Berangkat dari kebutuhan ini, Triyono seorang pengusaha berusia 35 tahun merintis layanan ojek untuk para difabel. Triyono sendiri diserang polio saat kecil dan kemudian harus menggunakan dua tongkat untuk berjalan. Dia mengerti betul bagaimana susahnya bertarung di jalan raya.
Difa City Tour dan Transport dirintis Triyono sejak Desember tahun lalu dan kini telah mengoperasikan 15 motor yang dimodifikasi dengan tambahan bangku di samping. Layanannya tidak hanya terbatas untuk mengantar jemput para difabel, tetapi juga bisa mengantar orang-orang biasa dan turis untuk berkeliling Yogyakarta.
Banyak difabel yang mengaku tertolong karena mereka tak perlu turun dari kursi roda untuk melakukan perjalanan. Ada motor yang bisa langsung mengangkut kursi roda milik mereka. Meski awalnya takut, namun lama-lama mereka mengaku sudah terbiasa juga.
Triyono merupakan satu-satunya ojek di dunia yang betul-betul mengakomodasi para difabel tersebut. Alasan inilah yang akhirnya membuat banyak aktivis tuna netra seperti Pardiono memilih Difa dibanding ojek biasa. Ada rasa senasib sepenanggungan antara pengendara dan penumpang.
Para pengendara yang juga difabel membuat modifikasi motor, karena disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Ada motor misalnya, yang gasnya harus dipindah ke kiri karena tangan kanan pengendara tak bisa difungsikan.
Dengan merekrut orang-orang dengan disabilitas untuk mengelolanya, Difa memberikan lapangan pekerjaan alternatif yang sebelumnya hanya bisa bekerja di sektor-sektor terbatas seperti menjahit atau bertani.