Jakarta, IDN Times - Ada alasan khusus mengapa korps Hiu Kencana atau kru kapal selam disebut spesial di TNI Angkatan Laut. Salah satunya tak semua yang ikut tes bisa lulus.
Asisten Perencanaan dan Anggaran Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Asrena) Laksamana Muda TNI Muhammad Ali pun mengakuinya. Apalagi kapal selam yang milik Indonesia tidak besar, dan mereka akan berada di bawah laut dalam waktu yang cukup lama.
"Jadi, untuk menjadi kru kapal selam harus tahan hidup di dalam tekanan, dan dalam kondisi yang sempit untuk waktu yang cukup lama. Selain itu, dia harus tahan terhadap bosan dan tidak mudah stres. Itu yang menjadi persyaratan utama bagi pengawak kapal selam," ungkap Ali dalam program "Ngobrol Seru" edisi khusus Lebaran yang tayang di YouTube IDN Times, Jumat (14/5/2021).
Selain itu, kata Ali, sebagai kru kapal selam harus menerima kondisi bekerja tanpa jendela dan sering kali tak melihat matahari. "Mereka juga harus memiliki intelijensia yang tinggi dan mempunyai kemampuan akademisi yang mumpuni," tutur dia.
Ali sendiri pernah bertugas di dua kapal selam berbeda, yakni KRI Pasopati pada 1993 sebagai perwira torpedo dan KRI Nanggala-402 sebagai komandan. KRI Pasopati merupakan jenis kapal selam whiskey class buatan Uni Soviet. Sedangkan, KRI Nanggala 402 dibuat perusahaan Jerman.
"Untuk kapal selam buatan 1970-an dan 1980-an seperti Nanggala class bentuknya sudah teardrop shape dan lebih banyak berada di bawah air. Ketika kondisi sudah aman, baru kemudian dia (kapal selam) naik ke permukaan," katanya.
KRI Nanggala-402 tenggelam pada 21 April 2021 di utara perairan Bali. Sebanyak 53 kru yang bertugas di kapal selam itu tewas dan jasadnya tidak dapat dievakuasi hingga kini.
Lalu, bagaimana cara kru kapal selam bisa bertahan agar tidak bosan saat bertugas di bawah air?