Banda Aceh, IDN Times - “Ada yang tahu gak, apa Bahasa Inggrisnya pramugari? Hayoo siapa yang tahu?” tanya salah seorang perempuan kepada tiga anak perempuan berusia tak lebih dari 15 tahun yang ada di hadapannya. Disambut sedikit tawa dan dibarengi lemparan senyuman malu-malu, ketiganya coba berpikir untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
“Hayoo ada yang tahu?” Tltanya perempuan itu lagi. “Apa? Flight… Flight…?” Cobanya memberikan kisi-kisi jawaban. “Flight attendant,” sambungnya.
“Flight attendant… Flight attendant… Flight attendant,” sambut ketiga anak-anak tadi seolah mengingat kata-kata dalam Bahasa Inggris yang mungkin baru mereka ketahui tersebut. Salah seorang dari mereka coba mengabadikannya ke dalam tulisan.
Tidak hanya mereka berempat, di sisi lain masih ada lima anak berbagai usia serta dua orang tenaga pengajar lainya yang duduk di atas terpal selebar tiga meter berwarna putih tersebut.
Mereka tampak tenang dan khidmat mengikuti kegiatan belajar. Tidak ada dinding, tak ada atap, dan hanya bermejakan kotak karton air mineral serta papan tulis putih berukuran setengah meter yang dijadikan media untuk belajar.
Begitulah suasana belajar di Rumah Edukasi Kaki Langit, yang terletak di kawasan Gampong Lampriet, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Aceh. Sederhana, namun melahirkan senyuman bahagia dari anak-anak yang mengikuti kegiatan pembelajarannya.