. Wadah Pegawai pernah merilis bahwa jumlahnya lebih dari 10 dan itu semua berbahaya. Itu bukan teror main-main, ada yang sampai diculik, ada dua kali kejadian. Orangnya bukan satu, dua tapi banyak ada lebih dari tiga orang. Begitu juga dengan ancaman-ancaman lainnya, teror-teror itu dilakukan nyata tapi tidak ada satu pun yang diungkap. 

Ketika dibiarkan ini, maka ini berbahaya. Kenapa? Pelaku kejahatan ini akan kembali terulang lagi. Apakah kita akan membiarkan orang-orang itu sampai membunuh orang-orang KPK kemudian juga tidak diungkap? Ini kan konyol ya kalau sampai orang yang berjuang untuk kepentingan negara, kemudian diteror, disakiti, diserang sedemikian rupa dan negara abai. 

Kedua, saya khawatir ketika ini dibiarkan terus maka orang-orang KPK betul-betul akan menjadi takut. Kalau mereka sudah takut, terus kita berharap pemberantasan korupsi ke siapa? Ini kan kita gak berlogika kalau begitu. Oleh karena itu, saya selalu menyampaikan apa yang kawan-kawan dan saya lakukan untuk mendesak agar ini diungkap, itu sama pentingnya dengan tugas kami memberantas korupsi. Ini yang kemudian harus dipahami Bapak Presiden, Bapak gak boleh abai. 

Kami bekerja demi kepentingan negara lho dan kami bekerja bukan main-main lho demi kepentingan yang sangat penting. Bagaimana kita akan mengungkap perkara, skandal korupsi kalau orang yang sedang bekerja diganggu. 

Dan sekarang sampai hari ini teror-teror itu masih terjadi. Hambatan-hambatan penanganan perkara masih dilakukan dengan terang-terangan. Itu harus dihentikan semua. 

Oleh karena itu momentum serangan dua tahun yang belum diungkap, dibiarkan saja, bukan diperingati sebagai hal kebaikan, tapi suatu keprihatinan. Ini momentum untuk terus menanyakan dan memprotes kenapa negara diam saja? Kenapa kasus ini diabaikan? Apakah kita atau negara menganggap bahwa pemberantasan korupsi itu tidak penting? Tidak boleh terjadi begitu. 

Kalau korupsinya masih banyak tapi pemberantasan korupsi tidak dianggap penting, lalu orang-orang yang memberantas korupsi diserang tapi dibiarkan begitu saja, maka itu suatu bencana bagi kita semua. Itu gak boleh terjadi. 

16. Jadi, semua teror yang menimpa pegawai KPK ada benang merahnya?

Saya kira begitu dan bukti-buktinya banyak di KPK. Bukan tidak ada buktinya. Kalau sudah dua tahun perkara penyerangan saya yang buktinya jelas, sidik jari di gelasnya hilang, sidik jari di botol yang berisi air keras dan dituangkan ke gelas gak jelas keberadaannya, CCTV-nya yang tempat pelaku melintas, seharusnya bisa merekam, tapi malah gak diambil dan malah hilang, terus bukti-bukti lain hilang, saksi-saksi yang tahu justru malah merasa diintimidasi, terus berharap ini masih bisa diungkap? Rasanya kita sedang berkhayal kalau kita bilang itu akan diungkap. 

17. Apa yang bisa dilakukan supaya tahun depan tidak perlu lagi diperingati teror penyerangan terhadap Novel, karena pelaku sudah ditangkap?

Orang banyak mengatakan sekarang masa kampanye, mengapa orang selalu berteriak-teriak? Apakah ingin mendukung salah satu calon lainnya? Lho, ini masa kampanye di mana masing-masing calon presiden ditunggu komitmennya, janjinya. Kalau tidak jelas janjinya ketika masa kampanye, apakah ditunggu saat ia terpilih jadi presiden, terpilih kembali atau siapa pun yang terpilih jadi presiden? Tidak, kita justru menunggu pada saat kampanye. 

Oleh karena itu kita bertanya sekarang, apa rencananya, komitmennya? Beranikah Pak Presiden menyampaikan: "ini Pak Kapolri tidak bisa mengungkap dalam waktu satu atau dua bulan, maka Anda akan saya copot." Ketegasan-ketegasan itu yang seharusnya dilihat. 

Karena kalau dilihat kalimat Pak Presiden, mohon maaf, "saya menunggu dari polisi angkat tangan". Kalau gak angkat lalu terus dibiarkan, gak ada yang mau diungkap? Ya, tidak boleh. Itu saya melihat seolah-olah Presiden cuci tangan. Gak boleh begitu. Bapak Presiden harus bersikap tegas dan kalau bersikap tegas, maka rakyat semua akan melihat Pak Jokowi tegas dan itu yang untung Pak Jokowi sendiri kan? Itu yang ingin saya lihat. 

Ketika ada orang-orang yang mempersepsikan saya berpolitik, saya tidak peduli lah orang mau mengatakan apa. Tapi, jelas saya bukan hari ini saja menyampaikan ini, saya sudah menyampaikan hampir dua tahun yang lalu. Dan ini harus dilihat sebagai waktu yang sangat lama sekali. 

