Jakarta, IDN Times - Maria Katarina Sumarsih, Ibu dari korban tragedi Semanggi I mengatakan, seandainya Prabowo Subianto resmi dilantik sebagai presiden nanti, maka anak-anak muda harus siap suaranya diberangus. Sebab, itu adalah konsekuensi memilih penjahat Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai RI 1.
Sumarsi sejak awal menolak pencalonan Prabowo-Gibran sebagai peserta Pilpres 2024. Apalagi Presiden Joko "Jokowi" Widodo secara terang-terangan memberikan dukungan bagi paslon nomor urut dua tersebut.
"Harapan saya kepada anak-anak muda ya kalian semua harus siap kalau nanti kalian diculik, kalau kalian nanti ditembak, kalau kalian nanti diberangus suaranya. Kalau kalian nanti dibunuh karakternya. Ini berdasarkan Pemerintahan Orde Baru," ujar Sumarsih di dalam Aksi Kamisan ke-805, dikutip dari YouTube, Jumat (16/2/2024).
Sementara, ayah aktivis 1998 yang juga korban penculikan, Paian Siahaan, yang juga rutin hadir bersuara di Aksi Kamisan mengatakan, siapa pun yang menjadi pemimpin di Tanah Air, mereka akan tetap melanjutkan aksi tersebut setiap Kamis. Aksi Kamisan sendiri sudah berlangsung selama 17 tahun terakhir. Mereka menuntut orang-orang yang diduga berada di balik aksi penculikan 1998 agar segera diadili.
"Saya hanya ingin mengingatkan kepada kita semua, siapa pun pemerintah di negara kita ini, kita dan kami khususnya akan tetap memperjuangkan sampai titik darah penghabisan keberadaan anak kami. Status hukum anak kami yang sampai saat ini belum diketahui," ujar Paian.
Padahal, kata dia, Komnas HAM telah melakukan penyelidikan dan dibuat surat pernyataan bahwa 13 aktivis yang hilang adalah korban penculikan tim Mawar. Waktu itu, Prabowo menjadi Danjen Kopassusnya.
"Di dokumentasi Komnas HAM tertulis ada empat perwira yang sebenarnya harus bertanggung jawab (terhadap aksi penculikan). Tetapi, panggilan Komnas HAM hingga hari ini diabaikan saja," tutur dia lagi.