Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Selain Khong Guan, Pria Ini Juga Lukis Kaleng Nissin dan Monde

twitter.com/prasadja

Tiga jenis makanan ringan ini hampir pasti ada di rumah-rumah warga Muslim Indonesia yang merayakan Hari Raya Idul Fitri atau lebaran. Ketiganya adalah biskuit Khong Ghuan, Monde, serta wafer Nissin. Saat produk lain mengubah tampilan produk setiap beberapa waktu sekali, lain halnya dengan ketiga produk ini.

Baik Khong Ghuan, Monde, maupun Nissin tetap memiliki kemasan yang sama selama bertahun-tahun. Akhirnya, bukan hanya isi di dalam kalengnya saja yang legendaris, tapi juga lukisan yang tampak pada masing-masing kalengnya.

Pelukisnya adalah pria bernama Bernardus Prasodjo.

Default Image IDN

Dengan status ketiga makanan ringan yang terbilang fenomenal di Indonesia, terutama ketika lebaran, semestinya desainer yang mendesain tampilannya juga turut terkenal. Namun, tak demikian kenyatannya. Masih banyak yang belum tahu sosok low profile Bernardus Prasodjo.

Meski ia sempat diberitakan oleh sejumlah media sebagai otak jenius di balik lukisan kaleng Khong Ghuan yang menampilkan seorang ibu dan dua orang anak, tapi jarang yang mengetahui bahwa sebenarnya Bernardus juga merupakan pelukis kaleng Nissin dan Monde.

Ia bercerita tentang lukisannya di produk tersebut.

Default Image IDN

Dikutip dari Antara, pria berusia 69 tahun itu mengaku bahwa lukisan di kaleng Khong Ghuan adalah permintaan dari perusahaan. Sedangkan untuk kaleng Monde, ia mengungkap bahwa ia sendiri yang memiliki inspirasi.

"Itu saya ambil sengaja waktu itu di (toko buku) Gunung Agung, mencari buku soal tentara. Sebenarnya waktu itu (yang ditemukan adalah) tentara Inggris. Ya sudah, dilukis," ujar pria yang pernah mengenyam pendidikan di jurusan Seni Lukis Institut Teknologi Bandung.

Default Image IDN

Lukisan di kaleng Monde itu pun ia akui sesuai dengan gambar yang ia lihat di toko buku, mulai dari drum band hingga genderang. Tak seperti sekarang di mana gambar di kemasan bisa dibuat dengan bantuan teknologi, Bernardus melukisnya dengan cara konvensional.

Ia hanya memiliki cat air dan kuas yang murah. Kemudian, karena dikejar tenggat waktu, ia harus menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu seminggu. Maka, Bernardus pun mengerjakan lukisannya di waktu siang dan malam.

Bernardus memang hobi melukis sejak kecil.

Default Image IDN

Melukis adalah hobi Bernardus sejak masih di Taman Kanak-kanak (TK). "Sampai orangtua marah-marah, (dan berkata) 'baru dibeliin buku gambar, sudah penuh'," tutur Bernardus. Orangtua dan mertuanya sendiri juga merupakan pelukis.

Waktu mahasiswa, Bernardus sudah menerima pesanan lukisan. Awalnya ia hanya membantu membuat ilustrasi sebuah majalah musik terkenal di Bandung yang letak percetakannya di dekat kosnya. "Kami suka main ke situ, bantu-bantu buat ilustrasi. Keterusan. Lama-lama kuliahnya ketinggalan," ungkapnya.

Berikutnya ia mendapatkan klien yang memintanya menggambar komik. Bernardus pun dengan sendirinya memilih fokus menggeluti dunia lukis. Akibatnya, kuliahnya pun berantakan. Ia mengaku orangtuanya sempat marah karena ini.

Kini ia tak lagi melukis.

Default Image IDN

Kepada Antara Bernardus juga bercerita bahwa ia sudah lima tahun tidak melukis. Bernardus kini fokus di bidang pengobatan tradisional. Meski begitu, ia berkata bahwa ia kangen dengan kegiatan melukis.  "Ada juga (keinginan kembali ke dunia melukis) tetapi waktunya," kata Bernardus.

Jika ingin melukis lagi, maka ia harus membeli cat dan perlengkapan lainnya sebab yang ia miliki sudah kering dan tak bisa dipakai lagi. Lalu, ketika ditanya mengapa Khong Ghuan, Monde dan Nissin tak mengubah kemasannya, Bernardus berkata,"Karena pemiliknya sama. Buat apa apa diganti-ganti (gambarnya), itu saja sudah laku."

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rosa Folia
EditorRosa Folia
Follow Us