AHY: Fanatisme pada Pilihan Politik Justru Celakakan Diri Sendiri

Fanatisme bisa menimbulkan perdebatan yang kontra-produktif

Jakarta, IDN Times - Komandan Kogasma, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyinggung tentang kondisi politik saat ini. AHY menyampaikan hal itu saat menggelar pidato politik di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Jumat (1/3). AHY mengatakan bahwa ajang politik saat ini digunakan oleh pihak tertentu untuk memaksakan kehendak politik, sehingga memicu adanya fanatisme dalam berpolitik.

1. Simbol jari menjadi salah satu bukti fanatisme

AHY: Fanatisme pada Pilihan Politik Justru Celakakan Diri SendiriIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Salah satu bukti fanatisme yang dikatakan oleh AHY adalah penggunaan warna dan simbol jari. Ia mengungkapkan, masalah simbol jari pun bisa menjadi masalah, terutama ketika berfoto.

"Kalangan perwira di jajaran TNI turut menjadi korban hoaks. Simbol jari pada saat foto bersama, yang menandakan angkatan kelulusan di akademi militer, dianggap sebagai dukungan pada paslon tertentu," ujar AHY.

Baca Juga: Sampaikan Pidato Politik, AHY Cerita Dorongan dari Ani Yudhoyono

2. Kontestasi politik menimbulkan fanatisme

AHY: Fanatisme pada Pilihan Politik Justru Celakakan Diri SendiriIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Dalam pidatonya, AHY memyampaikan tentang perkembangan isu politik saat ini. AHY mengatakan, dalam perhelatan kontestasi politik saat ini, ini justru dijadikan ajang memaksakan keyakinan dan pilihan politiknya. "Dampaknya, muncul fanatisme yang berlebihan, yang pada akhirnya, justru kontra-produktif dengan tujuan memajukan bangsa dan negara itu sendiri," kata AHY.

3. Fanatisme politik bisa timbulkan perdebatan

AHY: Fanatisme pada Pilihan Politik Justru Celakakan Diri SendiriIDN Times/Abdurrahman

Lalu, AHY memaparkan bahwa fanatisme politik juga bisa berada di lingkungan sekitar. Menurutnya, terkadang di lingkungan sekitar juga sering terjadi perdebatan hanya karena berbera pandangan politik.

"Sayangnya, karena perbedaan pandangan dan pilihan politik, tak ayal, sering sekali kita berdebat kusir, membela pilihannya masing-masing secara subjektif dan membabi buta," jelas AHY.

"Kita tidak lagi mau mendengar dan melihat secara jernih dan jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi," sambungnya.

4. Fanatisme bisa mencelakakan diri sendiri

AHY: Fanatisme pada Pilihan Politik Justru Celakakan Diri SendiriIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Karena fanatisme tersebut, lanjut AHY, secara tidak sadar masyarakat ikut menyebarkan hoaks dengan sukarela dan secepat mungkin. Bahkan, masyarakat tidak sadar bahwa menyebarkan hoaks berujung pada hukum. "Menyebar hoaks akan berakibat hukum pada diri kita sendiri. Dengan kata lain, tanpa sadar, kita telah mencelakakan diri sendiri, hanya karena fanatisme terhadap pilihan politik tertentu," ungkapnya.

Baca Juga: AHY: Penegakan Hukum Tak Boleh Jadi Instrumen Politik kepada Oposisi 

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya