Sumarsih: Reformasi Terwujud Jika Presiden Bawa Kasus 98 ke Pengadilan
Jakarta, IDN Times - Maria Sumarsih, penggagas Aksi Kamisan dan ibu dari korban Tragedi Semanggi I bernama Wawan, terus suarakan semangat perjuangan putranya dan teman-temannya yang jadi korban pelanggaran HAM.
Sumarsih mengatakan, meskipun sebagian teman-teman perjuangan Wawan sudah tak tahan lapar dan haus, dia tetap gigih dan menyatakan bahwa perjuangan belum selesai.
Dalam upaya mewujudkan agenda reformasi yakni penegakkan supermasi hukum. Dia berpendapat bahwa barometer keberhasilan reformasi adalah ketika seorang presiden berani mempertanggungjawabkan penembakan terhadap mahasiswa pada 1998 di meja pengadilan.
"Kalau dulu mereka telepon pakai telepon umum mereka sekarang pada saat itu, mereka menggunakan hp. Nah saya ingin mewujudkan agenda reformasi yaitu tegakkan supermasi hukum, barometernya apabila ada presiden yang berani mempertanggungjawabkan penembakan para mahasiswa di meja pengadilan," kata dia saat ditemui dalam agenda Jumat Melawan Geruduk MK yang diselenggarakan Forum Anomali, di Jakarta, Jumat (2/2/2024).
Dia mengatakan kebutuhan rekonsiliasi bisa dilakukan, tetapi dengan syarat yang jelas. Ada dua yang Sumarsih maksud.
"Apabila memang harus rekonsiliasi saya tidak menolak rekonsiliasi tetapi harus jelas, dalam rekonsialisasi itu ada dua pihak, ada korban harus ada pelakunya," ujar dia.
Forum Anomali pada hari ini menggelar agenda Jumat Melawan Geruduk MK. Namun, terhalang tembok beton, massa aksi tak bisa mendekat ke gedung Mahkamah Konsitusi (MK), Jalan Merdeka Barat.
Polisi sudah menutup area jalan Medan Merdeka dengan tembok beton dan water barier di sekitar lokasi.
Dari pantauan IDN Times, masa aksi tak sampai 50 orang.
Dalam aksi ini ada sejumlah pihak yang hadir mulai, Maria Sumarsih, aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Haris Azhar dan Usman Hamid dan sejumlah Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas-Universitas.
