Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Survei I-NAMHS: 15 Juta Remaja Indonesia Miliki Gangguan Mental

Ilustrasi Depresi (IDN Times/Muhamad Iqbal)
Ilustrasi Depresi (IDN Times/Muhamad Iqbal)

Jakarta, IDN Times - Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) melakukan survei kesehatan mental nasional pertama, yang mengukur angka kejadian gangguan mental pada remaja 10 sampai 17 tahun di Indonesia.

Hasilnya, satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental. Sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Angka ini setara dengan 15,5 juta remaja.

“Remaja dengan gangguan mental mengalami gangguan atau kesulitan dalam melakukan kesehariannya yang disebabkan oleh gejala gangguan mental yang ia miliki,” terang Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM yang merupakan peneliti utama I-NAMHS, Prof Siswanto Agus Wilopo, dikutip dari laman UGM, Kamis (15/6/2022).

1. Gangguan mental yang paling banyak diderita remaja adalah gangguan cemas

Ilustrasi nyeri dada (IDN Times/Mardya Shakti)
Ilustrasi nyeri dada (IDN Times/Mardya Shakti)

Remaja dalam kelompok ini adalah remaja yang terdiagnosis dengan gangguan mental sesuai dengan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5), yang menjadi panduan penegakan diagnosis gangguan mental di Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gangguan mental yang paling banyak diderita oleh remaja adalah gangguan cemas (gabungan antara fobia sosial dan gangguan cemas menyeluruh) sebesar 3,7 persen, diikuti oleh gangguan depresi mayor sebanyak 1,0 persen, gangguan perilaku 0,9 persen, serta gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) masing-masing sebesar 0,5 persen.  

2. Hanya 2,6 persen remaja yang memiliki masalah kesehatan mental lakukan konseling

ilustrasi konseling (www.umary.edu)
ilustrasi konseling (www.umary.edu)

Menurutnya, meskipun pemerintah sudah meningkatkan akses ke fasilitas kesehatan, hanya sedikit remaja yang mencari bantuan profesional untuk masalah kesehatan mental mereka. Padahal, hampir 20 persen dari total penduduk Indonesia berada dalam rentang usia 10 sampai 19 tahun.

“Hanya 2,6 persen dari remaja yang memiliki masalah kesehatan mental menggunakan fasilitas kesehatan mental atau konseling, untuk membantu mereka mengatasi masalah emosi dan perilaku mereka dalam 12 bulan terakhir. Angka tersebut masih sangat kecil dibandingkan jumlah remaja yang sebenarnya membutuhkan bantuan dalam mengatasi permasalahan mental mereka,” papar Siswanto.

3. Remaja lebih sulit konsentrasi dibanding sebelum pandemik

Ilustrasi belajar di rumah (IDN Times/Rochmanudin)
Ilustrasi belajar di rumah (IDN Times/Rochmanudin)

I-NAMHS juga mengumpulkan data mengenai pengaruh kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pembatasan kontak sosial selama pandemik COVID-19, terhadap kesehatan mental remaja. 

Sebanyak 1 dari 20 remaja melaporkan merasa lebih depresi, lebih cemas, lebih merasa kesepian, dan lebih sulit untuk berkonsentrasi dibandingkan dengan sebelum pandemik COVID-19.

"Temuan lain dari I-NAMHS adalah bahwa sebanyak 38,2 persen pengasuh remaja memilih untuk mengakses layanan kesehatan mental dari sekolah, untuk remaja mereka," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
Dini Suciatiningrum
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us