18. Artinya, Anda membantah menjadi kader partai tertentu?

Logika yang dipakai itu yang mana? Saya itu jadi bingung. Kita ini kan orang yang berpendidikan, orang yang waras, ketika kemudian menilai atau bicara sesuatu tanpa pakai indikator yang jelas, hal yang jelas, itu malah justru malu-maluin. 

Dulu saya pernah dikatakan berjenggot karena saya kader PKS, ikut PKS. Sekarang dibilang saya kader Partai Gerindra. Maksudnya apa gitu? Jadi, sudah lah gak usah pakai cara-cara menutupi seolah-olah protes saya tidak terlihat, maka dibikinlah cerita-cerita yang lain. Gak perlu lah, sudah basi menggunakan pola-pola itu. Sudah tidak laku.

Yang penting protes yang disampaikan coba dilihat, ini apa sih yang dipermasalahkan? Betul atau gak sih? Kalau saya menuntut dibentuk TGPF, dan saya minta ini. Kawan-kawan juga menyampaikan hal yang sama, kemudian harus dilihat kalau TGPF dibentuk risikonya apa sih? Tidak ada. Dan saya meminta bukan hari ini, tapi sudah 1 tahun dan 8 bulan yang lalu dan sampai sekarang tidak dibentuk. Terus, kalau saya bertanya apakah saya salah? Saya mikirnya tuh lucu, aneh. Kalau saya bicara kesannya mencari perhatian saat kampanye. 

Dibentuk TGPF tidak merugikan presiden, tidak merugikan siapa-siapa, kecuali ada pejabat yang terlibat ya pasti dia rugi karena ketahuan. Saya kira kalau kemudian TGPF tidak dibentuk, saya dan kawan-kawan justru melihat Bapak Presiden gak berani atau Bapak Presiden abai atau Bapak Presiden aneh, kalau menurut saya hal yang standar saja tidak berani dilakukan, aneh. 

19. Apakah seandainya ditawari posisi Jaksa Agung untuk mengungkap kasus Anda, Anda akan menerima?

[EKSKLUSIF] Novel Baswedan: Presiden Seolah 'Cuci Tangan' Kasus Saya(Profil Novel Baswedan) IDN Times/Rahmat Arief

Kalau alasannya tadi, itu terlalu kecil ya. Saya tidak mau berspekulasi untuk bicara-bicara demikian. Nanti, justru malah dianggap saya berpolitik. Tapi poinnya adalah saya pribadi tentunya sangat berkeinginan ke depan penegakan hukum di Indonesia diperbaiki, karena rusak, sekarang jelek sekali penegakan hukum di Indonesia.

Ini harus menjadi prioritas siapa pun presidennya dan pemberantasan korupsi harus menjadi isu yang strategis, karena kita ingin pembangunan berjalan lebih baik, karena kita ingin bangsa kita menjadi lebih maju. 

Pertanyaannya adakah negara maju yang penegakan hukumnya bermasalah? Gak ada. Mungkinkah pemberantasan korupsi bisa berjalan di sistem penegakan hukum yang berantakan? Gak mungkin!

Kalau polanya begitu, sesuatu hal sangat jelas, kalau Anda menanyakan itu, saya justru lebih fokus untuk perbaikan hukum sekarang ini. Kalau itu diperhatikan tentunya saya sudah cukup senang. Kalau pemberantasan korupsi dianggap sebagai isu stategis untuk mengawal pembangunan, tentu suatu kegembiraan buat saya. 

20. Anda berminat untuk mendaftar sebagai pimpinan KPK periode selanjutnya?

Saya belum tahu apakah iya atau tidak, saya belum tahu. Tapi, seandainya boleh memilih, saya memilih tidak. Saya belum bisa menjawab sekarang kenapanya.

Tapi, saya berharap pimpinan KPK ke depan siapa pun itu adalah orang yang berani. Kalau gak berani, saya ingatkan, menjadi pimpinan KPK, Anda pasti akan mendapatkan teror kalau kerja bener. Kalau gak berani, jangan ikut. 

Integritas dan track record nomor satu. Tentunya ada kemauan yang sungguh-sungguh untuk sebisa mungkin menghilangkan korupsi di negara kita.

21. Apakah betul ada yang meminta Anda agar tidak berbicara terlalu keras selama periode pemilu?

Ya saya kira banyak lah yang menyampaikan itu dan saya kira tidak perlu bercerita secara spesifik siapa yang menyuruh. Bagi saya adalah masa kampanye ini masa yang tepat buat kami untuk menuntut komitmen presiden dan wakil presiden terhadap perlindungan, dukungan terhadap KPK dan upaya untuk mengungkap skandal teror terhadap orang-orang yang selama ini menghambat, menjegal dan menghambat KPK.

Saya berharap komitmen itu disampaikan oleh para kontestan capres dan cawapres nomor 01 dan 02. 

Tentunya saya berharap itu disampaikan, kenapa? Karena komitmen itu lah yang menjadi tolak ukur. Pada saat nanti dia terpilih, itu menjadi ukuran untuk dilaksanakan. 

https://www.youtube.com/embed/hf-qy7y4XVg

Baca Juga: Novel Baswedan: Tak Ada Capres yang Janji Tuntaskan Kasus Saya

Disclaimer:

Wawancara khusus ini sudah pernah dimuat di IDN Times pada Juni 2019

Topik:

  • Sunariyah
  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya