Foto kombo gerhana matahari sebagian yang terlihat di Kota Padang, Sumatera Barat, Kamis (26/12/2019) (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Dalam penjelasannya, Yatny juga menyebut gerhana Bulan total bisa diamati dalam interval waktu 2,5 tahun sekali.
“GBT (gerhana bulan total) dapat diamati dalam interval waktu 2,5 tahun sekali. Gerhana bulan total terakhir yang terjadi di Indonesia adalah pada 2018,” kata Yatny.
Pada saat terjadi gerhana, warna Bulan akan menggelap. Sementara, menurut Agus Triono, tingkat kegelapan warna Bulan purnama pada saat pengamatan ditentukan oleh kondisi atmosfer.
“Jadi (Bulan) purnama yang biasanya putih akan berubah menjadi gelap. Nah, gelapnya itu nanti bergantung pada kondisi atmosfer,” kata Agus.
Ia juga menjelaskan warna Bulan saat gerhana bulan total di lokasi pengamatan bergantung pada beberapa faktor seperti banyaknya kandungan uap air; polutan udara dari hasil pembakaran, asap pabrik, dan asap kendaraan bermotor; serta kadar debu atau abu letusan gunung berapi.
Semakin banyak kandungan material tersebut di atmosfer, kata dia, warna Bulan akan tampak semakin gelap. Sedangkan, warna merah yang muncul pada saat gerhana Bulan total, menurut peneliti disebabkan oleh cahaya matahari yang dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer Bumi.
Observatorium Bosscha menggelar pengamatan virtual langit malam pada saat gerhana Bulan total 26 Mei 2021 bekerja sama dengan Universitas Nusa Cendana di Kupang, Nusa Tenggara Timur, komunitas pecinta astronomi Pecinta Langit Timur (Pelati), dan seorang astronom amatir dari Kupang bernama Zulkarnain.
Pengamatan gerhana Bulan total dilaksanakan di Bandung dan Kupang. Siarannya bisa disaksikan melalui saluran YouTube Bosscha Observatory dan Slido pada Rabu mulai pukul 17.00 WIB.