Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri PPPA Arifah Fauzi menyambangi kembaran AMK anak korban kekerasan dan penelantaran di Kebayoran Lama yakni S di Jawa Timur (Dok. KemenPPPA)
Menteri PPPA Arifah Fauzi menyambangi kembaran AMK anak korban kekerasan dan penelantaran di Kebayoran Lama yakni S di Jawa Timur (Dok. KemenPPPA)

Intinya sih...

  • Anak memiliki ruang aman untuk berkeluh kesah dan dapat dukungan

  • Dalam kasus ini, sudah ada penjangkauan ke sekolah dan psikoedukasi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, menekankan pentingnya peran dari orang-orang terdekat seperti orangtua, guru, dan pengasuh dalam memberikan pengawasan sekaligus menciptakan kedekatan dan lingkungan yang dirasa aman dan nyaman bagi anak-anak.

Hal itu disampaikan Arifah menyusul kasus meninggalnya siswi MTsN 22 Jakarta di Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur dengan cara mengakhiri hidup.

“Penyebab kejadian ini masih dalam pendalaman pihak kepolisian, kita berharap dapat segera diperoleh keterangan yang jelas. Namun pada kesempatan ini, saya ingin mengingatkan para orangtua dan guru bahwa seorang anak yang mengakhiri hidupnya pastinya didorong oleh banyak faktor, salah satunya stres berkepanjangan yang tidak mendapatkan penanganan secara tepat," kata Arifah, dalam keterangannya, Kamis (18/9/2025).

1. Anak memiliki ruang aman untuk berkeluh kesah dan dapat dukungan

Menteri PPPA, Arifah Fauzi, dalam acara Puncak Lokakarya Forum Anak Nasional (FAN) 2025, pada Minggu (20/7/2025)

Arifah mengatakan, dari teori psikologi, salah satu penanganan stres yang dialami adalah dorongan anak memiliki ruang aman untuk berkeluh kesah dan mendapatkan dukungan terus-menerus.

"Kami berpandangan bahwa ruang aman dan komunikasi intens ini harus ada di dalam keluarga bersama orangtua dan di sekolah bersama guru. Hal ini penting dilakukan agar anak merasa leluasa bercerita dan mengekspresikan emosinya," kata Arifah.

Dengan demikian, kata dia, anak tidak memendam perasaan yang dapat membahayakan dirinya dan dapat mencegah peristiwa yang tidak diinginkan.

2. Sudah tahap penjangkauan ke sekolah dan psikoedukasi

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi melakukan kunjungan ke rumah orang tua seorang ibu berinisial EN (34) yang mengakhiri hidup dan juga dua anaknya yakni AA (9) dan AAP (11 bulan) di Jawa Barat (Dok. KemenPPPA)

Kemen PPPA telah berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPPA) Provinsi DKI Jakarta tentang kasus ini.

Berdasarkan informasi, Pusat Pelayanan Keluarga (Puspa) Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) telah melakukan penjangkauan ke sekolah dan psikoedukasi dengan tujuan penguatan psikologis kepada siswa-siswi di MTs tersebut.

Tim Puspa juga telah mengunjungi rumah duka dan menyampaikan ketersediaan layanan konseling atau penguatan psikologis jika diperlukan bagi orangtua dan anggota keluarga lainnya.

3. Ajak orang dewasa tingkatkan pengasuhan anak dan kelekatan

Menteri PPPA Arifah Fauzi menyambangi kembaran AMK anak korban kekerasan dan penelantaran di Kebayoran Lama yakni S di Jawa Timur (Dok. KemenPPPA)

Arifah mengajak seluruh orangtua dan guru untuk meningkatkan perhatian dan pengasuh terhadap anak untuk menciptakan kelekatan yang baik. Hal ini menjadi upaya dalam pencegahan dan membantu anak mengkomunikasikan hal-hal privasi maupun yang dirasa mengganggu kesehariannya.

Dia mengatakan, saat anak mau bercerita dan terbuka dengan orang terdekat, maka menjadi langkah awal untuk membantu anak dalam memproses emosi, pikiran, maupun perilaku yang dilakukan sehingga mencegah anak mendapatkan risiko-risiko berbahaya ke depannya.

“Lingkungan keluarga dan sekitar anak perlu memberikan rasa aman dan nyaman sehingga ketika anak merasa tidak baik-baik saja, mereka paham harus meminta bantuan kepada siapa dan di mana. Dalam hal ini, kolaborasi antara orang tua dan guru menjadi poin penting yang perlu ditingkatkan,” kata dia.

4. Seluruh anak Indonesia harus bebas dari kekerasan

Menteri PPPA Arifah Fauzi menyambangi kembaran AMK anak korban kekerasan dan penelantaran di Kebayoran Lama yakni S di Jawa Timur (Dok. KemenPPPA)

Arifah mengatakan, seluruh anak Indonesia harus terbebas dari kekerasan, khususnya di lingkungan yang seharusnya menjadi tempat aman bagi anak. Dia mengajak masyarakat yang mengalami, mendengar, melihat, atau mengetahui kasus kekerasan untuk berani melapor ke lembaga-lembaga yang telah diberikan mandat oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS).

Laporan bisa disampaikan ke UPTD PPA, Penyedia Layanan Berbasis Masyarakat, dan Kepolisian untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak.

“Masyarakat juga dapat melapor melalui hotline Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129 atau WhatsApp 08111-129-129,” kata dia.

Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa

Kemenkes menyarankan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat. Kementerian Kesehatan RI juga telah menyiagakan lima RS Jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:

RSJ Amino Gondohutomo Semarang (024) 6722565

RSJ Marzoeki Mahdi Bogor (0251) 8324024, 8324025

RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta (021) 5682841

RSJ Prof Dr Soerojo Magelang (0293) 363601

RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang (0341) 423444.

Selain itu, terdapat pula beberapa komunitas di Indonesia yang secara swadaya menyediakan layanan konseling sebaya dan support group online yang dapat menjadi alternatif bantuan pencegahan bunuh diri dan memperoleh jejaring komunitas yang dapat membantu untuk gangguan kejiwaan tertentu.

Editorial Team